Tuesday, January 30, 2007

That Baby is Cute!

Mama iseng nih lagi ngelamun. Jadi ingat waktu Gadia pas ulang bulan ke-6. Mama pakein Gadia baju terusan rok pink, salah satu kado Gadia yang buanyak itu. Kita ke Poli Clementi mama mau tes darah untuk bikin visa. Mama gendong Gadia lewatin stasiun MRT. Eh, tiba2 ada seorang cewek ABG berseragam kayaknya sih SMP atau SD. Dia histeris ngeliat Gadia dalam gendongan mama, dia berteriak, "That baby is cute!". Lumayan kenceng. Teman-temannya, kira-kira 6-8 orang otomatis nengok ke arah Gadia. Orang-orang di sekitar situ jadi ada yang ngeliat juga. Mama senyum-senyum kege-eran. Sayang banget waktu itu nggak sempet difoto. Karena Gadia udah keburu bete dan kegerahan dengan baju itu, jadi pulangnya mama langsung gantiin baju Gadia.

Sunday, January 28, 2007

Cibang cibung splash splash!

Wuih... lihat sendiri deh gimana girangnya Gadia kalau lagi mandi. Foto di bak mandi pink diambil waktu Gadia baru berusia satu minggu. Lihat pusernya belum puput. Yang mandiin masih Eyang Amrullah, tetangga sebelah yang baik hati mandiin Gadia tiap hari sebelum pusernya puput karena emaknya Gadia belum bisa dan takuttt. Habis itu apalagi setelah Gadia udah bisa ngangkat kepala, dia makin centil kalau mandi. Dua foto lainnya, waktu kita baru pindah ke Parc Oasis. Girang banget Gadia mandi di bathtub. Mama tarik aja Gadia ke depan, ke belakang. Sampe dia merem melek keenakan.

Waktu udah bisa duduk sih... wah jangankan pas mandi. Baru denger mama bilang kata "mandi " aja dia udah nyengir sambil mengepakkan kakinya (ebek-ebek). Soundtrack-nya "cibang-cibung, cibang-cibung, cibang-cibung bung cibung bung". Pokoknya asal deh, asal Gadia senyum dan seneng banget.

Terus kalau mama bilang "splash-splash, you're making splash! ", Gadia bakal memukul-mukul air sampai bunyi, sampai air tumpah dari bak mandi, sampai becek. Pernah sampai mama basah kuyup. He he he... Waktu Gadia sakit, sedih deh. Ada saatnya dia nangis dan giginya gemerutuk waktu mandi. Mungkin kedinginan.

Gadia, di surga mandinya di sungai yah? Enak kan, bisa cibang-cibung dan splash-splash.






Surat untuk anakku

Dear Gadia tersayang,

Gadia lagi apa di surga?
Lagi main-main sama malaikat ya?
Udah mimik belum?
Pasti mimik sama bidadari lebih enak ya ?

Gadia di sana nggak pernah sakit lagi kan ya ?
Gadia di sana main terus nggak capek lagi kan ya?

Di sini hujan terus, Gadia
Nggak berhenti-berhenti dari semalam
Gadia di sana lagi main hujan ya?
Tapi asyik, ya, habis itu nggak sakit kan ya?

Mama Gadia di sana jauh lebih cantik ya?
Lebih baik, lebih lembut, jauh lebih sayang ya sama Gadia?
Nggak pernah mengeluh ya?
Nggak pernah kesal?

Gadia, tapi Gadia masih ingat sama mama kan ya sayang?
Gadia jangan lupakan mama ya sayang
Nanti di hari kiamat Gadia masih kenal mama kan ya sayang ?
Katanya Gadia mau tunggu mama papa di pintu surga?

Tapi mama nakal, Gadia
Tapi mama banyak dosanya, Gadia
Masa mama bisa masuk surga?
Gadia bilangin Allah ya, mama nanti kepingin liat wajah Gadia lagi
Wajah Gadia yang cantik yang Subhanallah indahnya
Yang menyejukkan pandangan mama papa dan semua orang yang mencintaimu

Katanya, kalau mama papa sabar
Nanti Allah kasih balasannya
Kalau Allah izinkan, kita bisa bersama-sama lagi nanti
Tapi mama nggak tau kapan
Mama jadi nggak sabar mau kumpul bersama lagi
Tapi mama harus ngaca dulu ya, Gadia
Mama harus siap-siap dulu ya, Gadia
Mama nggak boleh bikin banyak dosa lagi ya, Gadia
Mama harus jauh lebih banyak lagi beramal ya, Gadia
Gadia, doain mama dong sayang

12 Januari 2007

Thursday, January 25, 2007

Kalau

Gadia, kalau mama sekarang bisa tidur lagi habis subuh
Bukan berarti dulu mama sebel nggak bisa tidur lama
Karena harus mimiin – menggendongmu – menemanimu bermain – mengajakmu jalan pagi
Kalau mama boleh pilih, tentu mama lebih senang nggak tidur
Tapi bisa menyayangimu, mendekapmu dalam pelukanku, bermain bersamamu dan berjalan pagi denganmu

Gadia, kalau mama sekarang bisa berlama-lama di kamar mandi
Bukan berarti dulu mama kesal nggak bisa pipis dan pup dengan tenang
Karena mendengar tangisanmu dari kamar
Kalau mama boleh pilih, tentu mama rela tahan pipis dan pup
Atau terbirit-birit lari dari kamar mandi
Supaya Gadia nggak marah ditinggal mama

Gadia, kalau mama sekarang bisa bermesraan dengan papa
Bukan berarti dulu mama nggak suka kalau lagi berdua papa, tiba-tiba Gadia terbangun
Kalau mama boleh pilih, mama lebih senang kita bermesraan bertiga

Gadia, kalau mama sekarang bisa kerja di kantor lagi
Bukan berarti dulu mama nggak suka di rumah saja
Kalau mama boleh pilih, mama jauh lebih senang ada di rumah
Dua puluh empat jam bersamamu, menikmati keindahanmu
Meinikmati kebersamaan kita

Gadia, kalau mama sekarang bisa jalan-jalan di Orchard berjam-jam
Baca di Borders berjam-jam
Bukan berarti dulu mama nggak menikmati jalan-jalan denganmu
Kalau mama boleh pilih, mama lebih senang jalan-jalan ke mall
Sambil cari-cari nursing room, sambil gantian makan sama papa
Sambil gantian gendong sama papa
Sambil kebingungan kalau Gadia mulai capek
Sambil panik dan segera pulang kalau sudah terlalu lama
Itu jauh lebih mama nikmati

Gadia, kalau sekarang mama terlihat seperti sedang bersenang-senang
Gadia jangan marah ya
Gadia jangan salah sangka ya
Karena itu semua palsu

12 Januari 2007

Monday, January 08, 2007

With Hope

This is not at all how
We thought it was supposed to be
We had so many plans for you
We had so many dreams

And now you've gone away
And left us with the memories of your smile
And nothing we can say
And nothing we can do
Can take away the pain
The pain of losing you, but ...

We can cry with hope
We can say goodbye with hope
'Cause we know our goodbye is not the end, oh no
And we can grieve with hope
'Cause we believe with hope
(There's a place by God's grace)
There's a place where we'll see your face again
We'll see your face again

And never have I known
Anything so hard to understand
And never have I questioned more
The wisdom of God's plan

But through the cloud of tears
I see God's smile and say well done
And I imagine you
Where you wanted most to be
Seeing all your dreams come true
'Cause now you're home
And now you're free, and ...

We have this hope as an anchor
'Cause we believe that everything
God promised us is true, so ...

We wait with hope
And we ache with hope
We hold on with hope
We let go with hope


Steven Curtis Chapman

Sunday, January 07, 2007

Mana Aisha?

Awalnya ama sengaja nggak beli makan ke food stall malay dan India di hawker bawah. Mama malah ke food stall baru yang mama belum pernah coba. Mama takut ke sana. Pasti mbak Indonesia dan kakek sarung mini India bakal bertanya, “Mana Aisha?” Dan mama enggan untuk membuka mulut. Tapi hari Kamis kemarin, mama kuatkan melangkah ke sana. Toh cepat atau lambat mama harus kasih tau mereka juga. Mereka fans berat Gadia alias Aisha. Setiap mama lewat atau beli makan, mereka pasti ajak Gadia ngobrol dan main. Apalagi kakek India. Dia bisa cubit2 pipi Gadia, atau minta izin untuk gendong tapi mama nggak pernah kasih. Ada lagi fans Gadia di hawker center situ, satu auntie satu lagi uncle yang pernah kasih handphonenya ke Gadia, kasih liat kartun. Mbak Indonesia menyapa mama ramah. Lama tak jumpa, katanya. Mama bilang di Indonesia. Ooh, jadi Aisha di Indonesia. Mama bilang, “Aisha sudah meninggal, mbak.” “Hah?” “Iya, Aisha sudah meninggal, Desember lalu.” “Bohong, tidak benar itu. Bohong, kan?” “Bener.” Mbak itu menangis seketika. Dia lari ke belakang dan menyembunyikan wajahnya. Lumayan lama. Sampai bosnya yang melayani mama. Dia bilang, sabar ya. Ya, siapa yang percaya Gadia yang dulu tukang senyum, bohay dan sehat wal afiat kini sudah tiada. Tapi dia selalu ada di hati mama, di hati papa, di hati semua orang yang mencintainya.

Don’t miss me too much part 2

Sampai rumah, lihat playpen di ruang tamu. Kosong. Lihat highchair. Kosong. Ingat Gadia kalau duduk di situ, dia malah memutar badannya 360 derajat menghadap ke senderan kursi. Dia amati dan pegang si Pierre, doggie beroverall abu-abu biru yang ada di senderan highchair.
Sampai kamar, oh, lihat kasur beseprei biru, tempat kita bertiga bobo. Lihat kasur pink bunga-bunga, tempat papa atau papa dan mama tidur kalau terusir oleh tuan puteri yang suka berguling-guling. Buka lemari, masih ada alas ompol, celana dalam dan baju Gadia.
Kita harus kuat ya, ma, kata papa. Iya, pa… Dan ingatlah, hanya dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang. Setelah berpikir begitu, baru mama sedikit lega.
Mama membayangkan Gadia berkata, “Don’t miss me too much. It’s very nice up here and I am doing great.”

Friday, January 05, 2007

Don’t miss me too much

Hari Rabu, 3 Januari. Stop grieving, stop crying. We've got to move on, kata papa. We've got to try moving on… Kembali ke Singapura. Kita semua sudah tahu, pasti akan berat sekali rasanya. Banyak kenangan manis sekaligus sedih di sini. 12.40 pm waktu Singapura. Baru sampai di Terminal 2 mama sudah berkaca-kaca. Ingat waktu antar opung. Gadia pakai baju Super Baby, oleh-oleh papa dari Manila. Kita makan kaya toast di Kopi Tiam. Ingat dia begitu manis dan lucu. Ingat dia sempat bete karena mau mimik tapi cari-cari nursing room nggak ketemu. Akhirnya tak terasa, air mata mama pelan-pelan bergulir ke pipi. Kita bisa, ma, kita bisa, terdengar suara papa. Sampai MRT, mama kembali menangis. Ingat sepulangnya antar opung, Gadia mimik, mama udah cuek aja, tutupin pakai jilbab. Sampai Tanah Merah, lihat Gadia masih semangat mimik, mama nggak turun dan kita balik lagi ke Changi. Mama tahan air mata mama. Mama coba kuatkan diri.

Mama menyeret koper. Ringan rasanya. Biasanya yang berat kan baju dan perlengkapan Gadia. Waktu kita pertama datang sampai overweight. Penuh baju-baju Gadia. Biasanya mama nggak bisa ikut angkat koper, karena mama harus gendong Gadia. Kalau bisa memilih, mama rela ngepak berhari-hari seperti dulu, bawa koper berat, asal Gadia ikut sama kita. Dulu kita datang bertiga, pulang juga bertiga. Kenapa sekarang datang lagi hanya berdua? Astaghfirullahalazhiim. Boleh nggak ya, mama berpikir begitu?

Daddy’s Little Girl

Dulu, papa suka sirik sama mama. Gadia punya jaket putih bertulis I love my mommy, dibeliin opung. Papa pengen juga beliin baju atau jaket dengan tulisan I love my daddy. Tapi belum pernah ketemu. Akhirnya waktu papa ke Belgia beberapa waktu lalu, papa menemukan baju bayi pink dengan aksen kotak-kotak bertuliskan “Daddy’s Little Girl”. Papa pun enggak sengaja menemukan kemeja kotak-kotak yang kebetulan matching sama baju Gadia itu. Kata papa, dia mau pakai baju itu bareng sama Gadia di hari ulang tahunnya (13 Desember), terus mau difoto. Mama protes, kenapa mama nggak dibelikan baju juga. Yang matching juga, tentunya. Papa cuma nyengir.

Tanggal 13 Desember lalu, Gadia sudah lemah sekali. Baju itu sudah tidak bisa kita pakaikan. Karena takut dia menjerit dan menangis dan tambah cape kalau kita ganggu. Akhirnya baju itu hanya kita letakkan di punggungnya, sambil dia terus menyusu ke mama. Papa pakai baju itu. Dan kita pun berpose bertiga. Akhirnya, Gadia nggak pernah sempat pakai baju “Daddy’s Little Girl”, but she will always be your little girl, papa.

Bei-bei dan Jing-jing

Waktu papa ke Cina, papa kirim kartu pos dua biji. Satu bergambar si Bei-bei untuk mama. Kata papa, mama dapat medali emas Olympic of Love. Namun kartu pos bergambar Jing-jing untuk Gadia enggak kunjung tiba. Sampai berminggu-minggu berbulan-bulan, nggak sampai juga. Kata papa, itu untuk Gadia yang dapat medali emas Olympic of Life. Ternyata benar ya, dalam olimpiade kehidupannya yang amat singkat itu, dia dapat hadiah surga… Kata mama, pa, mungkin si Jing-jing sudah sampai langsung ke surga, ya.

Dan pemenangnya adalah…

Ini mainan mama sama Gadia. Mama iseng aja awalnya. Kalau lagi main atau ngobrol sama Gadia, mama suka bilang, dengan suara dan gaya dibuat-buat, „Dan pemenangnyaaa adaalaaah…“. Mama berhenti sebentar. Terus lanjutin lagi, „Agadia… Aisha… Wicaak… sonooo… Plok plok plok plok plok.“ Ceritanya plok plok itu bunyi tepuk tangan. Pertama kali dengar itu, Gadia senyum lebar. Hihi, kayaknya dia ngerasa ya kalau lagi dipuji. Tau Gadia senang, mama jadi sering ulang-ulang. Kadang mama sambil lihat mukanya di kaca. Kadang-kadang mama ganti jadi “And the winner is…” atau “And the award goes to…”. Lama-lama Gadia sudah hafal. Setiap mama bilang, “Dan pemenangnya adalah…” Dia pasti bakal ngeliatin muka mama dan menunggu mama menyebut namanya. Suka mama mainin juga. Lama-lamain. Gadia nggak akan berhenti liatin mama sebelum mama lanjutkan, “Agadiaaa… Aisha… Wicaak… sonooo…” Kalau belum ada plok plok plok, Gadia juga masih nunggu… Kalau sudah, baru dia puas.

