Bagian tubuh Gadia yang paling cantik dan enggak berubah dari lahir hingga akhir, adalah matanya. Tatapan matanya cerdas, cerdik, sekaligus nakal. Yangti yang pertama kali bilang mata Gadia „mbeti“. Bahasa Jawa yang kira-kira artinya cerdas tapi nakal. Kalau udah mengamati sesuatu, mukanya serius, matanya fokus. Yang tertangkap kamera adalah waktu dia seneng banget nonton bola pas Piala Dunia Juni 2006. Juga waktu dikasih liat VCD untuk bayi. Juga kalau lagi main dan mengamati benda yang menurutnya menarik. Saat „ngetik“ di laptop mama misalnya (lihat „Main laptop“), atau liatin kipas angin (lihat “Mana kipas anginnya?”), dan banyak lagi. Bahkan ketika dia sakit terakhir pun, dia sempet-sempetnya mengamati monitor ECG yang berisi grafik dan angka warna-warni. Cerdas, tapi juga sekaligus nakal, menggoda. Kalau habis „ngerjain“ mama, atau siapapun, tatapan matanya bakal seperti „ngeledek“ ditambah senyum „jumawa“nya penuh kemenangan. Tatapan matanya juga kadang-kadang genit, menggoda koko-koko favoritnya, terutama kalau lagi di MRT (lihat „Gadia, idola MRT).
Di Singapura, sedikitnya dua kali auntie-auntie memuji matanya. Pernah di stasiun MRT Clementi waktu kita mau pergi, ada keluarga terdiri dari nenek, ibu dan anak menegur Gadia. Kata neneknya, „Her eyes ah, very clever! “ Ada lagi auntie di MRT yang duduk di samping opung. Mama duduk di samping kiri opung. Gadia tidur mama peluk. Tiba-tiba Gadia terbangun. Matanya langsung membelalak, mengamati dan mempelajari setiap sudut. “Wo bin ich?” (Dimana aku?). Auntie itu langsung berkomentar, “Her mata are very nice. Very clever!”
29 Desember 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment