Friday, December 22, 2006

Signs

Banyak orang bilang, misalnya oma, oma aja sedih sekali Gadia pergi, tapi pasti yang paling sedih mama. Ya, mama juga yakin itu. Mama paling sedih di antara semua. Boleh dibilang, mama orang terdekat Gadia, dan Gadia orang terdekat mama, apalagi papa jauh selama sebulan lebih terakhir. Walaupun demikian, mama juga tahu, mamalah yang paling siap akan peristiwa ini. Beberapa hari sebelum Gadia sakit, Gadia seolah sudah ngomong ke mama, bahwa dia akan pergi terlebih dahulu. Setelah Gadia dipanggil oleh-Nya, mama semakin yakin kalau memang dulu itu Gadia berusaha memberi tahu mama.

“What if…”
Waktu kita tinggal di Clementi, dari pagi hingga sore papa kerja. Jadi mama dan Gadia cuma berdua di rumah. Otomatis mama sering tinggalin Gadia di kamar sendiri, sementara mama pipis, pup, mandi, atau melakukan pekerjaan rumah tanga seperti nyuci, nyapu, dll di belakang. Kadang juga mama tinggal wudhu dan mama sholat di kamar sementara Gadia tetap di tempat tidur/ kasur.
Siang itu ( beberapa hari sebelum Gadia sakit, jadi usia Gadia sekitar 7 bulan lebih), mama tinggalin Gadia untuk urusan mulai dari kamar mandi sampai pekerjaan di dapur. Gadia sudah menangis tapi masih mama biarin sebentar. Beberapa saat kemudian, mama datang ke kamar dan melihat Gadia lagi nangis sambil tengkurep di atas kasur (waktu itu kasur sudah kita pindahin ke bawah). Mama bilang mama bakal balik lagi sebentar lagi karena kerjaan mama belum selesai. Tapi Gadia udah nggak bisa ditenangin, dia pun menatap mama yang berdiri di depan pintu. Gadia menatap mama dalam-dalam dan di situlah mama yakin dia ngomong ke mama, “Ma, kesinilah ma, what if you’re not gonna see me again?”. Mama merinding mendengar suara yang tak terdengar itu. Mama langsung nangis dan menggendong Gadia segera.
Sejak saat itu mama sering mendapat tanda-tanda dan firasat kalau memang Gadia akan mendahului kita untuk kembali pada Allah SWT.
Sebenarnya, mengapa mama sampai terpikir akan kematian orang terdekat diawali dengan wafatnya suami teman mama. Mereka pasangan muda dan dikaruniai seorang putri. Mama benar-benar sedih dan kaget mendengar berita itu, hingga di malam-malam setelahnya mama sering melamun sambil menggendong Gadia. Apalagi papa lagi ada di Indonesia, jadi mama benar-benar hanya berdua dengan Gadia. Semakin mama memikirkan, mama seolah terus ditanya, apakah mama sudah siap jika suatu saat orang tercinta mama dipanggil oleh Allah SWT. Banyak sekali malam-malam mama lalui dengan perenungan. Seolah peristiwa tersebut jadi peringatan untuk mama. Makin lama mama semakin terdorong untuk mulai menyiapkan diri dan mulai lebih banyak berdoa untuk minta diberi kekuatan oleh-Nya.
Tak disangka tanggal 4 Oktober Gadia terpaksa harus dirawat di rumah sakit di Singapura. Gadia yang selama ini sehat, gemuk, lincah dan cerdas dan tidak pernah sakit, tiba-tiba terkulai lemas dan menolak untuk main. Lebih mengejutkan lagi, Gadia didiagnosis terkena infeksi virus di jantung (Myocarditis) dan sempat menginap 2 hari di ICU. Saat itu mama cuma bisa minta ke Allah, supaya Gadia jangan dipanggil secepat itu karena mama masih minta waktu untuk bisa benar-benar siap. Walaupun mama juga sadar, urusan hidup dan mati adalah sepenuhnya wewenang-Nya.