Si boss

Sekitar satu minggu sebelum masuk RS, Gadia sudah gelisah kalau tidur. Jam 2 bangun bisa nggak tidur lagi sampai pagi, bahkan sampai jam 10. Sebelumnya dia biasa bangun jam 4 terus jam 7 habis jalan pagi tidur lagi. Tapi saat itu, jam 4 subuh dia sudah minta jalan pagi. Kalau mama gendong di dalam kamar, dia marah. Minta keluar. Di luar pun, digendong yangkung, nunjuk2 pintu depan minta keluar. Badannya dicondongkan ke arah yang dia mau, supaya kita sang penggendong menuruti keinginannya. Lihat strollernya parkir, dia tunjuk2. Ditarolah dia untuk duduk di stroller, terus didorong2 ke sana kemari di dalam rumah. Tentu saja, sambil dia mengangkat kakinya ke atas. Seperti boss. Kadang kaki kanannya aja, kadang dua-duanya. Semua ketawa melihat gayanya. Kalau jalan ke luar pun, setiap orang yang melihat akan menegurnya, “De, kayak boss, ya” atau “Duduknya asik banget, ya”.

Ti roti…

Ini cerita waktu kita tinggal di Cinere, sekembali dari Singapura. Mama dan Gadia bobo di kamar paling depan dengan jendela menghadap ke jalan. Habis subuh sekitar jam 5 atau setengah enam, biasanya tukang roti berbagai bakeri bakal lewat. Dengan suara abang-abang atau lagu-lagu yang berbeda-beda. Setiap tukang roti lewat, kalau Gadia lagi tidur dia bisa bangun. Bisa langsung duduk tegak dan mencondongkan kepalanya sambil melihat ke arah jendela. Kalau lagi duduk bisa merangkak ke jendela. Mama gendong aja biar Gadia bisa lihat tukang roti dari jendela. Begitu yangkung tau Gadia seneng dengar bunyi dari sepeda tukang roti, biasanya jam ½ 6 Gadia sudah digendong ke luar untuk lihat ti roti… atau baaaacaaaang… atau lihat mobil mulai berkeluaran satu persatu.

Thursday, January 04, 2007

Tempat main favorit

Tempat main favorit Gadia dulu sih pasti di tempat tidur/ kasur. Di Clementi, cot bayinya diubah jadi playpen dan Gadia lumayan sering main di situ. Di Cinere, dia udah sering bosan main di atas kasur. Maunya berdiriii aja. Kalau udah gitu, tangannya udah nunjuk-nunjuk ke arah meja kecil di samping lemari, di bawah kaca. Sebelum mama berdirikan, mama gendong dulu sambil ngaca. Nanti dia akan ambil kertas Bibendum-Michelin yang ditempel di samping lemari. Terus diemut, biasa. Atau ambil tasbih atau name tag-name tag om Adi yang digantung di sana. Atau meraih dan mengunyah sticker om Adi yang ditempel di kaca yang tulisannya “Call your ex” dan “Let’s mingle”. Terakhir dua sticker itu udah hancur jadi dibuang. Kalau udah diturunin, dia berdiri pegangan meja. Buku2nya semua di atas meja. Satu persatu dia jatohin ke lantai. Kosmetik mama juga, satu-satu dilempar. Kalau udah sapu bersih, dia duduk deh di lantai. Cari mainan baru. Sepatunya, kotak breast pads mama, barbel kecil, dll. Senengnya kalau udah gitu.
Tempat favorit kedua adalah container excel abu-abu dekat rak buku di sudut kamar. Gadia bakal berdiri, pegangan sama laci yang udah mama buka. Dari situ dia bisa menggapai breathy atau transpulmin di rak buku. Atau dia akan mengeluarkan seluruh isi laci. Wafer tango, botol antis, pampers, dll. Pernah suatu kali, semua jilbab mama di dalamnya dilempar satu-persatu keluar:D.
Ada lagi sih satu tempat mainnya. Tapi mainnya bukan dengan berdiri melainkan tengkurep. Jadi, dari kasur, Gadia bakal ambil ancang-ancang untuk merangkak ke arah keranjang pink di samping kasur. Sampai di keranjang pink, satu persatu botol kosmetiknya dia keluarin dan dimainin. Botol minyak telon, botol zwitsal, perlak, dll. Sampai puas, dapat yang dia mau, terus dia lanjut masukin benda-benda tersebut ke dalam mulut sambil berguling-guling di kasur:).
Kalau di luar kamar, dia paling seneng berantakin toples kue sisa lebaran di meja tamu. Sambil berdiri, awalnya minta dititah kelilingin meja. Terakhir dia udah bisa pindah sendiri dari pegang meja ke kursi terus ke meja lagi. Dia paling seneng mainin tupperware ungu. Terus mama suka kasih cheesestick dari salah satu toples-toples itu. Diemut deh sama Gadia:D. Kadang-kadang bagelen juga. Dia doyan loh. Waktu kue-kue udah abis, yang tersisa tinggal vas bunga plastik. Wah, itu mama pasti singkirin dulu. Takut pecah, mama takut. Soalnya tempat tisu sudah jadi korban, hehehe… Udah pecah dijatohin ke lantai:D.

Tempat lain ya di meja kecil di ruang tv. Di sana Gadia juga berdiri terus berantakin apapun yang ada di atasnya. Toples kue atau apapun. Kata yangkung sih, ada lagi tempat main favoritnya, yaitu di meja rias yangti di kamar yangti-yangkung. Semua kosmetik akan diambil dan dilempar ke lantai:).

Kadang-kadang kita main di depan pintu atau di teras. Gadia berdiri pegangan ke gentong-gentong putih. Kalau mas Fadli datang, bisa main berduaan tuh sama2 ngintip isi gentong.

27 Desember 2006

Don't Sleep Away This Night

Tomorrow's near never I felt this way
Tomorrow how empty it'll be that day
It tastes so bitter or are these tears that I hide?
To know that you're my only light
I love you, oh I need you
Oh, yes I do

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
Oh, I love you

How many lonely days
Are there waiting for me?
How many seasons will flow over me?
'Till the emotions make my tears run dry
At the moments I should cry
For I love you, ohh I need You
Oh, yes I do

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
It makes me so afraid

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
The reason is there I Love You


Daniel Sahuleka

And Gadia did stay with us 'till dawn

Monday, January 01, 2007

Cantik, ow ow ow


Ini cerita waktu Gadia masih bayi banget. Satu atau dua bulan. Mama papa yang amit-amit itu suka nyanyi-nyanyi sambil joget-joget. Suatu hari, Gadia bobo terlentang. Mama dan papa nyanyiin lagu „Cantik“. Kita heboh sendiri tanpa sadar Gadia udah ngantuk dan cape. Mama dan papa saking nafsunya, mendekati muka Gadia pas bagian, „ow ow ow“ “Waaaaaaaaaaaaaaa” berteriaklah Gadia sekencang-kencangnya dilanjutkan dengan nangis. Mama papa panik. Opung ngakak di luar kamar.

