Friday, December 22, 2006
Makan
Makan kayaknya jadi waktu yang paling menakutkan buat Gadia. Waktu dia 6 bulan, pertama kali mama kasih dia bubur susu beras merah Nestle dan dia doyan banget. Mulutnya sampai nyari-nyari sendok. Habis itu belepotan deh bibir, pipi sampai hidung. Mama masih ingat waktu itu tanggal 21 Agustus, mama nunggu papa pulang untuk menyaksikan bersama Gadia pertama kali makan. Papa yang pangku Gadia, mama yang suapin dari mangkok merah Mothercare. Setelah 10 hari, mama mulai kenalin dia dengan makanan yang lain seperti kentang, brokoli, keju, satu persatu. Mama juga mulai bikin bubur beras digiling sendiri dan dicampur ASI. Biasanya sih dia doyan apel, labu parang, ubi jepang, pepaya, pisang, pir. Sayurnya mama konservatif: brokoli. Saat 7 bulan, mama mulai bikin nasi tim saring, tapi lauknya dipisah. Seingat mama dia doyan banget. Tapi habis itu mulai perlahan-lahan nafsu makannya menurun. Mama udah coba semua variasi, Gadia tetap nggak begitu semangat. Puncaknya waktu Gadia 7,5 bulan. Dia sudah semakin susah makan. Sampai Gadia cuman mau makan pisang lembut dan dicampur air. Kasar sedikit, dia marah. Mama sampai curhat di milis ex-Pelangiers karena frustrasi Gadia nggak mau makan. Nggak lama dia pun jatuh sakit sampai harus di rawat di RS. Mama baru sadar, rupanya dia sakit radang tenggorokan jadi susah nelan.
Sejak saat itu dia susah sekali makan. Kita sekeluarga resah dan panik. Berat badan Gadia menurun dan Gadia yang tadinya montok dan sehat berangsur-angsur mengurus. Baju-bajunya jadi kegedean. Kita pun jadi sering berantem soal makan Gadia. Mama kekeuh nggak mau kasih garam dan gula. Perang besar dengan papa dan yangti tak terhindarkan. Paling hanya beberapa kali Gadia doyan banget makan sampai kita semua senang dan amat bersyukur. Misalnya waktu yangti bikin bubur rasa soto, Gadia makan banyak sekali. Tapi dia langsung pup 7 kali. Jadi, kalau Gadia makan banyak, tetap aja yang keluar banyak.
Habis itu dia habiskan nasi tim saring kaldu ayam plus lauk ayam dan zucchini bikinan mama. Juga oatmeal pakai pir. Beberapa kali buah pir campur bit juga bisa habis. Makanan favoritnya terakhir adalah bubur kentang rasa semur bikinan yangti. Dia bisa lahap sekali dan habis banyak. Sementara cemilan-cemilan yang dia doyan adalah Gerber rasa Turkey dan Baby Choice baik yang chicken maupun original. Pernah sampai habis dua bungkus sekali makan. Mama perhatikan, dia nggak begitu suka manis, tapi suka yang gurih. Oh ya, dia juga suka sekali keju.
Istilah-istilah makan (20-22-27 Desember)
Suat-suat
Ini ciptaan opung, plesetan dari suap-suap. Yuk, suat-suat, yuk. Artinya, ini waktunya makan.
Bubur dulu, baru air
Gadia kan doyan banget air. Dia maunya air aja. Jadi kalau mulutnya udah nyari air, kita bakal suapin bubur sambil bilang, “Bubur dulu”, Gadia nangis. Begitu kita kasih air sambil bilang, “Baru air”, baru Gadia sedikit terhibur.
Slaber raksasa
Biasanya mama akan coba Gadia makan di high chair dulu. Kadang-kadang dia mau sukarela disuap. Tapi di tengah-tengah kalau udah nangis tapi makannya baru sedikit, baru deh cara-cara lain terpaksa ditempuh. Mama akan gendong Gadia. Tapi Gadia bakal melepeh atau meper di kaos mama. Jadi kalau habis makan, mama perlu ganti baju, Gadia apalagi harus ganti baju. Terakhir, mama selalu pake slaber dari bekas bedong Gadia waktu kecil. Supaya nggak terlalu sering ganti baju.
Kursi panas
High chair pinjaman dari teman yangti Uki itu dinamain mbak Sul “kursi panas”. Kalau udah didudukkan di situ, pasti Gadia bakal disupa. Dan seringnya, ujungnya Gadia pasti nangis.
Nenek sihir
Menurut mama sih, siapapun penyuapnya, bahkan mama sekalipun, kalau udah ada unsur pemaksaan, maka dia pantas disebut nenek sihir. Pasti Gadia takut lihat sang penyuap seperti kalau lihat nenek sihir:(.
27 Desember 2006
Air, air, air!
Waktu Gadia mulai makan padat di usia 6 bulan, mama paling hanya kasih dua suap air putih sesudah makan. Kadang-kadang malah kalau dia sudah terlanjur bosan dan minta mimik, ya nggak minum air putih sama sekali. Waktu opung datang berkunjung ke Singapura, opung bilang Gadia supaya dikasih air putih. Mama kekeuh nggak mau nurut. Mama takut Gadia kekenyangan air padahal ASI mama kan juga banyak mengandung air dan jauh lebih bergizi. Tapi waktu Gadia berumur 7 bulan, mama ingat mama masak nasi tim saring spesial. Pake kaldu daging, terus brokolinya dipisah. Gadia doyannn banget. Tapi ternyata kuncinya satu sendok nasi tim saring, lalu satu sendok air. Sesudah peristiwa itu, Gadia jadi makin doyan air. Air bisa jadi pancingan supaya Gadia mau makan. Kalau dia sudah mulai menolak makanan, mama akan bilang, “air, air, air!”, lalu Gadia pun membuka mulutnya atau bahkan mulutnya mencari-cari sendok duluan.
Sampai akhir hayatnya, Gadia tetap senang banget kalau dikasih air, baik dari gelas langsung (seperti orang dewasa), dari sippy cup atau spout, dan dari sendok. Bahkan waktu di RS, suster Nita yang memberinya air, langsung dapat senyuman manis.
20 Desember 2006
Sampai akhir hayatnya, Gadia tetap senang banget kalau dikasih air, baik dari gelas langsung (seperti orang dewasa), dari sippy cup atau spout, dan dari sendok. Bahkan waktu di RS, suster Nita yang memberinya air, langsung dapat senyuman manis.
20 Desember 2006
Ebek-ebek
Ini sih sebenernya istilah ciptaan opung. Ceritanya ebek-ebek itu bunyi dari kaki Gadia yang dihentakkan ke kasur (saat dia terlentang). Ini menandakan dia lagi senang. Waktu di Clementi saat opung berkunjung, setiap kali mama bilang, „Mandi, yuuk!“, dia bakal menghentakkan kakinya berkali-kali ke kasur. Kalau kita bilang, „Ebek-ebek-ebek,“ dia bakal tambah heboh menghentakkan kakinya. Sampai terakhir di Cinere, mama suka bilang, „Ebek-ebek,“ dan Gadia pun akan menghentakkan kakinya sambil nyengir lucu. Kadang Gadia duluan yang ebek-ebek dan mama akan merespon dengan bilang, „Ebek-ebek,“ sampai Gadia bosan:).
20 Desember 2006
20 Desember 2006
Jangan berisik!
Kalau Gadia lagi mimik mama sambil bobo, dia suka marah kalau di sekitarnya berisik. Apalagi kalau mama ngomong. Uh, dia bisa bete. Dari masih di Cimanggis dia suka begitu. Eyang Amrullah dan Kak Icha bisa sampai pulang karena takut ganggu. Tapi mama paling ingat waktu di Cinere, Gadia mimik, mama menyusui sambil baca buku „The Heart of Parenting“. Pas mama bolak-balik halaman, dia protes, „Uugh..ugh.“ Mama cuek dan terus baca, akhirnya sambil terus mimik, tangan kanannya merampas dan melempar buku mama jauh-jauh:).
20 Desember 2006
20 Desember 2006
Biru- warna favorit Gadia
Mama perhatikan Gadia paling senang warna biru. (Wah, sama dong kayak mama papa!!! Baju penganten mama papa aja kan biru.) Kalau bintang-bintang dari classical stacker-nya dicopot satu-satu dan dijejerkan, dia pasti bakal meraih yang biru lebih dulu. Begitu juga waktu mama kasih sekaleng wafer Tango (bukan untuk dimakan Gadia tentu!), dia pasti selalu memilih yang warna biru. Jadi mama sisain sengaja nggak makan yang warna biru, bisa buat pegangan dia kalau lagi makan di atas high chair. Pertama kali dia suka biru sih, kayaknya waktu di Parc Oasis. Dia minta digendong ke arah lemari papa, buka pintu, terus mainin baju-baju papa yang digantung. Dari sederet baju papa (hm, yang banyak itu, benar), dia selalu memilih kemeja lengan panjang biru. Lalu lengan bajunya bakal dia kenyot-kenyot sampai basah. Hihihi… Ketika papa mau pakai baju itu, mama bilang, „Pa, kan lengannya udah penuh iler Gadia.“ Papa cengar-cengir aja. Oh ya, satu lagi benda biru kesukaannya adalah buku mama „The Heart of Parenting“, warnanya biru cerah dan ada gambar hati merah besar di tengahnya. Gadia rela untuk merangkak jauh demi menggapai buku mama. Kadang-kadang kalau lagi baca bareng, Gadia membuang bukunya dan malah merebut buku mama:).
20 Desember 2006
20 Desember 2006
LUCU: Remote AC
Pertama kali Gadia main remote AC (dan dia suka banget maininnya!) waktu di Cimanggis, waktu kita balik dari Singapura untuk merayakan Lebaran di tanah air. Remote memang ditaro di atas tempat tidur. Eh, tau-tau Gadia sudah menyambar dan menekan tombol on/off. Maka matilah AC yang lagi nyala itu seketika:D. Di Cinere, berkali-kali dia pencet tombol2, kalau AC lagi nyala bisa mati, lagi mati bisa nyala, atau tiba-tiba kok terasa panas sekali. Ternyata tombol temperatur udah ditekan Gadia jadi 33!!! Hihihi… Tapi yang paling kocak adalah waktu Gadia mimik ke mama di pojok kasur. Saat itu mama membatin, kok dingin banget ya. Tau-tau kaki Gadia menghentak ke kasur, mengenai tombol on/off remote AC, dan AC pun berhenti bekerja. Mama ketawa dan tanya, „Oh, kenapa dimatiin, sayang? Dingin, ya?“ Gadia menjawab dengan menghentakkan kakinya sekali lagi ke remote AC dan AC kembali menyala! Hehehe…
20 Desember 2006
20 Desember 2006
LUCU: Mana kipas anginnya?
Mama pernah bilang ke Gadia, „Gadia, kamu norak deh, baru lihat kipas angin aja.“ Ekspresi muka Gadia itu loh, kalau lihat kipas angin, antara bengong dan senang. (Mama payah, ya:D). Pertama dia tertarik sama kipas angin waktu kita ke rumah opso (sebelum kita ke Singapura). Kepalanya sampai mendongak ke langit-langit untuk lihat kipas angin berputar-putar. Di Clementi, lagi-lagi dia „norak“ dan ngeliatin kipas angin berputar di ruang tamu (yang besar yang terpasang di langit-langit) ataupun kipas angin kecil yang ada di kamar.
Waktu kita udah tinggal di Cinere, kipas angin yang sering dia lihat kipas angin berdiri (stand fan) National warna pink. Kalau lagi dipasang, dia ikutin deh arah kipas angin itu berputar ke kanan-kiri. Suatu hari baling-baling dan casing kipas angin itu dicopot untuk dibersihkan. Gadia lagi digendong mama lewatin tiang kipas angin. Gadia menoleh cepat ke arah kipas angin dan dengan mata melotot ekspresi heran ngeliatin tiang kipas angin yang saat itu tiada berbaling-baling. Hihihihi… mama ketawa ngakak. „Mana kipas anginnya, Gadia?“ Gadia pun terus pasang muka bingung ngeliatin kipas angin „buntung“. Beberapa jam kemudian, mama sengaja lewat situ lagi, dan lagi-lagi Gadia pasang tampang heran ngeliatin si kipas angin buntung.
Baru esoknya mama tunjukkin ke Gadia kalau baling-baling dan casing udah terpasang lagi.
20 Desember 2006
Waktu kita udah tinggal di Cinere, kipas angin yang sering dia lihat kipas angin berdiri (stand fan) National warna pink. Kalau lagi dipasang, dia ikutin deh arah kipas angin itu berputar ke kanan-kiri. Suatu hari baling-baling dan casing kipas angin itu dicopot untuk dibersihkan. Gadia lagi digendong mama lewatin tiang kipas angin. Gadia menoleh cepat ke arah kipas angin dan dengan mata melotot ekspresi heran ngeliatin tiang kipas angin yang saat itu tiada berbaling-baling. Hihihihi… mama ketawa ngakak. „Mana kipas anginnya, Gadia?“ Gadia pun terus pasang muka bingung ngeliatin kipas angin „buntung“. Beberapa jam kemudian, mama sengaja lewat situ lagi, dan lagi-lagi Gadia pasang tampang heran ngeliatin si kipas angin buntung.
Baru esoknya mama tunjukkin ke Gadia kalau baling-baling dan casing udah terpasang lagi.
20 Desember 2006
Gudty cuty beauty
Dari sebelum Gadia lahir, mama papa sudah sering menyapa atau memanggil Gadia yang ada dalam perut. Panggilannya pun aneh-aneh. Yang normal ya “Gadia”. Kadang-kadang “Sigad sigad sigad sigadia…” Waktu Gadia udah lahir, awalnya dia kita panggil “Gad-gad”. Ato sampai terakhir masih suka panggil dia Gad-gad. Waktu Gadia sekitar 2 bulan-an, kita suka perpendek jadi “Gad” (sampai terakhir mama suka panggil dia cukup “Gad” aja). Waktu dia 2 bulan-an itu mama juga sering iseng panggil dia “Gud-gud“. Suka dimarahin oma, karena gutgut punya arti jelek dalam bahasa Batak. Dari Gud-gud, papa yang punya ide memanjangkannya jadi „Gudty“. Sejak sebelum berangkat ke Singapura sampai beberapa saat di sana, kita jadinya panggil dia „Gudty“. Itu juga yang menginspirasikan panggilan mama jadi „mumu“, papa jadi „pupu“. Jadi kita bertiga: Gudty, pupu dan mumu.
Waktu Gadia menjelang 6 bulan, mama berpikir, wah kalau kita panggil Gudty terus nanti dia nggak tau kalau namanya Gadia. Nanti kalau kita panggil dia bingung. Maka mama papa sepakat untuk stop panggil dia Gudty dan kembali memanggilnya Gadia. Sejak saat itu dia selalu menoleh kalau kita panggil Gadia. (Tapi dia juga mau nengok kalau kita panggil „Cantik“ atau „Gad“ aja).
Orang-orang Melayu di Singapura sih selalu panggil dia „Aisha“. Penjaga-penjaga hawker termasuk kakek India bersarung mini yang ngefans pada Gadia pasti bakal girang kalau kita datang dan selalu memanggil, “Aisha…” Yang pertama panggil dia Aisha adalah Nenek Jawiah, landlady kita, dan anaknya Kak Nurul. Jadi kalau kenalan dengan orang Melayu, kita bilang aja namanya Aisha.
Terakhir sekali, papa sering SMS tanya kabar Gadia. Tau-tau papa udah nyebut Gadia dengan Gudty beauty. Mama tambahin aja di SMS balasan: Gudty cuty beauty. Kita jadi sering panggil dia dengan nama panjang itu deh:). Mbak Ike yang suka momong Gadia kalau mama lagi makan, sholat atau mandi juga mama denger suka ikut2 panggil Gadia: „Gudty cuty beauty!“
20 Desember 2006
Waktu Gadia menjelang 6 bulan, mama berpikir, wah kalau kita panggil Gudty terus nanti dia nggak tau kalau namanya Gadia. Nanti kalau kita panggil dia bingung. Maka mama papa sepakat untuk stop panggil dia Gudty dan kembali memanggilnya Gadia. Sejak saat itu dia selalu menoleh kalau kita panggil Gadia. (Tapi dia juga mau nengok kalau kita panggil „Cantik“ atau „Gad“ aja).
Orang-orang Melayu di Singapura sih selalu panggil dia „Aisha“. Penjaga-penjaga hawker termasuk kakek India bersarung mini yang ngefans pada Gadia pasti bakal girang kalau kita datang dan selalu memanggil, “Aisha…” Yang pertama panggil dia Aisha adalah Nenek Jawiah, landlady kita, dan anaknya Kak Nurul. Jadi kalau kenalan dengan orang Melayu, kita bilang aja namanya Aisha.