La Tahzan
Firasat-firasat sudah semakin sering mama rasakan beberapa minggu sebelum Gadia meninggalkan dunia ini. Salah satu yang paling jelas adalah saat mama tiba-tiba ingin sekali baca buku La Tahzan (Jangan Bersedih). Sudah lama mama ingin baca buku itu, tapi kali itu mama benar-benar tergerak untuk naik ke musholla di atas. Sambil menggendong Gadia, mama pun mengambilnya dari rak buku. Malam harinya, saat Gadia sudah terlelap, di bawah keremangan lampu tidur Gadia, mama membolak-balik buku itu. Buku La Tahzan terdiri dari cerita-cerita pendek yang tidak begitu terstruktur, sehingga kita bisa bebas untuk memulai membaca dari halaman manapun yang kita mau. Setelah membolak-balik halaman dan skimming beberapa halaman, Mama berhenti dan memutuskan untuk mulai membaca halaman 231. Itu adalah lanjutan halaman sebelumnya yang membahas “Kepada Mereka yang Ditimpa Musibah”. Di halaman 231 tersebut, tertulis hadis qudsy yang berbunyi:
“Sesungguhnya jika Allah mencabut anak seorang hamba yang beriman maka Allah bertanya kepada para malaikat (yang mencabutnya), “Kalian telah mencabut nyawa anak hambaku yang beriman?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Kalian mencabut buah hatinya?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Apa yang dia katakan?” Mereka menjawab, “Dia memuji Engkau dan mengembalikan (semua urusannya untuk-Mu).” Allah berkata, “Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namakan rumah itu dengan Baitul Hamd.” (HR. Tirmidzi).
Mama langsung merinding seketika. Mama tercekat. Mama pun menangis mohon kekuatan pada-Nya. Mama takut, tapi sekaligus mama bersyukur Allah memberi mama petunjuk. Mama menatap Gadia yang saat itu sedang tertidur pulas.

Romantic Moments
Dulu, waktu Gadia masih berumur antara 0-4 bulan dan masih tinggal di Cimanggis, setiap mimik suka mama kasih soundtrack dari cd player (lihat bagian Kafe Pojok Cinta). Salah satu CD favorit mama (dan kata mama sih, Gadia juga suka!) itu adalah CD Romantic Moments-nya Roberto Bravo yang berisi instrumental piano dari soundtrack film-flim Eropa seperti Cinema Paradiso dan beberapa film Perancis. Dulu juga, opung berkomentar, “Aduh, lagu-lagunya sedih sekali. Jadi kepingin nangis.” Sob, sob. Opung tersedu. Beberapa minggu sebelum Gadia masuk RS, waktu kita tinggal di Cinere, mama minta dibawakan cd player dari Cimanggis. Mama pingin mendengarkan lagu-lagu bersama Gadia lagi seperti dulu. Untuk lullabies saat mama menggendong Gadia, atau untuk saat paling mesra saat Gadia menyusu pada mama. CD itu pun selalu jadi pilihan pertama mama. Pernah saat mendengarkan lagu-lagu dari cd player, terbersit di benak mama, “Kalau Gadia sudah nggak ada nanti, mama pasti akan nangis hebat mendengar semua lagu-lagu kenangan ini.” Seolah mama sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

Gadia sering melamun
Mulai di Cinere, Gadia jadi sering melamun. Padahal dulu Gadia anak yang ceria yang nggak pernah berhenti tersenyum. Gadia masih lincah dan nakal, pengennya minta dititah aja dan berantakin meja. Tapi ada masanya di mana tatapan matanya tiba-tiba menerawang jauh. Mama sering dengar katanya orang suka melamun kalau mau meninggal. Tapi mama juga suka buang pikiran itu jauh-jauh. Ah, itu kali karena Gadia udah lebih pinter aja sekarang, gitu ucap mama untuk menenangkan diri. Sampai sekarang, mama nggak tahu. Entah apa yang dulu dia suka lamunkan. Moga-moga tentang surga yang kekal tempat tinggalnya sekarang.