29 Desember 2006

Si cantik darat, si lucu laut

Ini sebenernya hasil ngaconya si papa. Sebelum kita ke Singapura, di Indonesia lagi ngetop-ngetopnya lagu „Buaya darat“-nya Ratu. Kita suka nyanyiin ke Gadia. Tapi kata-katanya kan jelek banget „Lelaki, buaya darat…“ jadi papa ganti dengan, „Agadia, si cantik darat…“ Terus makin ngaco jadi „si lucu laut“. Makin ngaco lagi dengan bilang „Agadia si cantik darat dan mama si lucu laut“. Mama balas bilang kalau papa si ganteng udara. Soalnya papa kan sering banget berpergian keliling dunia naik pesawat. Waktu Gadia akhirnya naik pesawat juga, kita bilang Gadia si keren udara. Wah, udah deh ngaco pangkat seribu. Tak lama sesudah Gadia pergi, mama dan papa sempat teringat lagu si cantik darat. Wah, bingung dia sekarang apa ya. Bukan di darat, bukan di laut, bukan di udara. Jadi si mulia surga, kata papa.

29 Desember 2006

Kenangan terindah

Banyak sekali cerita tentang Gadia yang belum sempat mama tuangkan di blog ini. Dulu mama suka bingung cari ide untuk menulis. Tapi kalau tentang Gadia, terlalu banyak yang bisa ditulis, diceritakan, dibagi ke orang lain. Hanya mama belum sempat dan mungkin tidak akan pernah bisa merangkum seluruh kenangan indah mama bersama Gadia. Walau hanya 9 bulan 25 hari, tapi Gadia meninggalkan kenangan yang paling indah dan manis dalam hidup mama.

29 Desember 2006

Bobo bertiga lagi

Waktu mama cerita ke papa soal ngefansnya Gadia ke om Adi, papa sampai berujar, „Tapi nanti kalau papa datang mau ya bobo sama papa. Jangan-jangan maunya bobo sama om Adi lagi.“ Setelah papa kembali ke Singapura habis libur Lebaran, mama biasanya sih nggak terlalu melankolis. Mungkin karena kebutuhan intimacy mama terpenuhi dengan memadu kasih dengan Gadia. Tapi di saat menjelang papa mau datang (tadinya papa sudah pesan tiket untuk tanggal 12 Desember, tapi karena Gadia sakit dipercepat jadi tanggal 8 Desember), mama pernah bilang ke Gadia, „Gadia, tempat tidur ini luas sekali ya. Biasanya kan papa tidur di ujung sana. Asyik banget ya, kalau kita bisa bobo bertiga lagi.“ Dulu di Clementi, Gadia bobonya lasak sekali. Waktu masih pake tempat tidur, papa bisa dia tendang sampai ngungsi ke kamar sebelah. Waktu kasur sudah diturunin, kasur queen size itu bisa dia kuasai sendirian, mama dan papanya bobo di kasur busa pink bunga-bunga 10 dolar-an. Udah gitu, dia tetep aja suka guling-guling sampe kasur ekstra itu bahkan sampai lantai. Di Cinere, dia kalem banget kalau bobo. Makanya kasur king size rasanya luas sekali. Gadia bahkan sering banget bobo sambil peluk mama, pegangan rambut mama, cengkram kaus mama, atau taro kaki di paha mama atau di atas guling besar.
Rupanya Allah belum kasih kita bobo bertiga lagi… Sebelum papa pulang, Gadia terlanjur ke RS dan nggak sempat bobo di rumah lagi.

29 Desember 2006

Air Zumbala

Dari kira-kira umur 3 bulan, kalau lagi cebokin Gadia pakai kapas bola, mama suka iseng nyanyi, „zumbala zumbala zumbala zum“. Entah artinya apa, mama asal aja. Biasanya Gadia jadi memelototkan matanya mendengar mama nyanyi. Air cebok Gadia di wadah plastik kecil pun kita namakan “air zumbala”. Semakin dia besar, makin seneng lah dia dengan wadah air zumbala. Wadah az bisa jadi rebutan mama dan Gadia. Kalau mama letakkan di tempat yang masih bisa dijangkau Gadia, wah bisa repot. Bisa tumpah di kasur atau di lantai. Pernah suatu hari, di Clementi, mama lupa taro wadah az ke atas meja rias lagi sesudah mencebok Gadia. Mama tinggal sebentar, pas mama balik Gadia lagi menggigiti lalu memandangi wadah tersebut. Airnya tentu sudah tidak ada. Aih-aih… jangan-jangan keminum ya…

29 Desember 2006

Main laptop






Sejak di Clementi, Gadia emang suka main laptop. Mama sih, suka surfing sambil mimiin Gadia. Ntar dia suka protes kalau berisik dan malah jadi gak tertarik mimik. Gadia akan balik badan dan malah mencet-mencet keyboard laptop sambil melihat ke layar. Kalau udah gitu mama puterin aja lagu “Schnappi”. Makin heboh deh dia nonton, mengamati visualisasi di media player. Di Cinere, dia makin seneng main laptop. Biasanya mama ngetik kalau Gad lagi bobo. Kalau dia terbangun liat laptop nyala, segera dia merangkak ke arah laptop. Lihat mama ngetik, dia akan ikutan ngetik (ada hasil ketikannya di bawah). Lihat mama mainin touch pad, dia ikut-ikut menyentuhkan jari mungilnya ke atas touch pad. Yang paling lucu waktu dia dengan napsunya mencakar-cakar keyboard, berhenti di huruf C lalu mencabutnya sehingga terlepas. Jadi laptop papa (yang lebih tepat disebut desktop saking beratnya) itu sekarang kehilangan huruf C-nya.

Ini dia “masterpiece” hasil ketikan Gadia tanggal 27 November 2006. Oh ya, ketikan kata “gadia” di sela-sela rentetan huruf tak berarti lain, tentu mama yang ketik ya. Sisanya baru Gadia yang ketik.

Dsxgadia HBVV YM ;:---LJGTÜÖÄÜÖÄÜÖÄNG
:T-OÄ::::::::::::::::::::::::::::::::VRRRRRRRRRRRRRRRV
o T/DXFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFVCXVX b


Iiiiiiiii$$$$§E

29 Desember 2006

Her mata

Bagian tubuh Gadia yang paling cantik dan enggak berubah dari lahir hingga akhir, adalah matanya. Tatapan matanya cerdas, cerdik, sekaligus nakal. Yangti yang pertama kali bilang mata Gadia „mbeti“. Bahasa Jawa yang kira-kira artinya cerdas tapi nakal. Kalau udah mengamati sesuatu, mukanya serius, matanya fokus. Yang tertangkap kamera adalah waktu dia seneng banget nonton bola pas Piala Dunia Juni 2006. Juga waktu dikasih liat VCD untuk bayi. Juga kalau lagi main dan mengamati benda yang menurutnya menarik. Saat „ngetik“ di laptop mama misalnya (lihat „Main laptop“), atau liatin kipas angin (lihat “Mana kipas anginnya?”), dan banyak lagi. Bahkan ketika dia sakit terakhir pun, dia sempet-sempetnya mengamati monitor ECG yang berisi grafik dan angka warna-warni. Cerdas, tapi juga sekaligus nakal, menggoda. Kalau habis „ngerjain“ mama, atau siapapun, tatapan matanya bakal seperti „ngeledek“ ditambah senyum „jumawa“nya penuh kemenangan. Tatapan matanya juga kadang-kadang genit, menggoda koko-koko favoritnya, terutama kalau lagi di MRT (lihat „Gadia, idola MRT).
Di Singapura, sedikitnya dua kali auntie-auntie memuji matanya. Pernah di stasiun MRT Clementi waktu kita mau pergi, ada keluarga terdiri dari nenek, ibu dan anak menegur Gadia. Kata neneknya, „Her eyes ah, very clever! “ Ada lagi auntie di MRT yang duduk di samping opung. Mama duduk di samping kiri opung. Gadia tidur mama peluk. Tiba-tiba Gadia terbangun. Matanya langsung membelalak, mengamati dan mempelajari setiap sudut. “Wo bin ich?” (Dimana aku?). Auntie itu langsung berkomentar, “Her mata are very nice. Very clever!”