Terakhir sekali, papa sering SMS tanya kabar Gadia. Tau-tau papa udah nyebut Gadia dengan Gudty beauty. Mama tambahin aja di SMS balasan: Gudty cuty beauty. Kita jadi sering panggil dia dengan nama panjang itu deh:). Mbak Ike yang suka momong Gadia kalau mama lagi makan, sholat atau mandi juga mama denger suka ikut2 panggil Gadia: „Gudty cuty beauty!“
20 Desember 2006
Kupu-kupu yang lucu (2)
Sekitar dua minggu sebelum Gadia sakit di Cinere, mama dan Gadia makin sering main di teras depan. Kadang-kadang Gadia minta berdiri di gentong putih, kadang-kadang mama gendong aja. Kita lihat kupu-kupu. Di halaman depan kita nggak ada bunga, jadi kupu-kupu yang datang paling cuma yang kuning atau polos lainnya. Di rumah tetangga depan ada bunga bougenville. Di sanalah kita lihat kupu-kupu warna-warni dan besar. Nanti mama tunjuk, itu kupu-kupu. Gadia akan lihat ke arah yang mama tunjuk. Lalu kupu-kupunya terbang ke sana kemari, mata Gadia akan mengikuti arah kemana mereka terbang. Terus mama nyanyi deh:
“Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga di taman
Berayun-ayun pada tangkai yang lemah
Tidakkah kau kira
Merasa lelah”
Setelah Gadia pergi
Mama sering membayangkan Gadia berlari-lari mengejar kupu-kupu di taman surga. Sambil tertawa riang.
Oh iya nggak lama setelah Gadia pergi, pohon bunga bougenville tetangga depan dipangkas habis! Berarti kupu-kupu cantik warna-warni nggak akan dateng lagi ke situ ya. Apa mereka sudah ikut Gadia ke surga juga?
20 Desember 2006
“Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga di taman
Berayun-ayun pada tangkai yang lemah
Tidakkah kau kira
Merasa lelah”
Setelah Gadia pergi
Mama sering membayangkan Gadia berlari-lari mengejar kupu-kupu di taman surga. Sambil tertawa riang.
Oh iya nggak lama setelah Gadia pergi, pohon bunga bougenville tetangga depan dipangkas habis! Berarti kupu-kupu cantik warna-warni nggak akan dateng lagi ke situ ya. Apa mereka sudah ikut Gadia ke surga juga?
20 Desember 2006
Pus temen Gadia (2)
Di Cinere, Gadia punya temen2 baru. Biasanya sih sesama bayi2 seperti De Ragit, mas Fadli, Jasmine, dll. Tapi kali ini seekor kucing berwarna hitam dan badan bawahnya berwarna putih. Nggak cakep, menurut mama. Mana kotor dan jorok, hobinya main di tempat sampah. Mama panggil dia „Pus temen Gadia“. Awalnya mama perhatiin, setiap Gadia nangis kenceng, misalnya waktu disuap atau waktu ditinggal mama makan atau sholat, kok pus ini suka nongol. Dia tiba2 duduk di atas keset di pintu depan. Makin diperhatiin, dia makin sering nongol. Sebenernya banyak kucing yang suka berkeliaran di depan, tapi cuma dia yang suka datang ke depan pintu. Pernah suatu sore, Gadia lagi dipaksa untuk ngabisin alpuketnya. Gadia nangis meronta-ronta. Yangti dan opung pelaku kejahatannya. Mama nggak ikutan:p. Tiba2 si pus temen Gadia menjilat mangkok alpuket yang ditaro di gentong di teras. Hahahaha… dan selamatlah Gadia dari paksaan makan sore itu. Gadia sih udah tau kalo mama bilang “pus temen Gadia”, dia bakal cari2 ke bawah, ke tempat pus biasa berada. Kita juga sering ketemu kalau lagi jalan pagi. Pernah pus ikutin mama dan Gadia sampai beberapa langkah. Pus juga kalau pas lewat di jalan terus mama panggil, “Pus temen Gadia!”, dia bakal nengok dan masuk ke rumah loncatin pagar tanpa malu-malu. Dan akhir2 ini (ditulis 5 Desember), Gadia gemes banget pegang pus. Mama sering jauhin, habis si pus jorok sih. Pus juga pernah cium kaki Gadia… Gadia pun senang.
Setelah Gadia pergi
Kata papa, dia sempat ketemu si pus waktu papa pulang ke Cinere dari rumah sakit. Hari Jumat malam, saat rumah Cinere masih penuh dengan kerabat dan sahabat yang menyampaikan bela sungkawanya, tiba-tiba pus teman Gadia datang. Mama langsung sedih. “Pa, itu pus temen Gadia.” Kata papa, “Gadia udah nggak ada, pus. Pus cari Gadia ya?” Beberapa hari setelah itu pun dia masih suka duduk manis di depan pintu. Matanya memandang ke arah kita atau ke dalam rumah. “Pus cari Gadia, ya?”
Di surga pasti Gadia punya temen-temen pus yang lebih lucu, ya?
Setelah Gadia pergi
Kata papa, dia sempat ketemu si pus waktu papa pulang ke Cinere dari rumah sakit. Hari Jumat malam, saat rumah Cinere masih penuh dengan kerabat dan sahabat yang menyampaikan bela sungkawanya, tiba-tiba pus teman Gadia datang. Mama langsung sedih. “Pa, itu pus temen Gadia.” Kata papa, “Gadia udah nggak ada, pus. Pus cari Gadia ya?” Beberapa hari setelah itu pun dia masih suka duduk manis di depan pintu. Matanya memandang ke arah kita atau ke dalam rumah. “Pus cari Gadia, ya?”
Di surga pasti Gadia punya temen-temen pus yang lebih lucu, ya?
Kafe Pojok Cinta
Waktu Gadia baru lahir sampai kira-kira 4 bulan, ada tempat di sudut kamar depan di Cimanggis, dekat jendela, di ujung kiri tempat tidur pink dan berbatasan dengan container abu-abu Columbia, di mana mama dan Gadia memadu kasih saat Gadia menyusu. Opung menyebutnya dengan Kafe Pojok Cinta. Kalau kita lama nginep di Cinere, kata opung dia sedih karena Kafe Pojok Cinta tutup. Kenapa kafe? Kata opung karena ada lagu-lagunya kayak di kafe. Biasanya mama udah siapin satu CD untuk diputar selama Gadia menyusu sambil mengantarkan Gadia bobo. Beberapa CD yang sering mama putar termasuk Tribalistas, CD-CD klasik, dan lain-lain. Tapi yang paling favorit adalah CD Romantic Moments berisi instrumental piano Roberto Bravo dengan lagu-lagu soundtrack film Eropa seperti Cinema Paradiso dan beberapa film Perancis. Lagunya semua syahdu dan menghanyutkan. Benar-benar romantis. Sedih, kata opung. Tadinya CD itu mama beli untuk jadi lagu perkawinan mama papa. Mama beli di Disc Tarra D Best Fatmawati beberapa hari sebelum 12 Juni 2004. Tapi waktu resepsi, CD ini nggak jadi diputar. “Lagu-lagu ini nggak jadi lagu memori aku dan Agung, deh”, celetuk mama suatu saat. Kata oma dan opung, “Tapi kan sekarang jadi lagu memori dengan Gadia.” Ya, Romantic Moments di Kafe Pojok Cinta.
19 Desember 2006
19 Desember 2006
Bye bye Gadia, bye bye*
Sesudah sholat Jumat, Gadia disholatkan di masjid Khusnul Khotimah tak jauh dari rumah, tempat kita suka jalan pagi. Tak lama kami semua menuju TPU Kampung Kandang. Tempat eyang buyut juga dimakamkan. Di sana kami melepas putri cantik kami, Agadia Aisha Wicaksono binti Agung Wicaksono ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Di mana dia tak lagi merasa kesakitan, di mana dia tak lagi harus dipaksa makan, di mana dia berada di tempat yang insya Allah paling baik di sisi Allah, di mana dia bisa mimik susu yang paling enak dari mama yang jauh lebih baik dari mamanya di dunia, di mana rumahnya jauh lebih baik dari rumahnya di dunia, di mana dia bisa bermain sesuka hatinya, memetik buah-buahan, berenang di sungai sambil menangkap ikan, bukan ikan dari buku Bunny.
Kata salah seorang ibu pengajian waktu tahlilan di Cimanggis hari Minggu, Gadia sedang ditimang oleh bidadari di surga. Amin… Mama dan papa yakin Gadia sangat bahagia di sana. Mudah-mudahan Allah mengizinkan kami semua bertemu kembali, pada waktu yang Ia tentukan. Mama rindukan Gadia. Ada yang bilang, Gadia akan menunggu mama papa di pintu surga dan dia akan jadi jembatan mama papa untuk menuju surga. Amin ya rabbal alamin.
“Would you know my name
If I saw you in heaven
Would it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong
and carry on
Cause I know
I don’t belong
Here in heaven
And I know
There’ll be no more
Tears in heaven”
*Waktu di Singapura, Gadia sudah mulai bisa melambaikan tangan. Opung yang pertama ngajarin. “Bye-bye Gadia, bye-bye” lalu tangan kanannya bergerak ke atas dan sedikit digerakkan tapi belum melambai. Sampai di Indonesia, orang-orang semua bilang “dadah” bukan “bye-bye”. Mama sempat bingung, mau ajarin dadah atau tetap bye-bye. Terakhir Gadia belum bisa melambai ke orang lain, kecuali ke opung yang bilang “bye-bye Gadia, bye-bye” baru Gadia menggerakkan tangannya.
20 Desember 2006
Menuju rumah
Setelah Gadia dipakaikan kain putih, dibungkus kain panjang yang diberikan Opung Taing waktu akikah Gadia tanggal 4 Maret lalu. Papa yang menggendongnya menuju kamar jenazah. Mama mengurus surat kematian, yangti mengurus administrasi. Pak Mus datang dan papa sambil membopong Gadia, mama dan yangti naik mobil panther. Tante Gustya teman yang pertama mama kasih tau lewat SMS. Tadinya tante Gustya mau datang tapi tidak sempat ketemu. Yang sempat datang Tante Emi dan Om Aji teman papa. Dalam perjalanan, SMS sudah berdatangan dan tak henti-henti baik ke hp mama atau papa. Sampai penuh, dihapus, masih terus berdatangan. Telefon juga datang dari teman-teman mama papa dari dalam maupun luar negeri.
Sampai di rumah, mama lihat mbak Sul dan dibelakangnya berdiri mbak Ike. Mereka sudah histeris dan berlinang air mata. Mama tiba-tiba ingat saat kita serumah menyuap dan memaksa Gadia makan. Mama jadi nangis dan berteriak sambil memeluk mbak Sul erat, “Mbak Sul, Mbak Sul, kita sering maksain Gadia makan, ya, Mbak Sul. Mudah-mudahan dia maafin kita, ya.” Saat itu juga yangti histeris dan meraung-raung. Karena memang yangti yang selama ini paling nafsu kalau memaksa Gadia makan.
Di dalam rumah ternyata sudah penuh dengan tetangga, terutama ibu-ibu pengajian teman yangti. Tak lama teman, sahabat, saudara, tetangga makin banyak yang berdatangan. Buat sahabat semua, terimakasih ya atas perhatian, dukungan dan simpatinya. Jazzakumullah khairan katsiraa.
Mama yang menggendong Gadia saat dimandikan. Kepala dan leher Gadia mama letakkan di lengan kiri mama. Kakinya papa yang pegang. Ibu dari Yayasan Bunga Kamboja yang memandikan.
“Subhanallah walhamdulillah walaa ilaha ilallah wallahu akbar”
Gadia mandi untuk terakhir kali di dunia. Kali ini tanpa “cibang cibung cibang cibung…” atau tanpa “splash splash, you’re making splash, Gadia!”, juga tanpa si Becky.
Saat sudah dipakaikan kafan, Subhanallah, cantiknya dia… Dia bagai bidadari. Semua memujinya. Tak sedikit pula yang menangis melihatnya. Keluarga bergantian mencium pipinya. Mama mencium semuanya: kedua pipinya, kedua matanya, keningnya, bibirnya.
20 Desember 2006
Innalillahi wainna ilahi raji’un
“Alladzina idzaa ashobathummushibah qaluu: Innalillahi wainna ilaihi raji’un” (QS 2:156)
Malamnya mama pas ngaji surat Al-Baqarah dan menunjukkan ayat itu ke papa.
Sekitar pukul 5.30 semua sudah naik. Papa, yangti, yangkung, ato, opung. Kita semua bergiliran satu persatu bicara pada Gadia, meminta maaf dan bilang kalau kita semua ikhlas dia pergi ke pangkuan-Nya. “Gadia, maafin mama selama ini belum bisa jadi ibu yang baik. Mama sayang sama Gadia. Tapi kalau Gadia dipanggil Allah, insya Allah mama rela, Nak. Mama pasti sedih. Tapi Gadia lebih baik pergi, daripada di sini Gadia kesakitan.”
Mama keluar lagi dan baca surat Yaasin. Dokter sempat keluar dan bilang keadaan kritis, tapi masih ada respons.
Sekitar pukul 6 lebih, mama masuk lagi ke kamar. Suster-suster lain selain suster Titin sudah minggir. Mama berdiri dan ngomong lagi ke Gadia. Suster Titin masih memasukkan selang besar ke mulut Gadia. Dokter David bilang ke papa bahwa mereka belum bisa menghentikan usaha penyelamatan karena tuntutan etika kedokteran. Kira-kira pukul 6 lewat 18, mama dipanggil suster Titin untuk duduk di tempat tidur di sisi kanan Gadia. Mama talqin, “Laa ilaha ilallah” beberapa kali. Papa ikuti mama. Suster Titin akhirnya mengeluarkan selang tersebut dan menoleh ke arah dokter David. Dokter membuka kedua mata Gadia yang langsung terpejam kembali, lalu menyentuhkan stetoskop ke dada Gadia. Dia menoleh ke arah mama, “Udah nggak ada, ya.” Mama mengangguk. Innalillahi wainna ilaihi raji’un. Mama dan papa berpelukan erat saling menguatkan. “Allahu Akbar”. Allah maha besar. Allah yang memberi karunia seorang anak cantik pada mama papa, pada waktunya saat Ia berkendak, telah mengambilnya kembali.
Mama datang lagi ke ruangan dan melepaskan sepasang kaus kaki Disney Minnie warna merah yang mama beli di Kiddy Palace untuk mengganti kaus kaki Olive pink Gadia yang terjatuh. Lalu mama lepaskan satu sarung tangan putih dari yangti yang dipakai di tangan kiri Gadia. Mama simpan semua dalam saku mama. Suster-suster pun memandikan Gadia.
20 Desember 2006
Malamnya mama pas ngaji surat Al-Baqarah dan menunjukkan ayat itu ke papa.
Sekitar pukul 5.30 semua sudah naik. Papa, yangti, yangkung, ato, opung. Kita semua bergiliran satu persatu bicara pada Gadia, meminta maaf dan bilang kalau kita semua ikhlas dia pergi ke pangkuan-Nya. “Gadia, maafin mama selama ini belum bisa jadi ibu yang baik. Mama sayang sama Gadia. Tapi kalau Gadia dipanggil Allah, insya Allah mama rela, Nak. Mama pasti sedih. Tapi Gadia lebih baik pergi, daripada di sini Gadia kesakitan.”
Mama keluar lagi dan baca surat Yaasin. Dokter sempat keluar dan bilang keadaan kritis, tapi masih ada respons.
Sekitar pukul 6 lebih, mama masuk lagi ke kamar. Suster-suster lain selain suster Titin sudah minggir. Mama berdiri dan ngomong lagi ke Gadia. Suster Titin masih memasukkan selang besar ke mulut Gadia. Dokter David bilang ke papa bahwa mereka belum bisa menghentikan usaha penyelamatan karena tuntutan etika kedokteran. Kira-kira pukul 6 lewat 18, mama dipanggil suster Titin untuk duduk di tempat tidur di sisi kanan Gadia. Mama talqin, “Laa ilaha ilallah” beberapa kali. Papa ikuti mama. Suster Titin akhirnya mengeluarkan selang tersebut dan menoleh ke arah dokter David. Dokter membuka kedua mata Gadia yang langsung terpejam kembali, lalu menyentuhkan stetoskop ke dada Gadia. Dia menoleh ke arah mama, “Udah nggak ada, ya.” Mama mengangguk. Innalillahi wainna ilaihi raji’un. Mama dan papa berpelukan erat saling menguatkan. “Allahu Akbar”. Allah maha besar. Allah yang memberi karunia seorang anak cantik pada mama papa, pada waktunya saat Ia berkendak, telah mengambilnya kembali.
Mama datang lagi ke ruangan dan melepaskan sepasang kaus kaki Disney Minnie warna merah yang mama beli di Kiddy Palace untuk mengganti kaus kaki Olive pink Gadia yang terjatuh. Lalu mama lepaskan satu sarung tangan putih dari yangti yang dipakai di tangan kiri Gadia. Mama simpan semua dalam saku mama. Suster-suster pun memandikan Gadia.
20 Desember 2006
Pagi itu
Mama bangun jam 2 pagi, sholat malam, lalu segera menuju IW anak lantai 8. Opung Gadia tertidur di kursi di dalam ruang isolasi. Mama lihat heart rate-nya stabil di angka 160. Oksigen jelas 100 karena pakai bantuan. Tapi tensinya tanda tanya. Biasanya sih karena lepas. Dua suster masuk, mengukur tensi. Tapi tidak ada angka yang muncul. Suster saling berpandangan. Ah, mama sudah tahu. Mama cium pipi Gadia. Sudah kaku dan dingin. Matanya sudah diplester. Sebentar-sebentar keluar air. Dari hidung juga sudah sering keluar air, dan suster melapnya dengan tisu. Mama ngaji dari depan pintu. Surat Ar-Rahman dan As-Shaffaat. Diiringi bunyi alarm dari salah satu alat, yang mama tau kalau mama dengar itu lagi nanti pasti akan jadi mimpi buruk. Bunyinya amat menyayat. Opung sebentar-sebentar mematikan alarm dari alat itu. Alat-alat lain juga mengeluarkan bunyi-bunyian yang mengegangkan.