I’m sorry, baby
Memang kira-kira sejak akhir November, Gadia sesekali suka rewel nggak jelas. Biasanya mama selalu tahu apa mau dia. Mau main sambil berdiri di meja, bosan main di kasur, bosan dengan mainan yang lagi dimainin, bosan di kamar pengen keluar, pengen ambil benda tertentu, pengen mimik susu, pengen minum air, pengen digendong, ngantuk pengen tidur, dll. Tapi sudah beberapa hari itu, dia suka nangis atau merintih tanpa mama tahu apa yang dia mau. Sebelumnya diawali dengan dia suka meronta dan memanjat dada kita kalau kita gendong. Jadi kalau biasanya dia merasa nyaman digendong, ada kalanya digendong pun dia masih tidak nyaman. Mulai akhir November itu pula, dia yang tadinya tidur pulas kalau malam (paling bangun untuk minta mimik 1-2x), sudah mulai gelisah saat malam. Bisa pup jam 2 pagi terus susah untuk tidur lagi. Kalau sudah gitu, digendong salah, ditidurin salah, nangis terus. Kadang-kadang dia bukan hanya nangis, tapi juga teriak2 marah dan kesel. Mama sedih, karena mama nggak bisa mengerti keinginannya, and was not able to soothe or comfort her. Tapi ada kalanya juga mama terbersit kesel, yang kalau mama boleh excuse, sangat manusiawi. Untungnya mama suka segera sadar dan buang jauh-jauh kesel mama sambil berusaha berempati pada Gadia. Opung pernah bilang, jangan-jangan Gadia begitu karena dia kesakitan. Mama sempat tanya dr. Poppy, apa benar dia kesakitan. Tapi dr. Poppy seolah menghibur mama, ah, memang dia lagi rewel aja kali. Dan saat itu mama ingin mempercayai hal itu, makanya mama pura-pura percaya. Ya, kata mama, Gadia cuma lagi rewel aja, ah. Sambil berusaha mengingkari bahwa actually she was in pain.
Di suatu pagi (beberapa hari sebelum Gadia dibawa ke RS Harapan Kita untuk dirawat), Gadia susah sekali untuk tidur. Dia bangun sekitar jam setengah empat pagi, dan habis itu nggak bisa tidur lagi. Udah di bawa jalan-jalan pagi keliling kompleks, pulangnya tertidur sebentar, eh sampai rumah bangun lagi. Jam 10 pagi, akhirnya Gadia tertidur. Mama taro di kasur, eh Gadia bangun. Mama gendong-gendong lagi, eh Gadia nggak bisa tidur lagi. Mama yang semalaman hampir nggak tidur, udah mulai kesel. Untungnya mama segera ingat bahwa jadi mama harus siap capek dan nggak boleh kesel. Mama langsung nyesel banget dan ingat mama pernah marah dulu di Clementi waktu Gadia nggak bisa tidur sampai jam 10 malam. Mama nggak mau mengulangi perbuatan bodoh mama itu lagi untuk kedua kali ataupun seterusnya. Mama pun nangis sambil nyanyi lullaby ciptaan mama sendiri:
“I’m sorry baby
For all the wrongs I did
I’m sorry baby
For everything I did
I’m sorry baby
I love you”
Nggak lama, Gadia tertidur dalam pelukan mama. Ingat waktu memeluk Gadia saat itu, indah sekali rasanya. Mama nangis. Mama bertekad untuk terus sabar menghadapi Gadia. Dia anak baik, dia nggak berniat ngerjain mamanya atau bikin mamanya capek. Tapi dia sakit, jadi dia terpaksa rewel. Mama bertekad untuk nggak kesel atau marah pada Gadia serewel apapun dia. Mama bertekad, memberinya kenangan manis sebelum dia pergi. Ya, saat itu mama mulai merasa, bahwa bisa jadi mama nggak akan lama masih bisa menikmati meninabobokannya dalam timangan mama.

There was a pretty little girl

Elmo, mainan favorit Gadia. Mainan itu dikasih tante Puti waktu ke rumah kita di Clementi. Elmo selalu dibawa kemanapun, karena bentuknya ramping, ringan, gampang dibunyiin, ada ring untuk nyantelin ke stroller/ high chair/ carrier, dan yang pasti Gadia bisa diam kalau lagi nangis kalau denger Elmo nyanyi diiringi bunyi guk-guk-guk. Ada 3 lagu yang terdengar kalau kita pencet anjing yang dipegang Elmo. Dua diantaranya I love you, Bingo, satu lagi mama nggak tau:D. Lagu Bingo paling favorit dan papa udah pernah bikin kata-katanya sendiri sejak kita di Singapura. Begini versi papa:
“Papa punya anak cantik
Namanya Agadia
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu
Putri mulia, pintar serta solihah”
Waktu oma dengar lagu Elmo, oma lah yang kasih tau kalau itu lagu Bingo. Jadi Bingo tuh nama seekor anjing. B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… and Bingo was his name, o.
Sama oma diganti lagi lirik lagu itu jadi:
“There is a pretty little girl
And Gadia is her name, o
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu”