29 Desember 2006

Paling sedih…

Hari Rabu malam lalu, mama dan papa pergi ke RSIA Permata Cibubur. Kita, didorong juga oleh keluarga dan teman-teman, memang ingin punya anak lagi. Ingin punya ade-nya Gadia. Udah bikin janji dengan dr. Ovy jam ½ 7 malam. Sebelum magrib kita udah sampai. Aduuuh… baru masuk aja mama udah tekenang-kenang Gadia. Lihat ruang perinatal dari jauh, lihat ruang Safir 3 dari jauh, lihat ruang VK dan jalan menuj ruang operasi dari jauh… Habis sholat magrib, kita duduk di sofa ruang tunggu depan ruang praktik dokter. Ingat waktu tanggal 18 Juni kita ke dokter Hermansyah malam-malam karena Gadia susah pup udah 4-5 hari. Pakai piyama mickey-donald putih. Ditimbang di timbangan di ruang tunggu itu, beratnya saat itu sudah 7 kg. Papa juga jadi ikutan sedih lihat foto besar SBY, karena Gadia waktu digendong papa liatin foto itu terus.
Setelah hampir 2 minggu Gadia pergi, saat itu saat yang paling sedih untuk mama. Di tempat itulah mama pertama kali berjumpa Gadia. Mama hampir menangis. Tapi mama tahan… banyak orang di sana.
Masuk ke ruang praktik sekitar jam ½ 8, mama langsung cerita ke dr. Ovy. Beliau kaget bukan main. Kita pun cerita tentang Gadia yang awalnya sehat, tiba-tiba kena virus. Tapi masih lincah dan pintar sampai 2 minggu sebelum kepergiannya. Lumayan lama kita ngobrol…
Tanggal 21 Februari 2006, Gadia lahir ke dunia. Siapa sangka mama dan papa akan kembali ke sana dengan hati perih? Tanggal 18 Juni 2006, mama dan papa antar Gadia ke dokter. Siapa sangka mama dan papa akan kembali ke sana dengan jiwa merintih?

29 Desember 2006

Satu detik dalam mimpi mama

Kemarin mama dan papa bobo di Cimanggis. Paginya, habis subuh mama mau tidur lagi. Udah lama mama berpikir, kok papa sering banget mimpi Gadia. Sementara mama, sejak Gadia pergi kok nggak pernah ketemu Gadia dalam mimpi. Eh, pagi itu Gadia hadir dalam mimpi mama. Gadia senyum manis sekali seperti yang di foto di Parc Oasis waktu Gadia berusia 5 bulan. Hanya satu detik, lalu hilang. Ah, sepertinya Gadia hanya ingin beritahu mama kalau Gadia bahagia di sana. Terimakasih, ya, sayang.

27 Desember 2006

Everything reminds me of you

Kemana aja mama pergi… pasti ingat Gadia. Tadi malam mama ke Cinere mal. Sedih sekali. Ingat waktu beli sepatu cat-cit biru Gadia, tepat pas Gadia ulang bulan ke-9 (ulang bulan terakhir Gadia di dunia ini). Seharian itu Gadia good mood. Makan banyak 5 kali. Bahkan pas pulang, walau Gadia sempat tidur, malam2 disuapin, Gadia masih tetap lahap. Mama ingat juga waktu kita ke Gramedia beli buku resep makanan bayi. Gadia udah ngantuk dan nangis digendong yangkung. Soalnya Gadia udah ngantuk. Nyariin mama tuh, tapi mama mau ambil nggak dikasih:(. Tapi akhirnya Gadia ketiduran juga pake baby carrier yang menghadap depan. Kasian banget liatnya. Mama sibuk sama oma milih buku resepnya. Baru deh abis itu mama ambil Gadia lalu mama gendong dengan posisi tidur dalam dekapan mama.

27 Desember 2006

TDC

TDC singkatan dari Teu Daek Cicing. Itu sih istilah opung. Waktu opung ke Singapura, lihat Gadia lincaaaahhh banget. Bener-bener nggak bisa diem. Kalau di atas kasur, dia pasti guling-guling, merayap atau merambat. Sebelum mandi dan sesudah mandi, pasti jadi ajang pertarungan mama dan Gadia. Mau dibuka bajunya, tau-tau udah kabur ke ujung kasur. Mama kejar, eh dia melarikan diri lagi ke ujung satunya. Terus aja begitu. Apalagi kalau pakai baju. Bisa lama banget. Padahal mandinya cuma sebentar, persiapan dan pakai bajunya yang lama. Sampai sesudah sakit pun, dia masih tetep aja lincah. Apalagi waktu udah mulai minta dititah. Bener-bener enggak bisa diem. Di kasur guling-guling, di lantai minta dititah ke mana aja Gadia mau. Kalau benda yang ingin dia raih tinggi, mama gendong. Nanti liat benda di bawah, minta diturunin lagi, terus dia „lari“ mengejarnya. Dulu, mama pernah sempat terucap kalau mama cape. Tapi sejak lihat Gadia terbaring lemas di RS, mama langsung nyesal. Habis itu mama justru bersyukur Gadia lincah. Bahkan mama suka lupa kalau Gadia sakit jantung. Saking lincahnya. Dokter Poppy aja berkali-kali berkomentar akan kelincahannya. Tidak terlalu umum memang (agaknya), anak berpenyakit jantung tapi lincah. Di ruang praktiknya, Gadia sering berdiri di pangkuan mama, terus tangannya mengobrak-abrik file bertulis „confidential“ milik dokter di atas meja:). Dokter ahli gizi, dr. Tinuk, juga berkomentar (di dua kunjungan) akan kelincahan Gadia. Katanya, bagus banget anak dengan decompensated heart failure bisa lincah begitu. Kata dokter Poppy, pantesan berat badan nggak naik-naik, karena energinya dipakai untuk main terus (belum lagi untuk kompensasi penyakit jantung dan pencernaannya).
Tak terkatakan, bahagianya orang tua yang punya anak cerdas dan lincah. Pernah istrinya teman papa mengeluh karena anaknya nggak bisa diam sampai ibunya capek, katanya. Mama langsung „sok“ nasehatin. Alhamdulillah, anakku lincah, begitu kata mama.
Mama bayangkan Gadia lagi berlari-lari main di taman surga sekarang…

27 Desember 2006

Cium papa – cium mama

Di usia 7-8 bulan, Gadia makin mengerti banyak kata. Pertama kali papa yang bilang ke Gadia, „cium papa“. Eh dia cium pipi papa. Mama baca memang pada usia 7-8 bulan, bayi sudah bisa mengerti dan menuruti perintah sederhana. Makin lama dia makin pintar. Kata-kata standar seperti mimik, mana?, makan, jalan-jalan, mandi, main, pergi, mama sholat dulu, ya, sebentar ya, tunggu, dll dia sudah ngerti. Di Cinere, mama sering pamer ke orang2. “Gadia, cium mama!” Dan Gadia pun mencium pipi mama dengan lembut. Pernah dites ke yangti, eh si baik hati mau loh cium yangti. Cium mbak Sul juga pernah. Yang lucu, kalau mama dan Gadia lagi main di tempat tidur. Kalau mama lagi posisi tidur, dia biasanya berdiri pegangan ke rambut mama. Dia juga suka jambakin rambut mama. Awalnya kalau mama bilang, „Cium mama!“, Gadia bakal cium terus jambak rambut. Mama bilang, „Terimakasih, tapi jangan dijambak, dong.“ Lama kelamaan, sepertinya Gadia bingung antara cium dengan jambak. Kalau mama minta cium, dia malah jambak rambut mama. Kalau mama protes minta jangan dijambak, jambakannya malah makin keras, he he he…

27 Desember 2006

Hey boo, hey boo, boo eh

Cooing Gadia yang pertama, waktu dia berumur dua bulan, kalau nggak salah “Huu” apa “Hee”. Lalu berkembang jadi “Ah goo”. Kata papa, eh kok nggak sopan ngejangkar (manggil tanpa sebutan) ke papa (Agung)”:D. Waktu papa pulang ke Singapura, terus datang lagi bulan Juni, Gadia udah bisa manggil. Liat papanya tidur, dia bangunin, “Heh!”. Lagi-lagi papa geleng-geleng. „Bener begitu manggil papa, sayang?“
Yang paling lucu waktu sudah di Singapura, kalau dia lagi nangis. Bunyi-bunyian bisa keluar semua. Yang paling sering adalah, „Hey boo, hey boo, boo eh“ atau „Boo eh, boo eh“. Terus “Heiks”. Lama-lama mama perhatikan dia nangis hey boo kalau sudah sedih sekali. Jadi kalau tiba-tiba hey boo keluar dari mulut mungilnya, itu pertanda serius. Mama harus benar-benar tanggap akan kemauannya dan harus bisa menghiburnya.
Waktu masih kecil banget dia juga pernah nangis, “momoomomo” tapi sekali aja. Kira-kira 7 bulan, baru Gadia nangis “mamamamamammama” lagi. Mama ingat di NUH dia sempat nangis sambil “mamammama” sepulang dari ICU. Waktu sudah di Cinere sebelum Lebaran, dia sering nangis sambil “mamammama”.
Pertama kali dia panggil “mama” hari Rabu, tanggal 1 November. Tengah malam, Gadia bangun, mama masih tidur. Terus dia bangunin mama. “Mama”, gitu panggilnya. Mama pun bangun dan menanggapinya.
Kira-kira usia 8 bulan, baru Gadia heboh babbling, “he wawawawa, bababababa, papapapapa”. Kadang bunyinya, “babababapapapa bapapapapa” dengan muka serius dan mulutnya dibulatkan. Lucu dan menggemaskan sekali… Sayang papa belum pernah lihat dia panggil papa. Hanya pernah lewat telefon. Waktu papa datang dari Singapura, Gadia sudah lemas dan nggak pernah babbling lagi.

27 Desember 2006

Pandangan cinta Gadia untuk mama


Dari Gadia masih kecil 1-2 bulan, Gadia sering sekali menatap mama dengan mesra. Mama rasanya melayang-layang bahagia, terharu, bangga. Biasanya sih kalau Gadia mau mimik, sebelum dia ngenyot, sempat-sempatnya dia liat wajah mama, menatap mama, terus tersenyum. Ah, indah sekali. Rasanya luar biasa. Hanya bisa dirasakan oleh ibu-ibu yang menyusui anaknya.

I love you – huu
Waktu Gadia usia dua bulan, dia udah mulai cooing. Huu, ah goo, heiks. Begitu bunyinya. Pernah suatu hari di Cimanggis, waktu Gadia berusia 2 bulan-an, mama lagi mandiin Gadia dengan baby bath tub pink-nya itu di depan kamar tidur depan. Kata opung, “Aduh, pandangan ke emak, lihat deh, penuh cinta.” Mama langsung membalas tatapannya itu. Mama bilang, “I love you”. To my astonishment, Gadia membalas dengan, “huu”. Seolah artinya “I love you, too”. Perasaan mama saat itu tak tergambarkan. Subhanallah. Indahnya.

Dua hari terakhir
Sebelum Gadia pergi, Gadia mimik terus. Di ruang isolasi, mama duduk di atas tempat tidur besar, bersandar bantal sambil menyusui Gadia. Kadang-kadang mama ngantuk dan ketiduran. Opung melarang mama tidur. Kata opung, mama harus tetap bangun, nggak boleh tidur kalau lagi jaga Gadia, jadi ibu itu memang harus capek. Tapi mama tetep aja suka ketiduran sambil menyusui. Kata opung, berkali-kali kalau mama lagi tertidur, Gadia ngeliatin mama… lagi-lagi dengan pandangan penuh cinta. Opung sampai menangis terharu. Ato juga menangis terharu waktu opung ceritain. Terimakasih ya, Gadia. Maafkan mamamu ya, Nak, yang suka tertidur kalau lagi menyusuimu. Maafkan semua salah mama, ya, Nak. I love you… Huu…

27 Desember 2006

Main Terakhir

Hari Rabu tanggal 13 Desember. Pagi itu sekitar pukul 9-10, mama jaga Gadia sendiri. Kita masih di bed yang biasa, belum pindah ke ruang isolasi. Banyak suster-suster peserta kursus yang magang di IW anak. Pagi itu Gadia maunya mimik terus (sejak Selasa magrib sebenarnya). Kata salah seorang suster magang, taro aja, ajak main dong. Mama coba deh taro Gadia di tempat tidur. Gadia nangis. „Mana mainan favoritnya?“, tanya si suster. Mama cari di laci, ups ketemu rexona hijau. Mama tau, itulah mainan favorit Gadia, tapi entah kenapa mama malu sama suster. Mama malah keluarin Elmo, Storybook Rhymes dan gajah biru. Sama suster, Gadia ditarik ke posisi duduk. Mama sampai takjub karena itu untuk pertama kalinya sejak Gadia masuk RS, dia duduk tanpa senderan. Gadia pun berhenti menangis. Kita main lumayan seru, loh. Mama senang sekali. Dari sisi kiri Gadia, mama pindah ke sisi kanan. Di situ Gadia lagi asyik mengemut tag gajah biru (Gadia memang seneng banget sama tag boneka, melebihi ke bonekanya sendiri:D). Tag bertulis “pull me” itu seharusnya sih dicopot. Tapi karena mama tau Gadia suka, mama sengaja nggak copot. Terus mama teringat Gadia fluh Gadia. Mama ketawa dan bilang, “Gadia, fluh, Gadia”. Mendengar itu, Gadia langsung ngeliatin mama lama banget, sepertinya dia ingin senyum atau ketawa, tapi nggak bisa. Mama senyum terus ke Gadia. Tapi Mama nggak mau paksa dia senyum, lalu kita lanjutin main lagi. Eh, tiba-tiba dokter Poppy dateng. Kita lagi asik-asiknya main. Mama udah pengen rasanya ngusir dia. Tapi mama juga pengen nanya2 ke dia. Ya udah, bener deh, begitu dokter mendekat, Gadia langsung menjerit dan menangis lagi. Ya udah, cuman bisa didiemin dengan mimik lagi deh. Ternyata itu adalah main terakhir Gadia dengan mama di dunia. Semoga kita bisa main-main lagi kelak, ya, Nak.