Selain dokter David, tiga suster yang membantunya kebetulan adalah suster yang baik hati sama Gadia dan keluarga kita. Suster Nita, pada malam pertama (Jumat malam) sempat dapat senyum manis Gadia karena dia memberi air putih lewat botol. Yang lain adalah suster Ijah dan suster Titin.
Papa tak kunjung datang. Mama sempat menghampiri Gadia, berbisik, “Gadia, mama sudah rela, Nak, Gadia pergi. Nggak apa-apa ya, Nak.“ Saat itu heart rate sudah naik jadi 177. Mama tunggu adzan Subuh dan siap-siap sholat. Begitu adzan Subuh, mama sholat di depan locker. Berdoa mohon kekuatan. Sesudah itu, mukena dan sajadah diambil opung untuk sholat di bawah. Mama tinggal sendiri. Mama kembali sakit perut dan ingin ke WC untuk kedua kalinya. Memang begitu mama kalau stres. Keluar dari WC, mama sudah dengar suara suster-suster saling berteriak. “Infusnya lepas, ya?” Ya, piker mama, mungkin darah sudah beku sehingga jarum infus sudah tidak bisa menancap. Lalu mama dengar suara suster Nita, “SA-SA, ada yang sudah kasih SA belum?” Mama teringat waktu opung mama mau meninggal, dokter memerintahkan suster memberi SA (adrenalin?). Mama sudah tau, mungkin ini saatnya. Mama bergegas menuju ruang isolasi. Mama lihat jam di sana menunjukkan pukul 5 kurang lima (tapi waktu sebenarnya kira2 pukul 5 kurang 15 karena jam di sana kelebihan 10 menit-an). Saat mama lihat layar ECG, detak jantung sudah bergerak menuju angka nol dan akhirnya stabil di angka 0. Mama sudah menangis melihat dari kaca luar. Mama telefon papa untuk segera naik.
20 Desember 2006
Selain dokter David, tiga suster yang membantunya kebetulan adalah suster yang baik hati sama Gadia dan keluarga kita. Suster Nita, pada malam pertama (Jumat malam) sempat dapat senyum manis Gadia karena dia memberi air putih lewat botol. Yang lain adalah suster Ijah dan suster Titin.
Papa tak kunjung datang. Mama sempat menghampiri Gadia, berbisik, “Gadia, mama sudah rela, Nak, Gadia pergi. Nggak apa-apa ya, Nak.“ Saat itu heart rate sudah naik jadi 177. Mama tunggu adzan Subuh dan siap-siap sholat. Begitu adzan Subuh, mama sholat di depan locker. Berdoa mohon kekuatan. Sesudah itu, mukena dan sajadah diambil opung untuk sholat di bawah. Mama tinggal sendiri. Mama kembali sakit perut dan ingin ke WC untuk kedua kalinya. Memang begitu mama kalau stres. Keluar dari WC, mama sudah dengar suara suster-suster saling berteriak. “Infusnya lepas, ya?” Ya, piker mama, mungkin darah sudah beku sehingga jarum infus sudah tidak bisa menancap. Lalu mama dengar suara suster Nita, “SA-SA, ada yang sudah kasih SA belum?” Mama teringat waktu opung mama mau meninggal, dokter memerintahkan suster memberi SA (adrenalin?). Mama sudah tau, mungkin ini saatnya. Mama bergegas menuju ruang isolasi. Mama lihat jam di sana menunjukkan pukul 5 kurang lima (tapi waktu sebenarnya kira2 pukul 5 kurang 15 karena jam di sana kelebihan 10 menit-an). Saat mama lihat layar ECG, detak jantung sudah bergerak menuju angka nol dan akhirnya stabil di angka 0. Mama sudah menangis melihat dari kaca luar. Mama telefon papa untuk segera naik.
20 Desember 2006
Malamnya
Kata dokter, cuma mama dan papa yang diizinkan tinggal dalam ruangan untuk menunggu Gadia. Mama sempat lihat Gadia bangun tapi terus ditidurkan lagi. Mama nggak kuat rasanya kalau harus menunggu dalam kamar itu. Gadia sudah dipasang banyak alat-alat, ditusuk di mana-mana, dan dari mulutnya dimasukkan selang besar untuk suplai oksigen ke paru-paru. Jam 10 malam, mama merasa lemah, tak berdaya dan tidak sanggup untuk ada di sana. Awalnya mama bersama papa duduk di kursi jauh dari ruang isolasi tempat Gadia. Mama merasa punggung mama sakit dan pegel. Mama nggak begitu ngantuk, tapi rasanya ingin meluruskan punggung sebentar. Mama tinggalin papa menuju wisma yang disewa oleh yangti dan yangkung. Mama tidur tanpa lepas jilbab, lalu terlelap.
20 Desember 2006
20 Desember 2006
Ar-Rahman dan Yaasin
Dokter Poppy akhirnya datang, dan saat melihat kita dia bilang, „Masih ada, kok, masih ada. Tadi dokternya telepon saya bilang masih ada.“ Dokter ICU yang mama lupa namanya keluar dan bilang, „Nadinya sudah ditemukan. Tadi memang jantungnya sempat berhenti berdetak. Kami upayakan resusitasi . Yang membuat saya gembira, tadi dia sempat bangun. Tapi kami beri obat tidur lagi untuk mengistirahatkan jantungnya. Sekarang kita hanya bisa berharap mukjizat. Karena memang sulit bagi penderita Cardiomyopathy. Selanjutnya biar dr. Poppy yang akan menjelaskan.“
Mama turun ke bawah ke musholla besar. Mama ambil Qur’an dan mengaji surat Ar-Rahman dan Yaasin. Sambil berlinang air mata, mama terus mohon kekuatan pada Allah SWT. Mama insya Allah sudah pasrah dan menyerahkan segala sesuatu pada-Nya.
Saudara dan teman-teman berdatangan malam itu. SMS juga terus mengalir untuk memberikan dukungan dan doa. Yang datang malam itu: Eyangde Koko dan Eyangde Win, temen-temen kantor om Adi (tante Tasya dan 2 cowok, maaf ya mama Gadia lupa nama kalian), opso, mama Walesa (ujing Chacha), tante Dita, om Ical, om Faridh, om Ade, teman-teman mama Pelangiers dan ex-Pelangiers: pakde Eriell, tante Chris, tante Aina, tante Evy, tante Mamat, tante Rika, tante Melly, om Okky.
20 Desember 2006
Mama turun ke bawah ke musholla besar. Mama ambil Qur’an dan mengaji surat Ar-Rahman dan Yaasin. Sambil berlinang air mata, mama terus mohon kekuatan pada Allah SWT. Mama insya Allah sudah pasrah dan menyerahkan segala sesuatu pada-Nya.
Saudara dan teman-teman berdatangan malam itu. SMS juga terus mengalir untuk memberikan dukungan dan doa. Yang datang malam itu: Eyangde Koko dan Eyangde Win, temen-temen kantor om Adi (tante Tasya dan 2 cowok, maaf ya mama Gadia lupa nama kalian), opso, mama Walesa (ujing Chacha), tante Dita, om Ical, om Faridh, om Ade, teman-teman mama Pelangiers dan ex-Pelangiers: pakde Eriell, tante Chris, tante Aina, tante Evy, tante Mamat, tante Rika, tante Melly, om Okky.
20 Desember 2006
Papa, mama rela Gadia pergi
Habis menyusu dengan terengah-engah itu, di tengah-tengah Gadia berhenti. Dia akhirnya menolak untuk menyusu. Mama sudah minta yangti untuk panggil dokter. Gadia menangis, menjerit, heart rate sampai 190 (bpm). Sudah ada alarm dan di ECG terlihat warning warna merah „V Tach“. Mama tau dia merasakan kesakitan yang amat sangat. Dokter tak kunjung datang. Mama intip keluar, dokter ada di luar tapi bermuka takut dan gugup. Biarlah, batin mama, mama sudah ikhlas ini. Mama nggak akan salahkan dokter kalau dia terlambat datang. Suster yang masuk malah nyiapin susu formula untuk dimasukkan lewat selang (sonde). Dia malah tenang aja waktu mama minta dia panggilin dokter. Salah seorang suster bilang, mungkin Gadia pengen digendong. Mama turun dari tempat tidur dan meletakkan kepalanya di lengan kiri mama, lalu mama ayun seperti mau menidurkan dia. Gadia sempat terdiam. Tapi habis itu dia meronta-ronta lagi. Papa dan yangti masuk. Mama mengumpulkan seluruh kekuatan mama dan akhirnya memberanikan diri untuk bilang dengan lantang, “Papa, insya Allah mama rela, Pa, kalau Gadia pergi. Dia bukan milik kita, Pa. Dia milik Allah. Biarkan dia pergi, ya, Pa. Mama sudah rela.” Papa udah nangis. Tiba-tiba mama lihat mata Gadia terpejam, mulutnya mengerang seperti menahan sakit, bibirnya dalam waktu singkat membiru, dan badannya mengkaku dalam gendongan mama. Mama berteriak, “Innalillahi wainna ilaihi raji’un.” Mama sambung, “Allahu Akbar!”. Mama gendong terus Gadia. Papa dan yangti keluar, dr. David, dokter jaga hari itu masuk. Dia bilang, “Taro, Bu!”. Mama jawab, “Saya mau gendong.” Dia ulangi lagi, “Bu, taro, Bu!”. Mama ngotot, “Saya mau gendong!” Tiba-tiba mama blank dan malah bingung apa yang harus dilakukan. Keinginan mama adalah Gadia meninggal dalam pelukan mama. Tapi kalau mama letakkan Gadia di tempat tidur, dokter masih bisa berupaya melakukan penyelamatan. Dan bukankah kita harus berupaya terus secara maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah? Mama akhirnya ngalah dan melepaskan Gadia dari gendongan mama. Mama intip ke ECG, heart rate Gadia yang tadinya berkisar di 170-180-an bahkan bisa 190, sudah mulai turun drastis dan terakhir mama lihat 75. Mama tau angka itu akan terus turun hingga titik nol, titik dimana jantungnya akan berhenti berdetak. Mama ke luar ruangan isolasi sambil berteriak, “Innalillahi wainna ilaihi raji’un.” Mama ketemu papa di depan pintu, kita berpelukan dan menangis sambil berteriak. Papa teriak mengucapkan kata-kata seperti, “Dia nungguin ulang tahun papa, ya, Ma.” Kita berlari ke luar ruangan IW sambil berpelukan dan masih histeris. Orang-orang dari lantai 7 sampai ada yang naik ke atas. Opung Gadia tahu belakangan dan langsung menjerit histeris, terkulai di lantai sambil ditenangkan Ato Gadia. Mama langsung ambil air wudhu dan sholat Ashar di depan locker.
19 Desember 2006
19 Desember 2006
Sadarkan aku, Tuhan, dia bukan milikku
(Lihat „Dia bukan milikku“)
Sejak mama baca La Tahzan, mama sering memandang Gadia, terutama saat dia tertidur di pangkuan mama. Saat itu mama membatin, “Ya Allah, aku belum siap, aku belum siap.” Gadia terlalu berharga buat mama. Hidup mama telah berubah sejak kehadiran Gadia. Gadia telah membuat hidup mama begitu bahagia dan berarti. Sampai di rumah sakit pun, setiap mama memandang Gadia, mama selalu berteriak dalam hati kalau mama belum siap. Ya Allah, jangan dulu, Allah… aku belum bisa. Tapi mama bertekad untuk bisa siap suatu saat. Dan mama ingin sekali bilang ke Gadia dan ke papa kalau memang saat itu tiba.
Kamis tanggal 14 Desember, di situ Gadia sudah semakin menderita. Pagi-pagi infusnya lepas sampai keluar darah. Suster-suster berbondong-bondong mencoba mencari titik baru karena titik lama, punggung tangan kanannya sudah bolong. Setelah berulang-ulang kali ditusuk di tangan, lengan, kaki, dapatlah titik baru di lengan kanan. Siang hari setelah dr. Poppy periksa, dia memerintahkan tes darah. Lagi-lagi Gadia ditusuk di mana-mana. Susah sekali untuk dapat darah 6cc. Harus dari berbagai titik. Gadia sudah menahan sakit yang amat sangat. Sudah seminggu giginya terutama gigi atasnya terkikis karena sering gemerutuk menahan sakit yang tidak terbayangkan. Waktu diambil darah, Gadia tetap sambil menyusu ke mama, mama tidur miring berhadapan dengan Gadia. Payudara mama sampai digigit dan berdarah, dikarenakan sakit yang luar biasa yang dirasakan Gadia. Habis itu, Gadia menolak untuk menggigit mama. Dia memilih menggigit-gigit gigi atas dan bawahnya sendiri. (Mama tahu, dia memang sangat baik hati dan tidak mau melukai mama).
Jam 2 siang, mama sudah tidak tahan dan harus pergi ke WC. Sadarkan aku, Tuhan, dia bukan milikku… Mama pun berdoa dan memantapkan hati, „Insya Allah aku rela dia diambil oleh-Mu, ya Allah.“ Mama menangis perih. Mama kembali ke kamar dan Gadia minta menyusu lagi. Gadia menyusu terengah-engah seperti kelelahan dan menahan sakit yang amat sangat. Saat itu mama melihat ke arah wajahnya, lalu berbisik padanya, „Gadia, mama rela Gadia pergi ketemu Allah, Nak. Mama nggak tega lihat Gadia menderita seperti ini.“ Sebelumnya opung pernah kasih tau mama untuk ngomong ke Gadia untuk beri dia semangat. Tapi melihat penderitaannya selama ini terutama hari Kamis itu, mama nggak berharap lagi dia sembuh. Kalau hanya untuk menderita.
19 Desember 2006
Sejak mama baca La Tahzan, mama sering memandang Gadia, terutama saat dia tertidur di pangkuan mama. Saat itu mama membatin, “Ya Allah, aku belum siap, aku belum siap.” Gadia terlalu berharga buat mama. Hidup mama telah berubah sejak kehadiran Gadia. Gadia telah membuat hidup mama begitu bahagia dan berarti. Sampai di rumah sakit pun, setiap mama memandang Gadia, mama selalu berteriak dalam hati kalau mama belum siap. Ya Allah, jangan dulu, Allah… aku belum bisa. Tapi mama bertekad untuk bisa siap suatu saat. Dan mama ingin sekali bilang ke Gadia dan ke papa kalau memang saat itu tiba.
Kamis tanggal 14 Desember, di situ Gadia sudah semakin menderita. Pagi-pagi infusnya lepas sampai keluar darah. Suster-suster berbondong-bondong mencoba mencari titik baru karena titik lama, punggung tangan kanannya sudah bolong. Setelah berulang-ulang kali ditusuk di tangan, lengan, kaki, dapatlah titik baru di lengan kanan. Siang hari setelah dr. Poppy periksa, dia memerintahkan tes darah. Lagi-lagi Gadia ditusuk di mana-mana. Susah sekali untuk dapat darah 6cc. Harus dari berbagai titik. Gadia sudah menahan sakit yang amat sangat. Sudah seminggu giginya terutama gigi atasnya terkikis karena sering gemerutuk menahan sakit yang tidak terbayangkan. Waktu diambil darah, Gadia tetap sambil menyusu ke mama, mama tidur miring berhadapan dengan Gadia. Payudara mama sampai digigit dan berdarah, dikarenakan sakit yang luar biasa yang dirasakan Gadia. Habis itu, Gadia menolak untuk menggigit mama. Dia memilih menggigit-gigit gigi atas dan bawahnya sendiri. (Mama tahu, dia memang sangat baik hati dan tidak mau melukai mama).
Jam 2 siang, mama sudah tidak tahan dan harus pergi ke WC. Sadarkan aku, Tuhan, dia bukan milikku… Mama pun berdoa dan memantapkan hati, „Insya Allah aku rela dia diambil oleh-Mu, ya Allah.“ Mama menangis perih. Mama kembali ke kamar dan Gadia minta menyusu lagi. Gadia menyusu terengah-engah seperti kelelahan dan menahan sakit yang amat sangat. Saat itu mama melihat ke arah wajahnya, lalu berbisik padanya, „Gadia, mama rela Gadia pergi ketemu Allah, Nak. Mama nggak tega lihat Gadia menderita seperti ini.“ Sebelumnya opung pernah kasih tau mama untuk ngomong ke Gadia untuk beri dia semangat. Tapi melihat penderitaannya selama ini terutama hari Kamis itu, mama nggak berharap lagi dia sembuh. Kalau hanya untuk menderita.
19 Desember 2006
Signs
Banyak orang bilang, misalnya oma, oma aja sedih sekali Gadia pergi, tapi pasti yang paling sedih mama. Ya, mama juga yakin itu. Mama paling sedih di antara semua. Boleh dibilang, mama orang terdekat Gadia, dan Gadia orang terdekat mama, apalagi papa jauh selama sebulan lebih terakhir. Walaupun demikian, mama juga tahu, mamalah yang paling siap akan peristiwa ini. Beberapa hari sebelum Gadia sakit, Gadia seolah sudah ngomong ke mama, bahwa dia akan pergi terlebih dahulu. Setelah Gadia dipanggil oleh-Nya, mama semakin yakin kalau memang dulu itu Gadia berusaha memberi tahu mama.