Kadang mama senang nyanyi reff nya aja:
„Gadia…Anak cantik mama
Gadia… Kesayangan mama…“

Hari Rabu tanggal 13 Desember, mama senandungin lagu itu dalam hati. Waktu mama lagi ambil barang di locker intermediate ward anak, kan sepi nggak ada orang, mama cuek aja nyanyi kenceng:
“There was a pretty little girl…”
Mama kaget sendiri, loh kok “was” sih? Bukannya „is“? Mama ulang lagi:
„There was a pretty little girl…“
Mama kaget lagi. Astaghfirullah, kata mama. Mama akhirnya nggak jadi nyanyi.
Mama jadi takut kalau suatu saat mama akan nyanyi bener-bener harus pakai “was”. Dan memang begitulah sekarang kenyataannya.

Blog ini
Ya, mama mulai rajin nulis tentang Gadia, yang rencananya mau dipublish di blog yang sudah mama buat sebelumnya, mulai tanggal 28 November. Mama tulis mulai dari dia lahir, cerita2 lucu sehari2, seolah mama tahu suatu saat mama pasti ingin mengenang Gadia dengan membaca-baca lagi cerita tentangnya.

Tanda-tanda lain
Tanda-tanda lain dari dokter Poppy, dokter lain dan suster-suster di IW anak juga makin menguatkan firasat mama kalau sepertinya secara medis, harapan untuk Gadia hidup semakin kecil. Mengapa dokter Poppy malah mengizinkan Gadia untuk mimik terus sampai mama disuruh tidur di tempat tidur bayi, kita sampai dipindah ke ruang isolasi dan disediakan tempat tidur besar supaya mama bisa tidur kelonan dengan Gadia, sikap suster-suster yang mendadak manis dan baik hati, semua seolah memberi tanda awal ke kita semua. Tadinya keluarga kita dimusuhi suster-suster karena sering jaga lebih dari satu orang, bahkan bisa beramai-ramai. Tapi sejak hari Selasa malam, semua mendadak jadi manis. Padahal Selasa siang mama sempat-sempatnya ngomel ke suster Dewi yang ateng alias sok tahu. Tapi sesudahnya mereka jadi manis-manis, bahkan papa diijinkan tidur di situ menemani mama dan Gadia.
Hari Rabu pagi, saat dr. Poppy mengunjungi Gadia, kebetulan cuman ada mama di situ sama Gadia. Beliau sudah memperingatkan mama akan kemungkinan sudden death diakibatkan kerja jantung yang makin berat, yang memang bisa terjadi pada penderita Cardiomyopathy. Mama juga sempat bertanya akan ritme jantung Gadia yang mama amati di ECG-nya mengikuti pola berubah-ubah, diantaranya “sustained VT” (VT = semacam serangan yang membuat otot menjadi kaku) dan “asystole” (tidak ada pemompaan darah). Dr. Poppy tidak menghiraukan dan berusaha menenangkan mama. Dr. Ganesha pun datang paginya, menanyakan apa anak mama masih rewel. Beliau nggak berkomentar dan hanya berkata dr. Poppy yang akan menjelaskan. Mama sudah tahu kira-kira artinya.
Dari Senin malam, sebenernya Gadia sudah nggak mau digendong oleh orang lain selain mama. Dia bisa menjerit histeris kalau orang lain menggendongnya. Tapi malam harinya dia masih mau dijaga opung. Selasa kira-kira magrib, dia terus menyusu ke mama baik suckling maupun ngempeng aja. Nggak berhenti-henti, sampai mama harus tidur disebelahnya. Dia benar-benar tidak melepaskan bibirnya ke payudara mama sampai hari Kamis sekitar pukul 4 sore. Dimana dia benar-benar sudah tidak sanggup untuk melakukan hal apapun, lalu akhirnya terkulai, matanya terpejam, bibirnya membiru dan tubuhnya mulai kaku.

19 Desember 2006

1 comment:

Anonymous said...

agadia.blogspot.com is very informative. The article is very professionally written. I enjoy reading agadia.blogspot.com every day.
cash loans
payday loan