Wednesday, June 20, 2007

Terimakasih, Gadia...

Terimakasih Gadia,
yang telah mengajarkan mama tentang kebaikan.

Mama belajar dari Gadia,
untuk bisa sabar
Saat Gadia harus dipaksa makan, setiapa kali Gadia harus sabar dipaksa, ditipu atau dipermainkan, supaya makanan masuk ke mulutmu.

Mama belajar dari Gadia,
bagaimana menjadi pemaaf
Ketika orang2 berperilaku menyebalkan, menginjak2 hak anak mama, mama marah dan mendendam. Tapi Gadia selalu mengajak mama tersenyum, dan menatap mama lembut seolah berkata, "Aku baik2 saja, kok, Mama!"
Ketika mama berbuat kesalahan, kekhilafan, kebodohan dalam merawat Gadia, Gadia tidak pernah dendam. Gadia selalu memaafkan mama.

Mama belajar dari Gadia,
untuk tidak membuat orang lain susah, tidak mau mengecewakan orang lain.
Saat Gadia sakit, Gadia selalu berusaha tidak menunjukkan betapa sakit Gadia sebenarnya.
Saat mama protes kenapa Gadia nggak mau duduk di high chair yang sudah papa beli jauh2, habis itu muka Gadia berubah dan mau disuapin sambil duduk di high chair.
Saat mama protes kenapa Gadia miminya sedikit, habis itu Gadia mimi banyak dan lama sampai Gadia muntah:(
Saat Gadia sudah sakit keras, Gadia masih mau mama ajak main dan tersenyum.

Mama belajar dari Gadia,
supaya selalu bersemangat hidup.
Saat Gadia masuk RS pertama kali, seharian Gadia muntah sampai 10 kali, tapi malamnya masih bisa berguling-guling.
Saat Gadia baru keluar dari ICU, Gadia sudah bisa main, guling-guling, duduk tegak, bahkan tersenyum manis.
Saat Gadia divonis gagal jantung,
Gadia masih lincah, senang belajar jalan, berdiri sendiri, jail, cerewet dan pintar sampai dokter-dokter pun bingung.

Mama belajar dari Gadia,
untuk menjadi kuat.
Saat Gadia menderita sakit yang amat sangat,
Gadia selalu berjuang dan tetap kuat.

Mama belajar dari Gadia,
untuk selalu berusaha menjadi orang baik.
Gadia yang baik hati, berempati tinggi.
Saat mama kesal dan menangis,
Gadia memeluk dan mencium pipi mama.
Mama sampai malu, padahal Gadia saat itu baru berumur 5 bulan.
Saat mama lega menemukan Gadia dan opung yang mama kira hilang di pelabuhan, mama bilang kalau mama kira Gadia diculik dan opung dibuang ke laut,
Gadia pun menghibur opung dengan membelai opung dengan lembut.
Mama lagi-lagi malu, padahal Gadia waktu itu baru berumur 7 bulan.

Setiap sifat buruk mama muncul:
pemarah, pembenci, pencaci, pengomel (pewufwuf, kata papa), pendendam, mama sedih.
Karena mama belum bisa seperti Gadia yang suci dan baik hati.
Mama tau dan yakin, walau hanya 9 bulan 25 hari kebersamaan kita, Allah pasti mengirimmu untuk kebaikan.
Allah pasti menginginkan mama belajar dari Gadia.

Maafkan mama, ya, Nak,
kalau mamamu masih saja buruk.

Tapi ada satu hal hal yang Gadia pernah ajarkan mama.
Bagaimana mencintai seseorang apa adanya.
Gadia sangat mencintai mama, betapapun buruknya mama, mama tahu itu.
Gadia selalu menangis setiap kali mama tinggal.
Lalu mama bayangkan, Gadia pasti juga sedih waktu akan meninggalkan mama.
Padahal mama tidak pantas untuk jadi alasan Gadia tinggal di dunia.
Setelah mama bisikkan ke Gadia, kalau mama rela Gadia pergi ketemu Allah,
baru Gadia pergi esoknya.

Terimakasih Gadia,
untuk mencintai mama apa adanya.
Terima kasih Gadia,
atas semua pelajaran kebaikan yang telah Gadia ajarkan.

Terimakasih ya Allah,
atas kesempatan yang Kau berikan
untuk bersama dengan Agadia,
anak cantik yang sangat istimewa
dan sempurna dimataku,
untuk dapat belajar ilmu kebaikan darinya.

Terimakasih ya Allah,
untuk membuat hidupku amat berarti
saat ia ada bersamaku.

Clementi, 19 Juni 2007