“What if…”
Waktu kita tinggal di Clementi, dari pagi hingga sore papa kerja. Jadi mama dan Gadia cuma berdua di rumah. Otomatis mama sering tinggalin Gadia di kamar sendiri, sementara mama pipis, pup, mandi, atau melakukan pekerjaan rumah tanga seperti nyuci, nyapu, dll di belakang. Kadang juga mama tinggal wudhu dan mama sholat di kamar sementara Gadia tetap di tempat tidur/ kasur.
Siang itu ( beberapa hari sebelum Gadia sakit, jadi usia Gadia sekitar 7 bulan lebih), mama tinggalin Gadia untuk urusan mulai dari kamar mandi sampai pekerjaan di dapur. Gadia sudah menangis tapi masih mama biarin sebentar. Beberapa saat kemudian, mama datang ke kamar dan melihat Gadia lagi nangis sambil tengkurep di atas kasur (waktu itu kasur sudah kita pindahin ke bawah). Mama bilang mama bakal balik lagi sebentar lagi karena kerjaan mama belum selesai. Tapi Gadia udah nggak bisa ditenangin, dia pun menatap mama yang berdiri di depan pintu. Gadia menatap mama dalam-dalam dan di situlah mama yakin dia ngomong ke mama, “Ma, kesinilah ma, what if you’re not gonna see me again?”. Mama merinding mendengar suara yang tak terdengar itu. Mama langsung nangis dan menggendong Gadia segera.
Sejak saat itu mama sering mendapat tanda-tanda dan firasat kalau memang Gadia akan mendahului kita untuk kembali pada Allah SWT.
Sebenarnya, mengapa mama sampai terpikir akan kematian orang terdekat diawali dengan wafatnya suami teman mama. Mereka pasangan muda dan dikaruniai seorang putri. Mama benar-benar sedih dan kaget mendengar berita itu, hingga di malam-malam setelahnya mama sering melamun sambil menggendong Gadia. Apalagi papa lagi ada di Indonesia, jadi mama benar-benar hanya berdua dengan Gadia. Semakin mama memikirkan, mama seolah terus ditanya, apakah mama sudah siap jika suatu saat orang tercinta mama dipanggil oleh Allah SWT. Banyak sekali malam-malam mama lalui dengan perenungan. Seolah peristiwa tersebut jadi peringatan untuk mama. Makin lama mama semakin terdorong untuk mulai menyiapkan diri dan mulai lebih banyak berdoa untuk minta diberi kekuatan oleh-Nya.
Tak disangka tanggal 4 Oktober Gadia terpaksa harus dirawat di rumah sakit di Singapura. Gadia yang selama ini sehat, gemuk, lincah dan cerdas dan tidak pernah sakit, tiba-tiba terkulai lemas dan menolak untuk main. Lebih mengejutkan lagi, Gadia didiagnosis terkena infeksi virus di jantung (Myocarditis) dan sempat menginap 2 hari di ICU. Saat itu mama cuma bisa minta ke Allah, supaya Gadia jangan dipanggil secepat itu karena mama masih minta waktu untuk bisa benar-benar siap. Walaupun mama juga sadar, urusan hidup dan mati adalah sepenuhnya wewenang-Nya.
La Tahzan
Firasat-firasat sudah semakin sering mama rasakan beberapa minggu sebelum Gadia meninggalkan dunia ini. Salah satu yang paling jelas adalah saat mama tiba-tiba ingin sekali baca buku La Tahzan (Jangan Bersedih). Sudah lama mama ingin baca buku itu, tapi kali itu mama benar-benar tergerak untuk naik ke musholla di atas. Sambil menggendong Gadia, mama pun mengambilnya dari rak buku. Malam harinya, saat Gadia sudah terlelap, di bawah keremangan lampu tidur Gadia, mama membolak-balik buku itu. Buku La Tahzan terdiri dari cerita-cerita pendek yang tidak begitu terstruktur, sehingga kita bisa bebas untuk memulai membaca dari halaman manapun yang kita mau. Setelah membolak-balik halaman dan skimming beberapa halaman, Mama berhenti dan memutuskan untuk mulai membaca halaman 231. Itu adalah lanjutan halaman sebelumnya yang membahas “Kepada Mereka yang Ditimpa Musibah”. Di halaman 231 tersebut, tertulis hadis qudsy yang berbunyi:
“Sesungguhnya jika Allah mencabut anak seorang hamba yang beriman maka Allah bertanya kepada para malaikat (yang mencabutnya), “Kalian telah mencabut nyawa anak hambaku yang beriman?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Kalian mencabut buah hatinya?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Apa yang dia katakan?” Mereka menjawab, “Dia memuji Engkau dan mengembalikan (semua urusannya untuk-Mu).” Allah berkata, “Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namakan rumah itu dengan Baitul Hamd.” (HR. Tirmidzi).
Mama langsung merinding seketika. Mama tercekat. Mama pun menangis mohon kekuatan pada-Nya. Mama takut, tapi sekaligus mama bersyukur Allah memberi mama petunjuk. Mama menatap Gadia yang saat itu sedang tertidur pulas.
Romantic Moments
Dulu, waktu Gadia masih berumur antara 0-4 bulan dan masih tinggal di Cimanggis, setiap mimik suka mama kasih soundtrack dari cd player (lihat bagian Kafe Pojok Cinta). Salah satu CD favorit mama (dan kata mama sih, Gadia juga suka!) itu adalah CD Romantic Moments-nya Roberto Bravo yang berisi instrumental piano dari soundtrack film-flim Eropa seperti Cinema Paradiso dan beberapa film Perancis. Dulu juga, opung berkomentar, “Aduh, lagu-lagunya sedih sekali. Jadi kepingin nangis.” Sob, sob. Opung tersedu. Beberapa minggu sebelum Gadia masuk RS, waktu kita tinggal di Cinere, mama minta dibawakan cd player dari Cimanggis. Mama pingin mendengarkan lagu-lagu bersama Gadia lagi seperti dulu. Untuk lullabies saat mama menggendong Gadia, atau untuk saat paling mesra saat Gadia menyusu pada mama. CD itu pun selalu jadi pilihan pertama mama. Pernah saat mendengarkan lagu-lagu dari cd player, terbersit di benak mama, “Kalau Gadia sudah nggak ada nanti, mama pasti akan nangis hebat mendengar semua lagu-lagu kenangan ini.” Seolah mama sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
Gadia sering melamun
Mulai di Cinere, Gadia jadi sering melamun. Padahal dulu Gadia anak yang ceria yang nggak pernah berhenti tersenyum. Gadia masih lincah dan nakal, pengennya minta dititah aja dan berantakin meja. Tapi ada masanya di mana tatapan matanya tiba-tiba menerawang jauh. Mama sering dengar katanya orang suka melamun kalau mau meninggal. Tapi mama juga suka buang pikiran itu jauh-jauh. Ah, itu kali karena Gadia udah lebih pinter aja sekarang, gitu ucap mama untuk menenangkan diri. Sampai sekarang, mama nggak tahu. Entah apa yang dulu dia suka lamunkan. Moga-moga tentang surga yang kekal tempat tinggalnya sekarang.
I’m sorry, baby
Memang kira-kira sejak akhir November, Gadia sesekali suka rewel nggak jelas. Biasanya mama selalu tahu apa mau dia. Mau main sambil berdiri di meja, bosan main di kasur, bosan dengan mainan yang lagi dimainin, bosan di kamar pengen keluar, pengen ambil benda tertentu, pengen mimik susu, pengen minum air, pengen digendong, ngantuk pengen tidur, dll. Tapi sudah beberapa hari itu, dia suka nangis atau merintih tanpa mama tahu apa yang dia mau. Sebelumnya diawali dengan dia suka meronta dan memanjat dada kita kalau kita gendong. Jadi kalau biasanya dia merasa nyaman digendong, ada kalanya digendong pun dia masih tidak nyaman. Mulai akhir November itu pula, dia yang tadinya tidur pulas kalau malam (paling bangun untuk minta mimik 1-2x), sudah mulai gelisah saat malam. Bisa pup jam 2 pagi terus susah untuk tidur lagi. Kalau sudah gitu, digendong salah, ditidurin salah, nangis terus. Kadang-kadang dia bukan hanya nangis, tapi juga teriak2 marah dan kesel. Mama sedih, karena mama nggak bisa mengerti keinginannya, and was not able to soothe or comfort her. Tapi ada kalanya juga mama terbersit kesel, yang kalau mama boleh excuse, sangat manusiawi. Untungnya mama suka segera sadar dan buang jauh-jauh kesel mama sambil berusaha berempati pada Gadia. Opung pernah bilang, jangan-jangan Gadia begitu karena dia kesakitan. Mama sempat tanya dr. Poppy, apa benar dia kesakitan. Tapi dr. Poppy seolah menghibur mama, ah, memang dia lagi rewel aja kali. Dan saat itu mama ingin mempercayai hal itu, makanya mama pura-pura percaya. Ya, kata mama, Gadia cuma lagi rewel aja, ah. Sambil berusaha mengingkari bahwa actually she was in pain.
Di suatu pagi (beberapa hari sebelum Gadia dibawa ke RS Harapan Kita untuk dirawat), Gadia susah sekali untuk tidur. Dia bangun sekitar jam setengah empat pagi, dan habis itu nggak bisa tidur lagi. Udah di bawa jalan-jalan pagi keliling kompleks, pulangnya tertidur sebentar, eh sampai rumah bangun lagi. Jam 10 pagi, akhirnya Gadia tertidur. Mama taro di kasur, eh Gadia bangun. Mama gendong-gendong lagi, eh Gadia nggak bisa tidur lagi. Mama yang semalaman hampir nggak tidur, udah mulai kesel. Untungnya mama segera ingat bahwa jadi mama harus siap capek dan nggak boleh kesel. Mama langsung nyesel banget dan ingat mama pernah marah dulu di Clementi waktu Gadia nggak bisa tidur sampai jam 10 malam. Mama nggak mau mengulangi perbuatan bodoh mama itu lagi untuk kedua kali ataupun seterusnya. Mama pun nangis sambil nyanyi lullaby ciptaan mama sendiri:
“I’m sorry baby
For all the wrongs I did
I’m sorry baby
For everything I did
I’m sorry baby
I love you”
Nggak lama, Gadia tertidur dalam pelukan mama. Ingat waktu memeluk Gadia saat itu, indah sekali rasanya. Mama nangis. Mama bertekad untuk terus sabar menghadapi Gadia. Dia anak baik, dia nggak berniat ngerjain mamanya atau bikin mamanya capek. Tapi dia sakit, jadi dia terpaksa rewel. Mama bertekad untuk nggak kesel atau marah pada Gadia serewel apapun dia. Mama bertekad, memberinya kenangan manis sebelum dia pergi. Ya, saat itu mama mulai merasa, bahwa bisa jadi mama nggak akan lama masih bisa menikmati meninabobokannya dalam timangan mama.
There was a pretty little girl
Elmo, mainan favorit Gadia. Mainan itu dikasih tante Puti waktu ke rumah kita di Clementi. Elmo selalu dibawa kemanapun, karena bentuknya ramping, ringan, gampang dibunyiin, ada ring untuk nyantelin ke stroller/ high chair/ carrier, dan yang pasti Gadia bisa diam kalau lagi nangis kalau denger Elmo nyanyi diiringi bunyi guk-guk-guk. Ada 3 lagu yang terdengar kalau kita pencet anjing yang dipegang Elmo. Dua diantaranya I love you, Bingo, satu lagi mama nggak tau:D. Lagu Bingo paling favorit dan papa udah pernah bikin kata-katanya sendiri sejak kita di Singapura. Begini versi papa:
“Papa punya anak cantik
Namanya Agadia
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu
Putri mulia, pintar serta solihah”
Waktu oma dengar lagu Elmo, oma lah yang kasih tau kalau itu lagu Bingo. Jadi Bingo tuh nama seekor anjing. B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… and Bingo was his name, o.
Sama oma diganti lagi lirik lagu itu jadi:
“There is a pretty little girl
And Gadia is her name, o
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu”
Kadang mama senang nyanyi reff nya aja:
„Gadia…Anak cantik mama
Gadia… Kesayangan mama…“
Hari Rabu tanggal 13 Desember, mama senandungin lagu itu dalam hati. Waktu mama lagi ambil barang di locker intermediate ward anak, kan sepi nggak ada orang, mama cuek aja nyanyi kenceng:
“There was a pretty little girl…”
Mama kaget sendiri, loh kok “was” sih? Bukannya „is“? Mama ulang lagi:
„There was a pretty little girl…“
Mama kaget lagi. Astaghfirullah, kata mama. Mama akhirnya nggak jadi nyanyi.
Mama jadi takut kalau suatu saat mama akan nyanyi bener-bener harus pakai “was”. Dan memang begitulah sekarang kenyataannya.
Blog ini
Ya, mama mulai rajin nulis tentang Gadia, yang rencananya mau dipublish di blog yang sudah mama buat sebelumnya, mulai tanggal 28 November. Mama tulis mulai dari dia lahir, cerita2 lucu sehari2, seolah mama tahu suatu saat mama pasti ingin mengenang Gadia dengan membaca-baca lagi cerita tentangnya.
Tanda-tanda lain
Tanda-tanda lain dari dokter Poppy, dokter lain dan suster-suster di IW anak juga makin menguatkan firasat mama kalau sepertinya secara medis, harapan untuk Gadia hidup semakin kecil. Mengapa dokter Poppy malah mengizinkan Gadia untuk mimik terus sampai mama disuruh tidur di tempat tidur bayi, kita sampai dipindah ke ruang isolasi dan disediakan tempat tidur besar supaya mama bisa tidur kelonan dengan Gadia, sikap suster-suster yang mendadak manis dan baik hati, semua seolah memberi tanda awal ke kita semua. Tadinya keluarga kita dimusuhi suster-suster karena sering jaga lebih dari satu orang, bahkan bisa beramai-ramai. Tapi sejak hari Selasa malam, semua mendadak jadi manis. Padahal Selasa siang mama sempat-sempatnya ngomel ke suster Dewi yang ateng alias sok tahu. Tapi sesudahnya mereka jadi manis-manis, bahkan papa diijinkan tidur di situ menemani mama dan Gadia.
Hari Rabu pagi, saat dr. Poppy mengunjungi Gadia, kebetulan cuman ada mama di situ sama Gadia. Beliau sudah memperingatkan mama akan kemungkinan sudden death diakibatkan kerja jantung yang makin berat, yang memang bisa terjadi pada penderita Cardiomyopathy. Mama juga sempat bertanya akan ritme jantung Gadia yang mama amati di ECG-nya mengikuti pola berubah-ubah, diantaranya “sustained VT” (VT = semacam serangan yang membuat otot menjadi kaku) dan “asystole” (tidak ada pemompaan darah). Dr. Poppy tidak menghiraukan dan berusaha menenangkan mama. Dr. Ganesha pun datang paginya, menanyakan apa anak mama masih rewel. Beliau nggak berkomentar dan hanya berkata dr. Poppy yang akan menjelaskan. Mama sudah tahu kira-kira artinya.
Dari Senin malam, sebenernya Gadia sudah nggak mau digendong oleh orang lain selain mama. Dia bisa menjerit histeris kalau orang lain menggendongnya. Tapi malam harinya dia masih mau dijaga opung. Selasa kira-kira magrib, dia terus menyusu ke mama baik suckling maupun ngempeng aja. Nggak berhenti-henti, sampai mama harus tidur disebelahnya. Dia benar-benar tidak melepaskan bibirnya ke payudara mama sampai hari Kamis sekitar pukul 4 sore. Dimana dia benar-benar sudah tidak sanggup untuk melakukan hal apapun, lalu akhirnya terkulai, matanya terpejam, bibirnya membiru dan tubuhnya mulai kaku.
19 Desember 2006
“What if…”
Waktu kita tinggal di Clementi, dari pagi hingga sore papa kerja. Jadi mama dan Gadia cuma berdua di rumah. Otomatis mama sering tinggalin Gadia di kamar sendiri, sementara mama pipis, pup, mandi, atau melakukan pekerjaan rumah tanga seperti nyuci, nyapu, dll di belakang. Kadang juga mama tinggal wudhu dan mama sholat di kamar sementara Gadia tetap di tempat tidur/ kasur.
Siang itu ( beberapa hari sebelum Gadia sakit, jadi usia Gadia sekitar 7 bulan lebih), mama tinggalin Gadia untuk urusan mulai dari kamar mandi sampai pekerjaan di dapur. Gadia sudah menangis tapi masih mama biarin sebentar. Beberapa saat kemudian, mama datang ke kamar dan melihat Gadia lagi nangis sambil tengkurep di atas kasur (waktu itu kasur sudah kita pindahin ke bawah). Mama bilang mama bakal balik lagi sebentar lagi karena kerjaan mama belum selesai. Tapi Gadia udah nggak bisa ditenangin, dia pun menatap mama yang berdiri di depan pintu. Gadia menatap mama dalam-dalam dan di situlah mama yakin dia ngomong ke mama, “Ma, kesinilah ma, what if you’re not gonna see me again?”. Mama merinding mendengar suara yang tak terdengar itu. Mama langsung nangis dan menggendong Gadia segera.
Sejak saat itu mama sering mendapat tanda-tanda dan firasat kalau memang Gadia akan mendahului kita untuk kembali pada Allah SWT.