27 Desember 2006

Senyum terakhir

Dulu sebelum sakit, Gadia adalah bintang dimanapun dia berada. Semua orang dikasih senyum. Kalau lebih beruntung, kita bisa dapat teriakan gemes (squeal in delight) atau ketawa. Di supermarket, di food court, di MRT, di jalan, di antrian imigrasi Singapura. Di mana-mana. Yang paling berkesan waktu ulang tahun yangkung, 1 Juli 2006. Kita makan di Ikan Bakar Cianjur di Cipete. Saat itu, Gadia selalu tersenyum digendong siapapun. Digendong yangkung, yangti, opung, mbak Sul, mbak Ike dan alm. Yangyut, senyummm terus. Foto-foto penuh dengan senyuman Gadia. Sebenarnya waktu Gadia sudah sakit dan pulang dirawat di NUH, Gadia masih tetap sering senyum. Memang sejak pulang dari RS, Gadia hanya mau digendong mama atau papa. Kalau mama titip ke orang lain dan sementara mama melakukan hal yang nggak bisa dilakukan kalau sambil gendong Gadia, dia pertamanya nangis dan marah. Nanti kalau mama datang dan ambil Gadia dari orang tersebut, Gadia akan berbalik ke orang tadi (misalnya yangti atau opung) dan memberi senyuman yang manis sekali. Kata papa itu „hadiah hiburan“. Seolah Gadia berkata, „Jangan sedih, aku hanya kangen mamaku, koq.“

Makin lama Gadia makin jarang senyum. Hanya kalau benar-benar lucu aja dia mau senyum, apalagi ketawa. Kalau habis ditinggal mama, lalu mama datang, nangisnya bisa langsung diam. Tapi tak ada lagi senyum untuk orang yang menjaganya selama mama pergi. Untuk bikin Gadia senyum, mama harus ekstra usaha. Misalnya cium2 seluruh tubuhnya, mainin lidah mama keluar masuk sampai Gadia berusaha meraih lidah mama, main ciluk-ba yang harus seru banget, main muka di kaca, dll. Baru deh Gadia mau senyum.

Kira-kira 2 minggu terakhir sebelum Gadia pergi, mukanya serius dan sering cemberut. Ya, mungkin menahan rasa sakit yang luar biasa. Walaupun main seru, tapi mukanya serius banget kayak berpikir. Kalau jalan pagi mukanya pasti bete. Kalau mama berhenti sebentar dorong strollernya, dia pasti marah. Digodain orang-orang yang berkomentar akan kakinya yang naik ke atas (gaya boss banget deh), dia cuek aja. Kira-kira sejak tanggal 30 November Gadia sudah pelit banget senyum. Esoknya Gadia terbangun pukul 2 pagi dan pupup. Habis itu dia susah sekali mau tidur lagi. Ditaro salah, digendong salah. Akhirnya mama ngantuk, mama baringkan Gadia disebelah mama. Akhirnya tertidur sendiri. Hari minggunya, tanggal 3 Desember, itulah kali pertama mama perhatikan Gadia lemas. Kalau digendong, kepalanya disenderkan ke dada mama. Walaupun pagi dan siangnya Gadia masih semangat main. Kita duduk di depan pintu main semut-semut sampai opung dan ato datang.

Beberapa hari kemudian, Selasa atau Rabu, baru Gadia mau senyum lagi. Walau nggak lebar. Mama pasang batere baru untuk Elmo dan Classical stacker. Jadi bisa bunyi lagi, nyaring lagi. Dia sempat senyum deh pas main-main di ruang tv di atas karpet cokelat.

Hari Kamis tanggal 7 Desember, sebelum malam harinya Gadia kita bawa ke UGD RS Harapan Kita, Gadia udah cemberut seharian. Paginya kita jalan ke Blok L. Mama senang dan bilang, “Wah, asik Gad, kita punya rute jalan pagi baru nih. Daripada di Blok M terus kan bosan.“ Tanpa mama mengira, itu adalah jalan pagi terakhir bersama Gadia. Hari itu, tidak seperti hari-hari biasa, mama bawa bekal air putih di gelas Sesame Street hijau. Dan Gadia seneng banget dikasih air putih. Biasanya kalau dikasih susu promil di gelas Magmag, dia bakal protes bisa sampai teriak-teriak.


Sol sepatu
Seusai mandi pagi, ada tukang sol sepatu lewat. Tukangnya bakal berteriak, „Sol se-pa-tuuk“ dengan nada yang lucu. Apalagi penekanan di suku kata „tuuk“nya. Mama tiruin aja suara tukang itu dengan ekspresi dibuat-buat dan maksimal. Eh, Gadia senyum sedikit. Mama girang banget, karena udah berhari-hari Gadia nggak senyum selain waktu main sama Elmo. Itu juga hanya sekilas. Mama umumkan ke yangti, mbak Sul dan mbak Ike kalau Gadia senyum gara-gara tukang sol sepatu.

Main lidah di depan kaca
Kamis sore kita ke RS Puri Cinere untuk ke dokter ahli pencernaan. Karena Gadia selalu menjerit kesakitan setiap ngeden dan kentut. Tapi di sana disarankan untuk ke dokter anak dulu. Karena praktiknya baru malam, mama dan yangti memutuskan untuk pergi ke Klinik Anakku saja, nggak jauh dari RS tersebut. Lepas dari ruang praktik dr. Irawan, saat itu sudah magrib. Yangti sholat duluan di musholla. Mama pakaikan Gadia jaket putih I love my mommy karena hujan lebat dan dingin sekali. Sambil gendong Gadia, mama dan Gadia sama-sama menghadap kaca yang besar. Mama mainin lidah mama keluar masuk. Eh, nggak disangka, Gadia tersenyum manis. Itulah senyum terakhir Gadia untuk mama di dunia ini.

Senyum terakhir untuk suster Nita, opso, yangti dan opung

Jumat malam tanggal 8 Desember, malam pertama di intermediate ward anak. Mama yang jaga malam sendiri di dalam. Papa di luar, tidur di tempat tidur bekas ICU yang diletakkan begitu saja di lorong. Gadia nggak bisa tidur sama sekali. Setiap ditaro, dia bangun. Jadi mama gendong. Tapi kalau digendong, nggak lama dia juga marah minta ditaro. Terus begitu sampai esok harinya (Sabtu, 9 Desember). Dokter jaga bingung. Bolak-balik meriksa pakai stetoskop, tetep nggak tau kenapa. Suster Nita yang jaga malam itu, akhirnya berinisiatif kasih air putih. Ditaro di dalam botol pakai dot. Seumur-umur itulah pertama kali Gadia menghisap dot. Gadia senang sekali dan minum banyak. Sesudahnya, suster Nita dikasih hadiah senyuman. Lumayan lebar. Mama sampai cemburu. Suster Nita senang bukan main.

Hari Sabtu 9 Desember dan Minggu 10 Desember, banyak yang besuk hari itu. Ada yangde Win-yangde Koko, yangtante Rina-yangom Bud, yangtante Upi- yangom Yoni, opso, oma, mama Walesa, tante Gustya-om Ical, tante Wulan-om Charlie, tante Emi, om Nando, tante Lita-om Ulya, dll. Wah, mama lupa mana yang besuk hari Sabtu, mana yang Minggu.
Sampai malam, opso n the gank masih ada di dalam ruangan. Mama udah gelisah, kasian Gadia kan mau istirahat, mama mau peres ASI, takut ada penyebaran infeksi, dll. Sebel banget. Suster juga nggak ngusir-ngusir. Tapi mama diluar keasikan ngobrol juga sama tante Wulan cs. Waktu mama masuk, Gadia lagi dikasih makan. Konon kabarnya Gadia sempat senyum manis ke opso, waktu opso kasih makan. Wah, mama ketinggalan.

Hari Minggu itu, Yangtante Rina kasih hadiah dengan bungkusan biru i-baby berupa gajah biru Infantino, yang kalau ditarik gantungannya, bisa bergetar sendiri. Mainan bayi banget, sebenernya (birth and up), tapi Gadia kayaknya suka. Warnanya biru sih. Kira-kira hari Senin atau Selasa, Yangti mainin si gajah biru. Eh, lagi-lagi nggak disangka, Gadia senyum. Waaaahhh senangnya bukan main. Walaupun lemas dan tergolek lemah di tempat tidur, tapi dia masih mau senyum.

Senyum terakhirnya dihadiahkan untuk opung. Hari Rabu siang, kita sudah dipindahkan ke ruang isolasi. Mama lupa kenapa Gadia bisa tiba-tiba senyum ke opung. Tapi cukup jelas kok, dia senyum manis ke opung. Habis itu, mama nggak pernah liat Gadia senyum lagi. Kecuali dalam mimpi (lihat „Satu detik dalam mimpi mama).

Tempat main favorit Gadia

Tempat main favorit Gadia dulu sih pasti di tempat tidur/ kasur. Di Clementi, cot bayinya diubah jadi playpen dan Gadia lumayan sering main di situ. Di Cinere, dia udah sering bosan main di atas kasur. Maunya berdiriii aja. Kalau udah gitu, tangannya udah nunjuk-nunjuk ke arah meja kecil di samping lemari, di bawah kaca. Sebelum mama berdirikan, mama gendong dulu sambil ngaca. Nanti dia akan ambil kertas Bibendum-Michelin yang ditempel di samping lemari. Terus diemut, biasa. Atau ambil tasbih atau name tag-name tag om Adi yang digantung di sana. Atau meraih dan mengunyah sticker om Adi yang ditempel di kaca yang tulisannya “Call your ex” dan “Let’s mingle”. Terakhir dua sticker itu udah hancur jadi dibuang. Kalau udah diturunin, dia berdiri pegangan meja. Buku2nya semua di atas meja. Satu persatu dia jatohin ke lantai. Kosmetik mama juga, satu-satu dilempar. Kalau udah sapu bersih, dia duduk deh di lantai. Cari mainan baru. Sepatunya, kotak breast pads mama, barbel kecil, dll. Senengnya kalau udah gitu.
Tempat favorit kedua adalah container excel abu-abu dekat rak buku di sudut kamar. Gadia bakal berdiri, pegangan sama laci yang udah mama buka. Dari situ dia bisa menggapai breathy atau transpulmin di rak buku. Atau dia akan mengeluarkan seluruh isi laci. Wafer tango, botol antis, pampers, dll. Pernah suatu kali, semua jilbab mama di dalamnya dilempar satu-persatu keluar:D.
Ada lagi sih satu tempat mainnya. Tapi mainnya bukan dengan berdiri melainkan tengkurep. Jadi, dari kasur, Gadia bakal ambil ancang-ancang untuk merangkak ke arah keranjang pink di samping kasur. Sampai di keranjang pink, satu persatu botol kosmetiknya dia keluarin dan dimainin. Botol minyak telon, botol zwitsal, perlak, dll. Sampai puas, dapat yang dia mau, terus dia lanjut masukin benda-benda tersebut ke dalam mulut sambil berguling-guling di kasur:).
Kalau di luar kamar, dia paling seneng berantakin toples kue sisa lebaran di meja tamu. Sambil berdiri, awalnya minta dititah kelilingin meja. Terakhir dia udah bisa pindah sendiri dari pegang meja ke kursi terus ke meja lagi. Dia paling seneng mainin tupperware ungu. Terus mama suka kasih cheesestick dari salah satu toples-toples itu. Diemut deh sama Gadia:D. Kadang-kadang bagelen juga. Dia doyan loh. Waktu kue-kue udah abis, yang tersisa tinggal vas bunga plastik. Wah, itu mama pasti singkirin dulu. Takut pecah, mama takut. Soalnya tempat tisu sudah jadi korban, hehehe… Udah pecah dijatohin ke lantai:D.

Tempat lain ya di meja kecil di ruang tv. Di sana Gadia juga berdiri terus berantakin apapun yang ada di atasnya. Toples kue atau apapun. Kata yangkung sih, ada lagi tempat main favoritnya, yaitu di meja rias yangti di kamar yangti-yangkung. Semua kosmetik akan diambil dan dilempar ke lantai:).

Kadang-kadang kita main di depan pintu atau di teras. Gadia berdiri pegangan ke gentong-gentong putih. Kalau mas Fadli datang, bisa main berduaan tuh sama2 ngintip isi gentong.

27 Desember 2006

Gadia’s toys

Lagi mengingat-ingat mainan Gadia... hmm ini yang keinget. Yang gak ketulis berarti lupa.

Plush toys:
Pooh (Winnie the Pooh), Tigger, Bunny, Felix/Felicia (Pelican), si Bunga (blue flower), keluarga kodok (Frog family finger puppet), si Gajah biru.

Books:
Friends of all Sizes (cloth book), Toys, Who Lives Here?, Mary Had a Little Lamb, Bunny: Days of the Week (cloth book), Polo (pop-up), Cinderella, Cinderella: Believe, Snow White, Snow White: Best Friends, Si Joey at ang Gulay Gang/The Veggie Gang (English-Tagalog), Oh, Mateo: When Flowers Bloom (English-Tagalog), Hippo (squeaky book), Panda Bear (squeaky book), Laura Ingalls Wilder Little House:Laura Helps Pa, Laura's Garden, Anggota Tubuh, Kalau Aku Mau Makan, Kalau Aku Mau Mandi.

Musical toys:
Musical mobile Love Story, Musical mobile Christmas Carol, Panda house music, Kissing panda couple, Color click camera, Storybook rhymes, Elmo, Touch ‘n Crawl, Classical stacker, Miniature of Korean traditional musical instrument Taegeuk (drum-like) or “Dumba-dumba”.

Squeaky and rubber toys:
Becky (rubber duck Singapore Great Race 2003), Monkey, Ducky.

Balls:
Glass ball with marble, rainbow ball, squeeze ball Pooh and Friends, blue cloth ball

Other toys:
Bubbles

Other things treated as toys:
Rexona hijau yangkung, minyak telon Konicare, Antis, Breathy, Transpulmin, Zwitsal baby bath, Zwitsal baby bath 2 (shampoo), Zwitsal baby hair lotion, Zwitsal powder, Johnson’s baby cologne, Pigeon baby wipes, kapas bola, wadah air zumbala (lihat “Air zumbala”), Nuvo, Tango wafer (biru), thermometer, White musk mama, empty or filled Ultra milk package, CDs, laptop, Wilson hand soap, and all papers, plastics, bottles.

27 Desember 2006