Sebenarnya, mengapa mama sampai terpikir akan kematian orang terdekat diawali dengan wafatnya suami teman mama. Mereka pasangan muda dan dikaruniai seorang putri. Mama benar-benar sedih dan kaget mendengar berita itu, hingga di malam-malam setelahnya mama sering melamun sambil menggendong Gadia. Apalagi papa lagi ada di Indonesia, jadi mama benar-benar hanya berdua dengan Gadia. Semakin mama memikirkan, mama seolah terus ditanya, apakah mama sudah siap jika suatu saat orang tercinta mama dipanggil oleh Allah SWT. Banyak sekali malam-malam mama lalui dengan perenungan. Seolah peristiwa tersebut jadi peringatan untuk mama. Makin lama mama semakin terdorong untuk mulai menyiapkan diri dan mulai lebih banyak berdoa untuk minta diberi kekuatan oleh-Nya.
Tak disangka tanggal 4 Oktober Gadia terpaksa harus dirawat di rumah sakit di Singapura. Gadia yang selama ini sehat, gemuk, lincah dan cerdas dan tidak pernah sakit, tiba-tiba terkulai lemas dan menolak untuk main. Lebih mengejutkan lagi, Gadia didiagnosis terkena infeksi virus di jantung (Myocarditis) dan sempat menginap 2 hari di ICU. Saat itu mama cuma bisa minta ke Allah, supaya Gadia jangan dipanggil secepat itu karena mama masih minta waktu untuk bisa benar-benar siap. Walaupun mama juga sadar, urusan hidup dan mati adalah sepenuhnya wewenang-Nya.
La Tahzan
Firasat-firasat sudah semakin sering mama rasakan beberapa minggu sebelum Gadia meninggalkan dunia ini. Salah satu yang paling jelas adalah saat mama tiba-tiba ingin sekali baca buku La Tahzan (Jangan Bersedih). Sudah lama mama ingin baca buku itu, tapi kali itu mama benar-benar tergerak untuk naik ke musholla di atas. Sambil menggendong Gadia, mama pun mengambilnya dari rak buku. Malam harinya, saat Gadia sudah terlelap, di bawah keremangan lampu tidur Gadia, mama membolak-balik buku itu. Buku La Tahzan terdiri dari cerita-cerita pendek yang tidak begitu terstruktur, sehingga kita bisa bebas untuk memulai membaca dari halaman manapun yang kita mau. Setelah membolak-balik halaman dan skimming beberapa halaman, Mama berhenti dan memutuskan untuk mulai membaca halaman 231. Itu adalah lanjutan halaman sebelumnya yang membahas “Kepada Mereka yang Ditimpa Musibah”. Di halaman 231 tersebut, tertulis hadis qudsy yang berbunyi:
“Sesungguhnya jika Allah mencabut anak seorang hamba yang beriman maka Allah bertanya kepada para malaikat (yang mencabutnya), “Kalian telah mencabut nyawa anak hambaku yang beriman?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Kalian mencabut buah hatinya?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Apa yang dia katakan?” Mereka menjawab, “Dia memuji Engkau dan mengembalikan (semua urusannya untuk-Mu).” Allah berkata, “Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namakan rumah itu dengan Baitul Hamd.” (HR. Tirmidzi).
Mama langsung merinding seketika. Mama tercekat. Mama pun menangis mohon kekuatan pada-Nya. Mama takut, tapi sekaligus mama bersyukur Allah memberi mama petunjuk. Mama menatap Gadia yang saat itu sedang tertidur pulas.
Romantic Moments
Dulu, waktu Gadia masih berumur antara 0-4 bulan dan masih tinggal di Cimanggis, setiap mimik suka mama kasih soundtrack dari cd player (lihat bagian Kafe Pojok Cinta). Salah satu CD favorit mama (dan kata mama sih, Gadia juga suka!) itu adalah CD Romantic Moments-nya Roberto Bravo yang berisi instrumental piano dari soundtrack film-flim Eropa seperti Cinema Paradiso dan beberapa film Perancis. Dulu juga, opung berkomentar, “Aduh, lagu-lagunya sedih sekali. Jadi kepingin nangis.” Sob, sob. Opung tersedu. Beberapa minggu sebelum Gadia masuk RS, waktu kita tinggal di Cinere, mama minta dibawakan cd player dari Cimanggis. Mama pingin mendengarkan lagu-lagu bersama Gadia lagi seperti dulu. Untuk lullabies saat mama menggendong Gadia, atau untuk saat paling mesra saat Gadia menyusu pada mama. CD itu pun selalu jadi pilihan pertama mama. Pernah saat mendengarkan lagu-lagu dari cd player, terbersit di benak mama, “Kalau Gadia sudah nggak ada nanti, mama pasti akan nangis hebat mendengar semua lagu-lagu kenangan ini.” Seolah mama sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
Gadia sering melamun
Mulai di Cinere, Gadia jadi sering melamun. Padahal dulu Gadia anak yang ceria yang nggak pernah berhenti tersenyum. Gadia masih lincah dan nakal, pengennya minta dititah aja dan berantakin meja. Tapi ada masanya di mana tatapan matanya tiba-tiba menerawang jauh. Mama sering dengar katanya orang suka melamun kalau mau meninggal. Tapi mama juga suka buang pikiran itu jauh-jauh. Ah, itu kali karena Gadia udah lebih pinter aja sekarang, gitu ucap mama untuk menenangkan diri. Sampai sekarang, mama nggak tahu. Entah apa yang dulu dia suka lamunkan. Moga-moga tentang surga yang kekal tempat tinggalnya sekarang.
I’m sorry, baby
Memang kira-kira sejak akhir November, Gadia sesekali suka rewel nggak jelas. Biasanya mama selalu tahu apa mau dia. Mau main sambil berdiri di meja, bosan main di kasur, bosan dengan mainan yang lagi dimainin, bosan di kamar pengen keluar, pengen ambil benda tertentu, pengen mimik susu, pengen minum air, pengen digendong, ngantuk pengen tidur, dll. Tapi sudah beberapa hari itu, dia suka nangis atau merintih tanpa mama tahu apa yang dia mau. Sebelumnya diawali dengan dia suka meronta dan memanjat dada kita kalau kita gendong. Jadi kalau biasanya dia merasa nyaman digendong, ada kalanya digendong pun dia masih tidak nyaman. Mulai akhir November itu pula, dia yang tadinya tidur pulas kalau malam (paling bangun untuk minta mimik 1-2x), sudah mulai gelisah saat malam. Bisa pup jam 2 pagi terus susah untuk tidur lagi. Kalau sudah gitu, digendong salah, ditidurin salah, nangis terus. Kadang-kadang dia bukan hanya nangis, tapi juga teriak2 marah dan kesel. Mama sedih, karena mama nggak bisa mengerti keinginannya, and was not able to soothe or comfort her. Tapi ada kalanya juga mama terbersit kesel, yang kalau mama boleh excuse, sangat manusiawi. Untungnya mama suka segera sadar dan buang jauh-jauh kesel mama sambil berusaha berempati pada Gadia. Opung pernah bilang, jangan-jangan Gadia begitu karena dia kesakitan. Mama sempat tanya dr. Poppy, apa benar dia kesakitan. Tapi dr. Poppy seolah menghibur mama, ah, memang dia lagi rewel aja kali. Dan saat itu mama ingin mempercayai hal itu, makanya mama pura-pura percaya. Ya, kata mama, Gadia cuma lagi rewel aja, ah. Sambil berusaha mengingkari bahwa actually she was in pain.
Di suatu pagi (beberapa hari sebelum Gadia dibawa ke RS Harapan Kita untuk dirawat), Gadia susah sekali untuk tidur. Dia bangun sekitar jam setengah empat pagi, dan habis itu nggak bisa tidur lagi. Udah di bawa jalan-jalan pagi keliling kompleks, pulangnya tertidur sebentar, eh sampai rumah bangun lagi. Jam 10 pagi, akhirnya Gadia tertidur. Mama taro di kasur, eh Gadia bangun. Mama gendong-gendong lagi, eh Gadia nggak bisa tidur lagi. Mama yang semalaman hampir nggak tidur, udah mulai kesel. Untungnya mama segera ingat bahwa jadi mama harus siap capek dan nggak boleh kesel. Mama langsung nyesel banget dan ingat mama pernah marah dulu di Clementi waktu Gadia nggak bisa tidur sampai jam 10 malam. Mama nggak mau mengulangi perbuatan bodoh mama itu lagi untuk kedua kali ataupun seterusnya. Mama pun nangis sambil nyanyi lullaby ciptaan mama sendiri:
“I’m sorry baby
For all the wrongs I did
I’m sorry baby
For everything I did
I’m sorry baby
I love you”
Nggak lama, Gadia tertidur dalam pelukan mama. Ingat waktu memeluk Gadia saat itu, indah sekali rasanya. Mama nangis. Mama bertekad untuk terus sabar menghadapi Gadia. Dia anak baik, dia nggak berniat ngerjain mamanya atau bikin mamanya capek. Tapi dia sakit, jadi dia terpaksa rewel. Mama bertekad untuk nggak kesel atau marah pada Gadia serewel apapun dia. Mama bertekad, memberinya kenangan manis sebelum dia pergi. Ya, saat itu mama mulai merasa, bahwa bisa jadi mama nggak akan lama masih bisa menikmati meninabobokannya dalam timangan mama.
There was a pretty little girl
Elmo, mainan favorit Gadia. Mainan itu dikasih tante Puti waktu ke rumah kita di Clementi. Elmo selalu dibawa kemanapun, karena bentuknya ramping, ringan, gampang dibunyiin, ada ring untuk nyantelin ke stroller/ high chair/ carrier, dan yang pasti Gadia bisa diam kalau lagi nangis kalau denger Elmo nyanyi diiringi bunyi guk-guk-guk. Ada 3 lagu yang terdengar kalau kita pencet anjing yang dipegang Elmo. Dua diantaranya I love you, Bingo, satu lagi mama nggak tau:D. Lagu Bingo paling favorit dan papa udah pernah bikin kata-katanya sendiri sejak kita di Singapura. Begini versi papa:
“Papa punya anak cantik
Namanya Agadia
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu
Putri mulia, pintar serta solihah”
Waktu oma dengar lagu Elmo, oma lah yang kasih tau kalau itu lagu Bingo. Jadi Bingo tuh nama seekor anjing. B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… B, I, N, G, O… and Bingo was his name, o.
Sama oma diganti lagi lirik lagu itu jadi:
“There is a pretty little girl
And Gadia is her name, o
Gadia yang cantik
Gadia yang lucu”
Kadang mama senang nyanyi reff nya aja:
„Gadia…Anak cantik mama
Gadia… Kesayangan mama…“
Hari Rabu tanggal 13 Desember, mama senandungin lagu itu dalam hati. Waktu mama lagi ambil barang di locker intermediate ward anak, kan sepi nggak ada orang, mama cuek aja nyanyi kenceng:
“There was a pretty little girl…”
Mama kaget sendiri, loh kok “was” sih? Bukannya „is“? Mama ulang lagi:
„There was a pretty little girl…“
Mama kaget lagi. Astaghfirullah, kata mama. Mama akhirnya nggak jadi nyanyi.
Mama jadi takut kalau suatu saat mama akan nyanyi bener-bener harus pakai “was”. Dan memang begitulah sekarang kenyataannya.
Blog ini
Ya, mama mulai rajin nulis tentang Gadia, yang rencananya mau dipublish di blog yang sudah mama buat sebelumnya, mulai tanggal 28 November. Mama tulis mulai dari dia lahir, cerita2 lucu sehari2, seolah mama tahu suatu saat mama pasti ingin mengenang Gadia dengan membaca-baca lagi cerita tentangnya.
Tanda-tanda lain
Tanda-tanda lain dari dokter Poppy, dokter lain dan suster-suster di IW anak juga makin menguatkan firasat mama kalau sepertinya secara medis, harapan untuk Gadia hidup semakin kecil. Mengapa dokter Poppy malah mengizinkan Gadia untuk mimik terus sampai mama disuruh tidur di tempat tidur bayi, kita sampai dipindah ke ruang isolasi dan disediakan tempat tidur besar supaya mama bisa tidur kelonan dengan Gadia, sikap suster-suster yang mendadak manis dan baik hati, semua seolah memberi tanda awal ke kita semua. Tadinya keluarga kita dimusuhi suster-suster karena sering jaga lebih dari satu orang, bahkan bisa beramai-ramai. Tapi sejak hari Selasa malam, semua mendadak jadi manis. Padahal Selasa siang mama sempat-sempatnya ngomel ke suster Dewi yang ateng alias sok tahu. Tapi sesudahnya mereka jadi manis-manis, bahkan papa diijinkan tidur di situ menemani mama dan Gadia.
Hari Rabu pagi, saat dr. Poppy mengunjungi Gadia, kebetulan cuman ada mama di situ sama Gadia. Beliau sudah memperingatkan mama akan kemungkinan sudden death diakibatkan kerja jantung yang makin berat, yang memang bisa terjadi pada penderita Cardiomyopathy. Mama juga sempat bertanya akan ritme jantung Gadia yang mama amati di ECG-nya mengikuti pola berubah-ubah, diantaranya “sustained VT” (VT = semacam serangan yang membuat otot menjadi kaku) dan “asystole” (tidak ada pemompaan darah). Dr. Poppy tidak menghiraukan dan berusaha menenangkan mama. Dr. Ganesha pun datang paginya, menanyakan apa anak mama masih rewel. Beliau nggak berkomentar dan hanya berkata dr. Poppy yang akan menjelaskan. Mama sudah tahu kira-kira artinya.
Dari Senin malam, sebenernya Gadia sudah nggak mau digendong oleh orang lain selain mama. Dia bisa menjerit histeris kalau orang lain menggendongnya. Tapi malam harinya dia masih mau dijaga opung. Selasa kira-kira magrib, dia terus menyusu ke mama baik suckling maupun ngempeng aja. Nggak berhenti-henti, sampai mama harus tidur disebelahnya. Dia benar-benar tidak melepaskan bibirnya ke payudara mama sampai hari Kamis sekitar pukul 4 sore. Dimana dia benar-benar sudah tidak sanggup untuk melakukan hal apapun, lalu akhirnya terkulai, matanya terpejam, bibirnya membiru dan tubuhnya mulai kaku.
19 Desember 2006
15 Desember itu
Siapa yang sangka 15 Desember bakal jadi tanggal yang menyakitkan buat keluarga kami. Tanggal 13 Desember ulang tahun papa dan tanggal 17 Desember ulang tahun yangti. Ternyata Allah sudah menetapkan Gadia untuk menghadap-Nya pada tanggal persis diantara kedua ulang tahun papa dan yangti.
19 Desember 2006
19 Desember 2006
Dia bukan milikku
Dia bukan milikku
„Sadarkan aku, Tuhan…
Dia bukan milikku
Biarkan waktu… waktu…
Hapus aku“
Lagu Nidji di atas lagi ngetop-ngetopnya dan mama suka nyanyiin. Hari Kamis tanggal 14 Desember, mama ke WC di intermediate ward anak. Mama nyanyi lagu itu dan menangis. Mama bilang ke Allah, „Insya Allah aku rela Gadia diambil oleh-Mu, ya Allah. Dia memang bukan milikku.“
16 Desember 2006
„Sadarkan aku, Tuhan…
Dia bukan milikku
Biarkan waktu… waktu…
Hapus aku“
Lagu Nidji di atas lagi ngetop-ngetopnya dan mama suka nyanyiin. Hari Kamis tanggal 14 Desember, mama ke WC di intermediate ward anak. Mama nyanyi lagu itu dan menangis. Mama bilang ke Allah, „Insya Allah aku rela Gadia diambil oleh-Mu, ya Allah. Dia memang bukan milikku.“
16 Desember 2006
Semut-semut kecil
Semut-semut kecil
Mama dan Gadia juga suka duduk di depan pintu depan (di rumah Cinere). Kalau lagi minta dititah ke arah pintu depan, dia pasti berhenti duduk di depan pintu dan langsung cari semut. Di situ sering banyak semut-semut jalan. Sayangnya mereka enggak ber-marching ramai-ramai. Tapi mama sering nyanyi juga:
“The ants go marching one by one
Hoorah hoorah
The ants go marching one by one
Hoorah hoorah
The ants go marching one by one
The little one stops to play her drum
And they all go marching down”
Mama tunjuk salah satu, Gadia bakal lihat. Dia suka ingin memegang semut, dan dengan tangan mungilnya Gadia berusaha “meremas” semut. Mama selalu larang. Kata mama, tangan Gadia terlalu besar untuk pegang semut, nanti semut malah mati. Kalau udah gitu, Gadia bakal nurut. Dia nggak lagi berusaha menggapai semut. Tapi dia lihatin terus. Nanti mama ngomong terus, eh ada semut imut banget, eh ada semut bule (kalau pas ada semut merah). Kadang-kadang mama nyanyi asal (nggak tau lirik yang bener gimana):
“Semut-semut kecil
Gadia mau tanya
Apakah kamu di dalam sana
Tidak takut gelap”
Mama bilang ke Gadia, di sini banyak semut karena yang tinggal di rumah itu orangnya manis-manis. Hehehe…
5 Desember 2006
Mama dan Gadia juga suka duduk di depan pintu depan (di rumah Cinere). Kalau lagi minta dititah ke arah pintu depan, dia pasti berhenti duduk di depan pintu dan langsung cari semut. Di situ sering banyak semut-semut jalan. Sayangnya mereka enggak ber-marching ramai-ramai. Tapi mama sering nyanyi juga:
“The ants go marching one by one
Hoorah hoorah
The ants go marching one by one
Hoorah hoorah
The ants go marching one by one
The little one stops to play her drum
And they all go marching down”
Mama tunjuk salah satu, Gadia bakal lihat. Dia suka ingin memegang semut, dan dengan tangan mungilnya Gadia berusaha “meremas” semut. Mama selalu larang. Kata mama, tangan Gadia terlalu besar untuk pegang semut, nanti semut malah mati. Kalau udah gitu, Gadia bakal nurut. Dia nggak lagi berusaha menggapai semut. Tapi dia lihatin terus. Nanti mama ngomong terus, eh ada semut imut banget, eh ada semut bule (kalau pas ada semut merah). Kadang-kadang mama nyanyi asal (nggak tau lirik yang bener gimana):
“Semut-semut kecil
Gadia mau tanya
Apakah kamu di dalam sana
Tidak takut gelap”
Mama bilang ke Gadia, di sini banyak semut karena yang tinggal di rumah itu orangnya manis-manis. Hehehe…
5 Desember 2006
Kupu-kupu yang lucu
Kupu-kupu yang lucu
Sekitar dua minggu sebelum Gadia sakit di Cinere, mama dan Gadia makin sering main di teras depan. Kadang-kadang Gadia minta berdiri di gentong putih, kadang-kadang mama gendong aja. Kita lihat kupu-kupu. Di halaman depan kita nggak ada bunga, jadi kupu-kupu yang datang paling cuma yang kuning atau polos lainnya. Di rumah tetangga depan ada bunga bougenville. Di sanalah kita lihat kupu-kupu warna-warni dan besar. Nanti mama tunjuk, itu kupu-kupu. Gadia akan lihat ke arah yang mama tunjuk. Lalu kupu-kupunya terbang ke sana kemari, mata Gadia akan mengikuti arah kemana mereka terbang. Terus mama nyanyi deh:
“Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga di taman
Berayun-ayun pada tangkai yang lemah
Tidakkah kau kira
Merasa lelah”
5 Desember 2006
Sekitar dua minggu sebelum Gadia sakit di Cinere, mama dan Gadia makin sering main di teras depan. Kadang-kadang Gadia minta berdiri di gentong putih, kadang-kadang mama gendong aja. Kita lihat kupu-kupu. Di halaman depan kita nggak ada bunga, jadi kupu-kupu yang datang paling cuma yang kuning atau polos lainnya. Di rumah tetangga depan ada bunga bougenville. Di sanalah kita lihat kupu-kupu warna-warni dan besar. Nanti mama tunjuk, itu kupu-kupu. Gadia akan lihat ke arah yang mama tunjuk. Lalu kupu-kupunya terbang ke sana kemari, mata Gadia akan mengikuti arah kemana mereka terbang. Terus mama nyanyi deh:
“Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga di taman
Berayun-ayun pada tangkai yang lemah
Tidakkah kau kira
Merasa lelah”
5 Desember 2006
Pus temen Gadia
Pus temen Gadia
Di Cinere, Gadia punya temen2 baru. Biasanya sih sesama bayi2 seperti De Ragit, mas Fadli, Jasmine, dll. Tapi kali ini seekor kucing berwarna hitam dan badan bawahnya berwarna putih. Nggak cakep, menurut mama. Mana kotor dan jorok, hobinya main di tempat sampah. Mama panggil dia „Pus temen Gadia“. Awalnya mama perhatiin, setiap Gadia nangis kenceng, misalnya waktu disuap atau waktu ditinggal mama makan atau sholat, kok pus ini suka nongol. Dia tiba2 duduk di atas keset di pintu depan. Makin diperhatiin, dia makin sering nongol. Sebenernya banyak kucing yang suka berkeliaran di depan, tapi cuma dia yang suka datang ke depan pintu. Pernah suatu sore, Gadia lagi dipaksa untuk ngabisin alpuketnya. Gadia nangis meronta-ronta. Yangti dan opung pelaku kejahatannya. Mama nggak ikutan:p. Tiba2 si pus temen Gadia menjilat mangkok alpuket yang ditaro di gentong di teras. Hahahaha… dan selamatlah Gadia dari paksaan makan sore itu. Gadia sih udah tau kalo mama bilang “pus temen Gadia”, dia bakal cari2 ke bawah, ke tempat pus biasa berada. Kita juga sering ketemu kalau lagi jalan pagi. Pernah pus ikutin mama dan Gadia sampai beberapa langkah. Pus juga kalau pas lewat di jalan terus mama panggil, “Pus temen Gadia!”, dia bakal nengok dan masuk ke rumah loncatin pagar tanpa malu-malu. Dan akhir2 ini, Gadia gemes banget pegang pus. Mama sering jauhin, habis si pus jorok sih. Pus juga pernah cium kaki Gadia… Gadia pun senang.
5 Desember 2006
Di Cinere, Gadia punya temen2 baru. Biasanya sih sesama bayi2 seperti De Ragit, mas Fadli, Jasmine, dll. Tapi kali ini seekor kucing berwarna hitam dan badan bawahnya berwarna putih. Nggak cakep, menurut mama. Mana kotor dan jorok, hobinya main di tempat sampah. Mama panggil dia „Pus temen Gadia“. Awalnya mama perhatiin, setiap Gadia nangis kenceng, misalnya waktu disuap atau waktu ditinggal mama makan atau sholat, kok pus ini suka nongol. Dia tiba2 duduk di atas keset di pintu depan. Makin diperhatiin, dia makin sering nongol. Sebenernya banyak kucing yang suka berkeliaran di depan, tapi cuma dia yang suka datang ke depan pintu. Pernah suatu sore, Gadia lagi dipaksa untuk ngabisin alpuketnya. Gadia nangis meronta-ronta. Yangti dan opung pelaku kejahatannya. Mama nggak ikutan:p. Tiba2 si pus temen Gadia menjilat mangkok alpuket yang ditaro di gentong di teras. Hahahaha… dan selamatlah Gadia dari paksaan makan sore itu. Gadia sih udah tau kalo mama bilang “pus temen Gadia”, dia bakal cari2 ke bawah, ke tempat pus biasa berada. Kita juga sering ketemu kalau lagi jalan pagi. Pernah pus ikutin mama dan Gadia sampai beberapa langkah. Pus juga kalau pas lewat di jalan terus mama panggil, “Pus temen Gadia!”, dia bakal nengok dan masuk ke rumah loncatin pagar tanpa malu-malu. Dan akhir2 ini, Gadia gemes banget pegang pus. Mama sering jauhin, habis si pus jorok sih. Pus juga pernah cium kaki Gadia… Gadia pun senang.
5 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Tangis pertama Agadia Aisha Wicaksono
> Tangis pertama Agadia Aisha Wicaksono
Jam 3 sore masuklah mama ke ruang operasi. Ada dr. Ovy, dr. Asdi, dr. Subuh (anestesi) dan dr. Hendrawan (DSA). Enaknya, papa boleh masuk ke ruang operasi walaupun papa gak berani lihat. Jadi papa duduk aja di samping kanan mama sambil pegang tangan mama.
Ruang operasi itu duingiiin banget rasanya. Katanya tensi mama naik, pdhl mama ngerasa rileks aja. Para dokter itu coba ya, ngoperasi sambil ngobrol2. Mungkin supaya mama juga gak tegang kali ya. Lalu, tibalah saat yang dinantikan itu. Pukul 15.16 WIB (waktu rumah sakit) atau pukul 15.11 (jam papa) "Uaaahhh..." terdengar suara tangis bayi yang khas. Alhamdulillah, lega rasanya. Kata dokter Ovy, "Bayinya perempuan". Terus para dokter rebutan berkomentar. Katanya air ketuban bener2 udah abis. Untungnya Gadia nggak sempet keriput (kayak papa dulu waktu lahir kehabisan air ketuban jadi keriput:D). Katanya sih operasi hanya berlangsung total 3 menit.
Setelah Gadia dibersihkan seadanya dan diadzanin papa, dibawa lagi deh dia ke sisi sebelah kanan mama. Sembari rahim dan perut mama masih dijahit. Uiiiihhhhh cuantiknyaaaaa... mama sempet ngebatin, "Tapi kok hidunya mblesek ke dalem, yah" (si mama nakal, habis itu padahal idung Gadia tumbuh loh hehehe). Terus mama sapa Gadia, "Halo, sayang!". (Habis itu mama juga nyesel, kok halo sih, bukannya Assalamualaikum kek). Sama suster Gadia dideketin ke pipi kanan mama, terus mama cium deh pipinya, mukanya masih ada darahnya dikit. Habis itu Gadia dibawa ke luar lagi.
Selesai dijahit, lama2 obat biusnya dah gak kerasa lagi. Kaki udah bisa digerakin. Mama dibawa ke ruang recovery. Tensi diukur terus. Tapi alarm selalu berbunyi (bunyinya kenceng banget bikin bete), katanya tensi tinggi terus. Begitu aja tiap 5 menit bunyi (tau gak sih pas setelah sekian lama dicek, ternyata alat ukur tensinya rusak. Uuugggh mau marah.
Dan sekian lama itu pula mama sendirian di ruang recovery. Hiks. Tak ada yang berminat mengunjungi ibu baru melahirkan. Semua terpesona dengan si cantik Gadia. Orang2 pada bengong ngeliatin Gadia sampe ngelupain mama. Habis itu, papa dateng sih. Bilang katanya Gadia harus diinkubasi dulu karena sempet nelen air ketuban. Tapi tau gak apa yang papa lakukan? Dia memakai lagi baju ijo ala dokternya, terus minta difotoin suster berdua ama mama. Habis itu papa langsung pergi lagi. Ck ck ck... emang mama harus tahu diri, kalah bersaing dengan anak bayi cantik. Tapi mama seneng2 aja sih, cuman sok2 bercanda pura2 sedih.
Mama sendiri ditahan di ruang itu karena tadi tensinya tinggi melulu. Sempet gak sabar pengen nyusuin Gadia. Waktu itu sih mama cuman pernah baca aja kalau bayi paling bagus disusuin paling nggak 1/2 jam setelah lahir, karena disitulah refleks menghisap bayi yang paling baik.
Eeehhhhh gara2 tensimeter rusak dan suster2 telmi mama jadi ketahan. Tambahan lagi DSA kekeuh Gadia kudu ditaro di inkubator.
Habis itu opung Gadia baru dateng nengok mama. Kata opunggad dengan jujurnya, "Maaf ya, sampai lupa sama ibunya." Uuuh bener kan mama udah dilupain.
Setelah tensi mama dinyatakan normal sesudah diukur pake tensimeter yg nggak rusak, mama dibawa balik deh ke ruang Safir 3. Baru kira2 jam 1/2 8 bayiku Agadia dibawa masuk ke ruangan untuk disusuin.
Gadia ditaro aja di dada mama ama suster, eh dia langsung nyari2 susu terus ngisep hihihi aduh lucu sekali rasanya disusuin pertama kali. Alangkah indahnya jadi ibu.
4 Desember 2006 dilanjutkan 22 Desember 2006 dilanjutkan 14 Mei 2007
Jam 3 sore masuklah mama ke ruang operasi. Ada dr. Ovy, dr. Asdi, dr. Subuh (anestesi) dan dr. Hendrawan (DSA). Enaknya, papa boleh masuk ke ruang operasi walaupun papa gak berani lihat. Jadi papa duduk aja di samping kanan mama sambil pegang tangan mama.
Ruang operasi itu duingiiin banget rasanya. Katanya tensi mama naik, pdhl mama ngerasa rileks aja. Para dokter itu coba ya, ngoperasi sambil ngobrol2. Mungkin supaya mama juga gak tegang kali ya. Lalu, tibalah saat yang dinantikan itu. Pukul 15.16 WIB (waktu rumah sakit) atau pukul 15.11 (jam papa) "Uaaahhh..." terdengar suara tangis bayi yang khas. Alhamdulillah, lega rasanya. Kata dokter Ovy, "Bayinya perempuan". Terus para dokter rebutan berkomentar. Katanya air ketuban bener2 udah abis. Untungnya Gadia nggak sempet keriput (kayak papa dulu waktu lahir kehabisan air ketuban jadi keriput:D). Katanya sih operasi hanya berlangsung total 3 menit.
Setelah Gadia dibersihkan seadanya dan diadzanin papa, dibawa lagi deh dia ke sisi sebelah kanan mama. Sembari rahim dan perut mama masih dijahit. Uiiiihhhhh cuantiknyaaaaa... mama sempet ngebatin, "Tapi kok hidunya mblesek ke dalem, yah" (si mama nakal, habis itu padahal idung Gadia tumbuh loh hehehe). Terus mama sapa Gadia, "Halo, sayang!". (Habis itu mama juga nyesel, kok halo sih, bukannya Assalamualaikum kek). Sama suster Gadia dideketin ke pipi kanan mama, terus mama cium deh pipinya, mukanya masih ada darahnya dikit. Habis itu Gadia dibawa ke luar lagi.
Selesai dijahit, lama2 obat biusnya dah gak kerasa lagi. Kaki udah bisa digerakin. Mama dibawa ke ruang recovery. Tensi diukur terus. Tapi alarm selalu berbunyi (bunyinya kenceng banget bikin bete), katanya tensi tinggi terus. Begitu aja tiap 5 menit bunyi (tau gak sih pas setelah sekian lama dicek, ternyata alat ukur tensinya rusak. Uuugggh mau marah.
Dan sekian lama itu pula mama sendirian di ruang recovery. Hiks. Tak ada yang berminat mengunjungi ibu baru melahirkan. Semua terpesona dengan si cantik Gadia. Orang2 pada bengong ngeliatin Gadia sampe ngelupain mama. Habis itu, papa dateng sih. Bilang katanya Gadia harus diinkubasi dulu karena sempet nelen air ketuban. Tapi tau gak apa yang papa lakukan? Dia memakai lagi baju ijo ala dokternya, terus minta difotoin suster berdua ama mama. Habis itu papa langsung pergi lagi. Ck ck ck... emang mama harus tahu diri, kalah bersaing dengan anak bayi cantik. Tapi mama seneng2 aja sih, cuman sok2 bercanda pura2 sedih.
Mama sendiri ditahan di ruang itu karena tadi tensinya tinggi melulu. Sempet gak sabar pengen nyusuin Gadia. Waktu itu sih mama cuman pernah baca aja kalau bayi paling bagus disusuin paling nggak 1/2 jam setelah lahir, karena disitulah refleks menghisap bayi yang paling baik.
Eeehhhhh gara2 tensimeter rusak dan suster2 telmi mama jadi ketahan. Tambahan lagi DSA kekeuh Gadia kudu ditaro di inkubator.
Habis itu opung Gadia baru dateng nengok mama. Kata opunggad dengan jujurnya, "Maaf ya, sampai lupa sama ibunya." Uuuh bener kan mama udah dilupain.
Setelah tensi mama dinyatakan normal sesudah diukur pake tensimeter yg nggak rusak, mama dibawa balik deh ke ruang Safir 3. Baru kira2 jam 1/2 8 bayiku Agadia dibawa masuk ke ruangan untuk disusuin.
Gadia ditaro aja di dada mama ama suster, eh dia langsung nyari2 susu terus ngisep hihihi aduh lucu sekali rasanya disusuin pertama kali. Alangkah indahnya jadi ibu.
4 Desember 2006 dilanjutkan 22 Desember 2006 dilanjutkan 14 Mei 2007
Cerita sebelum Gadia lahir: Ke Rumah Sakit
> Ke Rumah Sakit
Karena nggak yakin itu air ketuban apa bukan, mama, opung dan ato bergegas naik mobil menuju RS. Itu udah jam 11 lewat kali kira2. Sampe RS, diperiksa di ruang VK oleh bidan yang jadi instruktur pas senam hamil. Katanya, wah bener, Bu, ini air ketuban. Sekitar jam 1 pagi katanya sih mama udah bukaan 1. Mama disarankan untuk segera nginap di RS malam itu. Dapat kamar Safir 3. Beberapa saat kemudian, yangkung dan yangti datang juga. Rame deh malam itu di kamar RS. Anehnya, mama belum mules2 juga. Mama berusaha tenang dan baca2 Quran. Konon di Singapura, papa udah sempat muntah2 saking stresnya. Papa baru aja meeting dengan Pak Bambang Subianto, pulang pake MRT terakhir lanjut naik taxi. Papa coba booking pesawat paling pagi Selasa 21 Februari. Tapi yang paling pagi taunya Garuda baru jam 7.
Jam 4 pagi, mama diinduksi deh pake infus. Supaya merangsang kontraksi katanya. Menit demi menit berlalu, mama tetep aja nggak mules2. Sambil SMSan sama papa. Jam 4-an papa udah naik taxi lagi menuju Changi. Papa nggak dapat Garuda jam 7. Penuh. Yang jam 9 juga nggak dapat. Mama lemes. Mama merasa nggak kuat kalau harus melahirkan tanpa papa disamping. Rupa2nya menurut bidan, mama paling juga masih lama melahirkannya. Karena masih bukaan 1 aja gak nambah2. Papa juga akhirnya memutuskan untuk naik SQ yang jam 10. Dengan tiket seharga 310 dollar, padahal papa udah beli tiket ValuAir seharga 80 dollar. Hihihi… demi banget deh judulnya saat itu. Jam 1 siang, harusnya papa sudah sampai. Mama juga harus diperiksa lagi di VK. Baru bukaan 2. Trus walaupun ada kontraksi, tapi jantung bayi nggak merespon kontraksi tersebut. Jam 1 lewat, papa pun sampai. Alhamdulillah, mama girang bukan main. Dokter jaga saat itu, dr. Asdi menyampaikan pesan dari dr. Ovy untuk segera dilakukan operasi cesar. Mama nanya berulang-ulang memastikan kalau itu keputusan dr. Ovy (sampe dr. Asdi minder dan bete:D). Diputuskan operasi jam 3 sore, mama puasa mulai jam 2. Wah nyesel, belum sempat makan siang.
4 Desember 2006
Karena nggak yakin itu air ketuban apa bukan, mama, opung dan ato bergegas naik mobil menuju RS. Itu udah jam 11 lewat kali kira2. Sampe RS, diperiksa di ruang VK oleh bidan yang jadi instruktur pas senam hamil. Katanya, wah bener, Bu, ini air ketuban. Sekitar jam 1 pagi katanya sih mama udah bukaan 1. Mama disarankan untuk segera nginap di RS malam itu. Dapat kamar Safir 3. Beberapa saat kemudian, yangkung dan yangti datang juga. Rame deh malam itu di kamar RS. Anehnya, mama belum mules2 juga. Mama berusaha tenang dan baca2 Quran. Konon di Singapura, papa udah sempat muntah2 saking stresnya. Papa baru aja meeting dengan Pak Bambang Subianto, pulang pake MRT terakhir lanjut naik taxi. Papa coba booking pesawat paling pagi Selasa 21 Februari. Tapi yang paling pagi taunya Garuda baru jam 7.
Jam 4 pagi, mama diinduksi deh pake infus. Supaya merangsang kontraksi katanya. Menit demi menit berlalu, mama tetep aja nggak mules2. Sambil SMSan sama papa. Jam 4-an papa udah naik taxi lagi menuju Changi. Papa nggak dapat Garuda jam 7. Penuh. Yang jam 9 juga nggak dapat. Mama lemes. Mama merasa nggak kuat kalau harus melahirkan tanpa papa disamping. Rupa2nya menurut bidan, mama paling juga masih lama melahirkannya. Karena masih bukaan 1 aja gak nambah2. Papa juga akhirnya memutuskan untuk naik SQ yang jam 10. Dengan tiket seharga 310 dollar, padahal papa udah beli tiket ValuAir seharga 80 dollar. Hihihi… demi banget deh judulnya saat itu. Jam 1 siang, harusnya papa sudah sampai. Mama juga harus diperiksa lagi di VK. Baru bukaan 2. Trus walaupun ada kontraksi, tapi jantung bayi nggak merespon kontraksi tersebut. Jam 1 lewat, papa pun sampai. Alhamdulillah, mama girang bukan main. Dokter jaga saat itu, dr. Asdi menyampaikan pesan dari dr. Ovy untuk segera dilakukan operasi cesar. Mama nanya berulang-ulang memastikan kalau itu keputusan dr. Ovy (sampe dr. Asdi minder dan bete:D). Diputuskan operasi jam 3 sore, mama puasa mulai jam 2. Wah nyesel, belum sempat makan siang.
4 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Banjir... banjir...
> Banjir… banjir…
Hari Sabtu tanggal 18 Februari, mama akhirnya menyempatkan diri untuk ikutan senam hamil di RS Permata Cibubur. Mama seneng dan enjoy… Pastinya excited banget ngebayangin beberapa minggu lagi bakal melahirkan. Pulangnya, mama minta tolong Pak Pur (tukang ojeg deket rumah) dan Ajir untuk angkat2 barang. Bufet dan 1 tempat tidur dikeluarkan dari kamar depan. Spacenya mau dipake utk cot Gadia. Beres2 dan bersih2 deh judulnya. Si mama tea, hobi banget beres2. Akibatnya, malamnya mama kontraksi sering banget. Selang 15 menit-an. Mama sms papa yang masih di Singapura.
Hari Seninnya, mama berangkat seperti biasa naik Sparky disetirin Ajir ke kantor. Entah kenapa hari itu mama on fire banget. Mama pengen banget cepet2 nyelesaiin kerjaan, supaya minggu depannya bisa cuti. Istirahat aja mama cuman bentar, udah lanjut kerja lagi. Mama baru ngecilin speed menjelang magrib. Abis sholat, masih ngutak-ngutik kerjaan sebentar, baru deh pulang. Di mobil, badan mama pegel dan capek banget. Sempet mampir beli sop daging andalan (Berkah) di deket Elnusa. Jemput opung Gad di RS Bunda, terus mobil meluncur di tengah hujan lebat menuju rumah. Mama duduk selonjoran, membayangkan sampai rumah makan sop daging terus bobo nyenyak.
Sampai rumah, mama dan opung stres bukan alang kepalang. Rumah kita udah terendam air setinggi di atas mata kaki. Dan kerusakan terparah terjadi di kamar depan, yang disiapkan untuk jadi kamar Gadia. Mama keselllllll banget, bawaannya mau marah2 aja. Rupanya dapur belakang atapnya bocor, air hujan mengalir ke dalam rumah dan bermuara di kamar depan.
Walaupun capek dan lemes banget, mama maksain untuk ikut nyerokin air ke dalam ember. Sama opung udah dilarang, tapi mama kekeuh. Kira-kira ½ ember, mama nyerah dan rebahan di tempat tidur. Capeeeek banget rasanya. Jam 9.30 baru mama makan. Habis itu ganti baju. Pak Pur sudah datang untuk bantuin ngepel. Kamar depan udah beres dipel, mama pun tidur di atas tempat tidur. Eh, saking capeknya mama malah nggak bisa tidur. Mama dengerin disc man berisi CD Neujahrkonzert 2001-nya Wiener Philharmoniker Orchestra. Satu earphone mama taro di perut mama. Ceritanya biar Gadia ikut denger. Lagu pertama Radetzky March, eh koq Gadia semangat amat ya nendang2. Biasanya sih cuma di sebagian lagu, loh loh loh, tapi ini koq Gadia nendang2 terus sepanjang lagu? Mama cuman ketawa2 aja wuih, Gadia hebat loh suka ama lagu Radetzky March. Mama udah sms papa sebelumnya soal banjir. Kali ini sms lagi cerita kalau Gadia nendang2 melulu. Masuk lagu kedua, eh koq Gadia masih nendang aja ya? Mama geli. Sebenernya dari tadi mama udah pengen pipis, tapi too excited ditendangin Gadia perutnya. Jadi mama tahan dan tunda. Pikir mama, ah entar aja abis lagu kedua deh. Tapi karena udah nggak tahan, mama turun deh dari tempat tidur dan cepet2 menuju WC. Belom sempat jalan jauh, masih di kamar mama udah pipis. Ha? Mama panik. Belon pernah nih mama pipis nggak bisa ditahan, biar kata udah nahan selama apa juga, biasanya sih selalu berhasil pipis di WC. Mama langsung inget kata2 bidan waktu senam hamil: kalau pipis bisa ditahan, kalau air ketuban ngucur aja langsung. Hueks. Mama lemas. Mama lanjut pipis di WC. Eh, gak berhenti-berhenti. Mules2 dikit, ah ini kan mules pengen pup. Mama pup aja. Mama udah mulai meringis dan ngadu ke opung: “Ma… kayaknya ini air ketuban deh:(“. Mama stres karena papa masih di Singapura. Papa baru pesen tiket untuk pulang hari Sabtu.
4 Desember 2006
Hari Sabtu tanggal 18 Februari, mama akhirnya menyempatkan diri untuk ikutan senam hamil di RS Permata Cibubur. Mama seneng dan enjoy… Pastinya excited banget ngebayangin beberapa minggu lagi bakal melahirkan. Pulangnya, mama minta tolong Pak Pur (tukang ojeg deket rumah) dan Ajir untuk angkat2 barang. Bufet dan 1 tempat tidur dikeluarkan dari kamar depan. Spacenya mau dipake utk cot Gadia. Beres2 dan bersih2 deh judulnya. Si mama tea, hobi banget beres2. Akibatnya, malamnya mama kontraksi sering banget. Selang 15 menit-an. Mama sms papa yang masih di Singapura.
Hari Seninnya, mama berangkat seperti biasa naik Sparky disetirin Ajir ke kantor. Entah kenapa hari itu mama on fire banget. Mama pengen banget cepet2 nyelesaiin kerjaan, supaya minggu depannya bisa cuti. Istirahat aja mama cuman bentar, udah lanjut kerja lagi. Mama baru ngecilin speed menjelang magrib. Abis sholat, masih ngutak-ngutik kerjaan sebentar, baru deh pulang. Di mobil, badan mama pegel dan capek banget. Sempet mampir beli sop daging andalan (Berkah) di deket Elnusa. Jemput opung Gad di RS Bunda, terus mobil meluncur di tengah hujan lebat menuju rumah. Mama duduk selonjoran, membayangkan sampai rumah makan sop daging terus bobo nyenyak.
Sampai rumah, mama dan opung stres bukan alang kepalang. Rumah kita udah terendam air setinggi di atas mata kaki. Dan kerusakan terparah terjadi di kamar depan, yang disiapkan untuk jadi kamar Gadia. Mama keselllllll banget, bawaannya mau marah2 aja. Rupanya dapur belakang atapnya bocor, air hujan mengalir ke dalam rumah dan bermuara di kamar depan.
Walaupun capek dan lemes banget, mama maksain untuk ikut nyerokin air ke dalam ember. Sama opung udah dilarang, tapi mama kekeuh. Kira-kira ½ ember, mama nyerah dan rebahan di tempat tidur. Capeeeek banget rasanya. Jam 9.30 baru mama makan. Habis itu ganti baju. Pak Pur sudah datang untuk bantuin ngepel. Kamar depan udah beres dipel, mama pun tidur di atas tempat tidur. Eh, saking capeknya mama malah nggak bisa tidur. Mama dengerin disc man berisi CD Neujahrkonzert 2001-nya Wiener Philharmoniker Orchestra. Satu earphone mama taro di perut mama. Ceritanya biar Gadia ikut denger. Lagu pertama Radetzky March, eh koq Gadia semangat amat ya nendang2. Biasanya sih cuma di sebagian lagu, loh loh loh, tapi ini koq Gadia nendang2 terus sepanjang lagu? Mama cuman ketawa2 aja wuih, Gadia hebat loh suka ama lagu Radetzky March. Mama udah sms papa sebelumnya soal banjir. Kali ini sms lagi cerita kalau Gadia nendang2 melulu. Masuk lagu kedua, eh koq Gadia masih nendang aja ya? Mama geli. Sebenernya dari tadi mama udah pengen pipis, tapi too excited ditendangin Gadia perutnya. Jadi mama tahan dan tunda. Pikir mama, ah entar aja abis lagu kedua deh. Tapi karena udah nggak tahan, mama turun deh dari tempat tidur dan cepet2 menuju WC. Belom sempat jalan jauh, masih di kamar mama udah pipis. Ha? Mama panik. Belon pernah nih mama pipis nggak bisa ditahan, biar kata udah nahan selama apa juga, biasanya sih selalu berhasil pipis di WC. Mama langsung inget kata2 bidan waktu senam hamil: kalau pipis bisa ditahan, kalau air ketuban ngucur aja langsung. Hueks. Mama lemas. Mama lanjut pipis di WC. Eh, gak berhenti-berhenti. Mules2 dikit, ah ini kan mules pengen pup. Mama pup aja. Mama udah mulai meringis dan ngadu ke opung: “Ma… kayaknya ini air ketuban deh:(“. Mama stres karena papa masih di Singapura. Papa baru pesen tiket untuk pulang hari Sabtu.
4 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Balik lagi ke Indonesia
> Balik lagi ke Indonesia
Di Indonesia, mama tinggal di rumah opung dan ato di Cimanggis. Papa memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya di Singapura. Jadi papa bolak-balik Singapura-Jakarta setiap 2 minggu sekali. Awalnya mama coba kontrol ke RS Tumbuh Kembang di Jl. Raya Bogor, Cimanggis. Ada dokter yang katanya sih terkenal dan funky. Namanya dr. Fakhrudin. Tapi setelah 2 kali kontrol kok mama nggak sreg ya. Pernah mergokin dokter itu lagi ngerokok di dalam CRV-nya… Ich mama kan anti rokok. Dalam mobil pula… hueks. Terakhir, mama kontrol jam 8 malam pulang kerja. Eh, dokternya males2an jawab pertanyaan mama. Sejak saat itu, mama memutuskan untuk ganti dokter. Nurutin saran Tante Ulie, rekan kerja mama di Pelangi, mama nyoba untuk kontrol ke dr. Ovy di RSIA Permata Cibubur. RS nya deket banget juga dari rumah di Cimanggis. Mama kebetulan juga cocok. Jadi lanjut deh kontrol ke dia. Dr. Ovy juga bilang kalau due date Gadia tanggal 7 Maret 2006. Yang mama ingat, waktu itu kontrol ke-2 hari Kamis malam tanggal 16 Februari. Mama pulang kerja cepet, jam 4 udah cabut sama Ajir (supir yang dihire untuk Januari-Februari selama mama kerja jadi konsultan ngerjain proyek NEDO di Pelangi). Mama capek banget, karena pasien banyak walaupun mama jam ½ 6 dah nongol, baru jam ½ 10 malam mama masuk ruang praktik. Mama batuk berat dan suara sampe hilang. Sama dokter mama dimarahin karena belum cuti juga. Akhirnya dibikinin surat cuti. Mama juga dimarahin karena nggak ikutan senam hamil, padahal udah usia kehamilan 36 minggu. Mama nyengir2 aja. Kata dokter, bayi mama marah karena mama gak perhatian. Aduh, sedihnya. Maaf ya, Gadia.
4 Desember 2006
Di Indonesia, mama tinggal di rumah opung dan ato di Cimanggis. Papa memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya di Singapura. Jadi papa bolak-balik Singapura-Jakarta setiap 2 minggu sekali. Awalnya mama coba kontrol ke RS Tumbuh Kembang di Jl. Raya Bogor, Cimanggis. Ada dokter yang katanya sih terkenal dan funky. Namanya dr. Fakhrudin. Tapi setelah 2 kali kontrol kok mama nggak sreg ya. Pernah mergokin dokter itu lagi ngerokok di dalam CRV-nya… Ich mama kan anti rokok. Dalam mobil pula… hueks. Terakhir, mama kontrol jam 8 malam pulang kerja. Eh, dokternya males2an jawab pertanyaan mama. Sejak saat itu, mama memutuskan untuk ganti dokter. Nurutin saran Tante Ulie, rekan kerja mama di Pelangi, mama nyoba untuk kontrol ke dr. Ovy di RSIA Permata Cibubur. RS nya deket banget juga dari rumah di Cimanggis. Mama kebetulan juga cocok. Jadi lanjut deh kontrol ke dia. Dr. Ovy juga bilang kalau due date Gadia tanggal 7 Maret 2006. Yang mama ingat, waktu itu kontrol ke-2 hari Kamis malam tanggal 16 Februari. Mama pulang kerja cepet, jam 4 udah cabut sama Ajir (supir yang dihire untuk Januari-Februari selama mama kerja jadi konsultan ngerjain proyek NEDO di Pelangi). Mama capek banget, karena pasien banyak walaupun mama jam ½ 6 dah nongol, baru jam ½ 10 malam mama masuk ruang praktik. Mama batuk berat dan suara sampe hilang. Sama dokter mama dimarahin karena belum cuti juga. Akhirnya dibikinin surat cuti. Mama juga dimarahin karena nggak ikutan senam hamil, padahal udah usia kehamilan 36 minggu. Mama nyengir2 aja. Kata dokter, bayi mama marah karena mama gak perhatian. Aduh, sedihnya. Maaf ya, Gadia.
4 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Pindah ke Singapura
> Pindah ke Singapura
Sudah cukup lama sebenernya, mama berencana untuk ikut papa tinggal di Singapura selama 5 bulan, yaitu selama papa kerja untuk Asia Term-nya University of St. Gallen di SMU Singapore. Awalnya sudah disepakati antara mama dan bos-bos mama bahwa selama di Singapura mama akan kerja telecommuting dengan Pelangi, LSM tempat mama kerja. Tapi karena mama sakit mual-mual (hyperemesis gravidanum; mama sempet dibawa ke Emergency jam 2 pagi loh saking parahnya) dan setiap mikir kerjaan malah stres dan gak bisa ngapa2in, mama memutuskan untuk ambil unpaid leave. Akhir September 2005, setelah mama agak pulih, mama mulai kerja sebagai visiting researcher di Singapore Institute of International Affairs (SIIA) dengan fokus Regional Cooperation on TransBoundary Pollutant alias Haze. Selama di Singapura, mama kontrol kandungan ke Women Clinic di National University Hospital (NUH) dengan dr. Mahesh Choolani. Orangnya baik dan cepet akrab. Awalnya periksa tiap bulan, sampai 2 minggu sekali. Seru deh… setiap USG foto2 nya selalu mama simpan dan ceritain ke orang-orang. Menurut pemeriksaan USG, due date kelahiran Agadia sudah ditetapkan tanggal (7?) Maret 2006. Wow, itu kan selisih 2 hari dengan ultah mama! Tanggal 8 November 2005, dr. Mahesh memastikan kalau bayi mama berjenis kelamin perempuan! Wuiii alhamdulillah, walaupun kita pasrah dapat anak laki-laki atau perempuan, tapi feeling kita emang udah nyiapin perempuan. Bahkan, mama dan papa udah sreg sama nama perempuan yaitu Agadia Aisha Wicaksono. (Btw, nama Agadia udah disiapin dari jaman mama dan papa pacaran hihihi. Itu gabungan dari nama papa Agung dan mama Maulidia).
4 Desember 2006
Sudah cukup lama sebenernya, mama berencana untuk ikut papa tinggal di Singapura selama 5 bulan, yaitu selama papa kerja untuk Asia Term-nya University of St. Gallen di SMU Singapore. Awalnya sudah disepakati antara mama dan bos-bos mama bahwa selama di Singapura mama akan kerja telecommuting dengan Pelangi, LSM tempat mama kerja. Tapi karena mama sakit mual-mual (hyperemesis gravidanum; mama sempet dibawa ke Emergency jam 2 pagi loh saking parahnya) dan setiap mikir kerjaan malah stres dan gak bisa ngapa2in, mama memutuskan untuk ambil unpaid leave. Akhir September 2005, setelah mama agak pulih, mama mulai kerja sebagai visiting researcher di Singapore Institute of International Affairs (SIIA) dengan fokus Regional Cooperation on TransBoundary Pollutant alias Haze. Selama di Singapura, mama kontrol kandungan ke Women Clinic di National University Hospital (NUH) dengan dr. Mahesh Choolani. Orangnya baik dan cepet akrab. Awalnya periksa tiap bulan, sampai 2 minggu sekali. Seru deh… setiap USG foto2 nya selalu mama simpan dan ceritain ke orang-orang. Menurut pemeriksaan USG, due date kelahiran Agadia sudah ditetapkan tanggal (7?) Maret 2006. Wow, itu kan selisih 2 hari dengan ultah mama! Tanggal 8 November 2005, dr. Mahesh memastikan kalau bayi mama berjenis kelamin perempuan! Wuiii alhamdulillah, walaupun kita pasrah dapat anak laki-laki atau perempuan, tapi feeling kita emang udah nyiapin perempuan. Bahkan, mama dan papa udah sreg sama nama perempuan yaitu Agadia Aisha Wicaksono. (Btw, nama Agadia udah disiapin dari jaman mama dan papa pacaran hihihi. Itu gabungan dari nama papa Agung dan mama Maulidia).
4 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Alhamdulillah mama hamil
> Alhamdulillah, mama hamil
Sepulang dari Swiss, mama udah sering mengeluh meriang dan agak panas badannya. Nafsu makan pun gila-gilaan. Emang sih, dalam keadaan normal pun mama juga rakus makannya. Tapi kali itu bener2 deh. Akhirnya papa dan mama beli test pack di Apotek Retna Fatmawati. Pulangnya kita nginep di Cinere. Mama langsung pipis dan gak lama kemudian test pack nya memberi hasil positif. Alhamdulillah, sorak mama dalam hati. Mama gak langsung kasih tau papa. Setelah di kamar berduaan, mama baru kasih liat test packnya. Wuih, papa girang bukan main. Kita mengucap syukur karena permohonan kita dikabulkan. Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Jumat malam, mama diantar papa ke RS Bersalin Asih, Kebayoran Baru. Asal cap cip cup aja gak perduli ama dokter siapa. Dapetnya dr. Bambang. Dan setelah di USG, memang positif hamil. Sudah kelihatan kantong kehamilannya. Wuiiih… Sesudah itu baru deh mulai pede kasih tau orang2 kalau mama hamil.
4 Desember 2006
Sepulang dari Swiss, mama udah sering mengeluh meriang dan agak panas badannya. Nafsu makan pun gila-gilaan. Emang sih, dalam keadaan normal pun mama juga rakus makannya. Tapi kali itu bener2 deh. Akhirnya papa dan mama beli test pack di Apotek Retna Fatmawati. Pulangnya kita nginep di Cinere. Mama langsung pipis dan gak lama kemudian test pack nya memberi hasil positif. Alhamdulillah, sorak mama dalam hati. Mama gak langsung kasih tau papa. Setelah di kamar berduaan, mama baru kasih liat test packnya. Wuih, papa girang bukan main. Kita mengucap syukur karena permohonan kita dikabulkan. Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Jumat malam, mama diantar papa ke RS Bersalin Asih, Kebayoran Baru. Asal cap cip cup aja gak perduli ama dokter siapa. Dapetnya dr. Bambang. Dan setelah di USG, memang positif hamil. Sudah kelihatan kantong kehamilannya. Wuiiih… Sesudah itu baru deh mulai pede kasih tau orang2 kalau mama hamil.
4 Desember 2006
Cerita sebelum Gadia lahir: Pembuatan cetakan:D
> Pembuatan cetakan:D
Kalau mau dirunut-runut, awal-awal perjuangan mama papa menanti datangnya putri cantik kesayangan mereka itu bisa ditarik balik ke bulan Juni 2005. Atau sebelumnya deh, biar lengkap. Sejak September 2004, papa tinggal di St. Gallen, Swiss untuk studi S3nya. Mama tetap kerja di Jakarta. Tapi mereka saling bertemu misalnya September 2004, Mama ikut konferensi di Engelberg, di hari terakhir papa nyusul untuk “berbulan madu yang tertunda” di pegunungan Alpen. (Soundtracknya: auf den Alpen… lalalala… :D). Lalu pulangnya sama-sama ke St. Gallen. Desember 2004, Mama datang lagi ke St. Gallen dalam perjalanan pulang setelah ikut COP 10 di Buenos Aires, Argentina. Jadi, bela-belain naik pesawat yang transit di Frankfurt baru naik kereta ke Swiss. Maret 2005, giliran papa yang pulang ke Jakarta. Terus mama papa menyewa kamar kos-kosan di Jl. Flamboyan, Cipete untuk proyek bulan madu kesekian yang rencananya sih mau bikin Gadia, hihihi… Tapi ternyata saat itu Allah belum berkehendak memberi anak untuk papa mama. Akhirnya, sekali lagi mama papa berpikir untuk bisa ketemuan dengan gratis, hehehe… Kebetulan banget, temen papa S3 di Uni St. Gallen, Shiban, orang Bangladesh environmentalist sejati, adalah ketua OIKOS, sebuah perkumpulan mahasiswa dengan fokus lingkungan. Tiap tahun, OIKOS mengadakan Model WTO, semacam simulasi negosiasi yang terjadi di WTO (idenya seperti Model UN). Shiban sendiri yang mengajak mama untuk ikutan waktu kenalan di bulan Desember 2004. Maka, mama pun semangat untuk bikin essay supaya bisa ikutan. Demi ke Swiss gratis, hehehe, at least disubsidi-lah:).
Singkat cerita, mama diterima jadi salah seorang peserta Model WTO tahun 2005. Ditambah cuti tahunan mama, kurang lebih 3 minggu mama berada di Swiss. Mama berangkat tanggal 10 Juni, sampai 11 Juni. Tanggal 12 Juni-nya mama papa merayakan anniversary perkawinan yang pertama! Selama tiga minggu di Swiss, mama udah suka ngidam. Misalnya pengen banget makan siomay dan frankfurter. Hehe norak ya.
4 Desember 2006
Kalau mau dirunut-runut, awal-awal perjuangan mama papa menanti datangnya putri cantik kesayangan mereka itu bisa ditarik balik ke bulan Juni 2005. Atau sebelumnya deh, biar lengkap. Sejak September 2004, papa tinggal di St. Gallen, Swiss untuk studi S3nya. Mama tetap kerja di Jakarta. Tapi mereka saling bertemu misalnya September 2004, Mama ikut konferensi di Engelberg, di hari terakhir papa nyusul untuk “berbulan madu yang tertunda” di pegunungan Alpen. (Soundtracknya: auf den Alpen… lalalala… :D). Lalu pulangnya sama-sama ke St. Gallen. Desember 2004, Mama datang lagi ke St. Gallen dalam perjalanan pulang setelah ikut COP 10 di Buenos Aires, Argentina. Jadi, bela-belain naik pesawat yang transit di Frankfurt baru naik kereta ke Swiss. Maret 2005, giliran papa yang pulang ke Jakarta. Terus mama papa menyewa kamar kos-kosan di Jl. Flamboyan, Cipete untuk proyek bulan madu kesekian yang rencananya sih mau bikin Gadia, hihihi… Tapi ternyata saat itu Allah belum berkehendak memberi anak untuk papa mama. Akhirnya, sekali lagi mama papa berpikir untuk bisa ketemuan dengan gratis, hehehe… Kebetulan banget, temen papa S3 di Uni St. Gallen, Shiban, orang Bangladesh environmentalist sejati, adalah ketua OIKOS, sebuah perkumpulan mahasiswa dengan fokus lingkungan. Tiap tahun, OIKOS mengadakan Model WTO, semacam simulasi negosiasi yang terjadi di WTO (idenya seperti Model UN). Shiban sendiri yang mengajak mama untuk ikutan waktu kenalan di bulan Desember 2004. Maka, mama pun semangat untuk bikin essay supaya bisa ikutan. Demi ke Swiss gratis, hehehe, at least disubsidi-lah:).
Singkat cerita, mama diterima jadi salah seorang peserta Model WTO tahun 2005. Ditambah cuti tahunan mama, kurang lebih 3 minggu mama berada di Swiss. Mama berangkat tanggal 10 Juni, sampai 11 Juni. Tanggal 12 Juni-nya mama papa merayakan anniversary perkawinan yang pertama! Selama tiga minggu di Swiss, mama udah suka ngidam. Misalnya pengen banget makan siomay dan frankfurter. Hehe norak ya.
4 Desember 2006
Pinternya... Kerennya...
Pinternya… Kerennya…
Mama dan Opung nih yang paling sering muji-muji Gadia… “Pinternya…” Atau mama yang sering bilang, “Kerennya…” kalau Gadia melakukan hal-hal yang mama anggap memang keren. Contohnya berdiri sendiri. Setelah pegangan sama badan atau rambut mama, terus dia berdiri tegak dan coba pelan-pelan lepasin pegangan. Kalau mama habis bilang “Kerennya” Gadia bakal tersenyum girang plus geer. Atau misalnya saat Gadia dengan usahanya merangkak atau berguling atau cara-cara Gadia lainnya akhirnya berhasil menggapai benda yang dia pengenin.
Udah lama mama umpetin Breathy. Habis Gadia seneng banget megangnya dan sering memasukannya ke mulut. Mama takut juga kalau isinya tumpah dan ketelen. Kan bisa gawat. Eh, suatu hari mama letakkan Breathy di keranjang baju Gad berwarna pink yang letaknya di samping kasur. Dari kasur, Gad udah ancang2. Girang dia, melihat mainan favoritnya tiba2 nongol lagi. Pas dia mendekat ke keranjang, tangannya berusaha menggapai Breathy. Eh, terhalang botol2 Zwitsal yang besar2. Dia sempat tertegun dan nggak lama kemudian dengan segala upaya dia pun membuangi botol2 Zwitsal tersebut keluar keranjang sampai akhirnya dia berhasil mengambil yang dia incer dari tadi: Breathy. Wow, kata mama, pinternya…
Pernah juga dia lagi „baca“ buku Hippos (hadiah dari tante Eci waktu Gadia di RS). Buku itu berupa “squeaky book” yang ada hippo biru timbul yang akan “squeak” kalau dipencet. Tiap halaman ada bolongan sesuai bentuk hippo, jadi tiap buku dibalik halamannya, squeaky hippo akan tetap ada. Saat itu, dia serius banget ngeliatin si hippo biru. Dia balik ke halaman berikutnya, dia tertegun liat si hippo tetep ada. Terus ke halaman selanjutnya, dia menaikkan alisnya melihat si hippo lagi. Terus dia lihat halaman sebelumnya yang ternyata bolong. Seakan gak puas, dia lihat lagi si hippo biru. Mama bilang, “Tuh, Gad, halamannya bolong jadi setiap di balik si hippo selalu ada. Tapi hipponya sih cuman satu sebenernya.” Eh, Gadia tersenyum seolah mengerti. Mama yang takjub.
*Masih kata buku Einstein Never Used Flash Cards, katanya sih nggak baik memuji anak cerdas. Yang betul adalah menghargai setiap usaha yang memang layak diberi pujian. Kalau kita terbiasa bilang anak kita pintar, ini justru membuat si anak nggak tekun dan gampang menyerah kalau suatu saat dia dihadapkan pada persoalan yang sulit. Dia takut dibilang bodoh, maka dia akan “pura-pura” nggak tertarik dan gak mau melanjutkan usaha menyelesaikan persoalan tersebut. Ok… mama belajar nih untuk nggak mengumbar kata pinternya… kerennya…
3 Desember 2006
Mama dan Opung nih yang paling sering muji-muji Gadia… “Pinternya…” Atau mama yang sering bilang, “Kerennya…” kalau Gadia melakukan hal-hal yang mama anggap memang keren. Contohnya berdiri sendiri. Setelah pegangan sama badan atau rambut mama, terus dia berdiri tegak dan coba pelan-pelan lepasin pegangan. Kalau mama habis bilang “Kerennya” Gadia bakal tersenyum girang plus geer. Atau misalnya saat Gadia dengan usahanya merangkak atau berguling atau cara-cara Gadia lainnya akhirnya berhasil menggapai benda yang dia pengenin.
Udah lama mama umpetin Breathy. Habis Gadia seneng banget megangnya dan sering memasukannya ke mulut. Mama takut juga kalau isinya tumpah dan ketelen. Kan bisa gawat. Eh, suatu hari mama letakkan Breathy di keranjang baju Gad berwarna pink yang letaknya di samping kasur. Dari kasur, Gad udah ancang2. Girang dia, melihat mainan favoritnya tiba2 nongol lagi. Pas dia mendekat ke keranjang, tangannya berusaha menggapai Breathy. Eh, terhalang botol2 Zwitsal yang besar2. Dia sempat tertegun dan nggak lama kemudian dengan segala upaya dia pun membuangi botol2 Zwitsal tersebut keluar keranjang sampai akhirnya dia berhasil mengambil yang dia incer dari tadi: Breathy. Wow, kata mama, pinternya…
Pernah juga dia lagi „baca“ buku Hippos (hadiah dari tante Eci waktu Gadia di RS). Buku itu berupa “squeaky book” yang ada hippo biru timbul yang akan “squeak” kalau dipencet. Tiap halaman ada bolongan sesuai bentuk hippo, jadi tiap buku dibalik halamannya, squeaky hippo akan tetap ada. Saat itu, dia serius banget ngeliatin si hippo biru. Dia balik ke halaman berikutnya, dia tertegun liat si hippo tetep ada. Terus ke halaman selanjutnya, dia menaikkan alisnya melihat si hippo lagi. Terus dia lihat halaman sebelumnya yang ternyata bolong. Seakan gak puas, dia lihat lagi si hippo biru. Mama bilang, “Tuh, Gad, halamannya bolong jadi setiap di balik si hippo selalu ada. Tapi hipponya sih cuman satu sebenernya.” Eh, Gadia tersenyum seolah mengerti. Mama yang takjub.
*Masih kata buku Einstein Never Used Flash Cards, katanya sih nggak baik memuji anak cerdas. Yang betul adalah menghargai setiap usaha yang memang layak diberi pujian. Kalau kita terbiasa bilang anak kita pintar, ini justru membuat si anak nggak tekun dan gampang menyerah kalau suatu saat dia dihadapkan pada persoalan yang sulit. Dia takut dibilang bodoh, maka dia akan “pura-pura” nggak tertarik dan gak mau melanjutkan usaha menyelesaikan persoalan tersebut. Ok… mama belajar nih untuk nggak mengumbar kata pinternya… kerennya…
3 Desember 2006
Fisher Price vs kertas, plastik, botol
Fisher Price vs kertas, plastik, botol
Di Singapura, entah kenapa Fisher Price ngetop banget. Dan tampaknya, orang-orang terutama ibu-ibu amat gandrung dengan FP. Kalau sale FP, toko bisa penuh dan rusuh. Di Yahoo Auction (tempat belanja favorit mama:D), FP juga jadi bintang. Mama juga bisa browsing2 lama banget di website FP untuk lihat mainan2 apa yang bagus untuk Gadia, terus cari apa mainan itu ada di Yahoo Auction. Mainan FP pertama Gadia adalah kado dari Tante Shwita dan Om Budi, Color Click Camera. Terus mama beliin kado ulang bulan Gadia yang ke-5 di Kiddy Palace berupa Storybook Rhymes. Jadi mainannya berupa buku dari bahan fibre yang tiap dibuka halamannya akan memperdengarkan lagu-lagu nursery rhymes seperti Hickory Dickory atau Pat-A-Cake. Hadiah dari tante Puti, si Elmo juga dari FP. Sebelum Gadia masuk RS, mama udah ngincer mainan-mainan yang kira-kira sesuai sama periode tumbuh kembang Gadia saat itu. Akhirnya mama jadi winner auction mainan “Touch n Crawl” berupa bola besar dengan kaki-kaki berupa bola kecil yang bisa bergerak sendiri kalau disentuh. Katanya sih bisa merangsang bayi untuk merangkak. Gadia waktu itu lagi hobi untuk coba merangkak di lantai. Habis beli itu, mama tergoda untuk beli “Classical Stacker”. Ini sih mainan klasik gelang-gelang warna-warni berbeda ukuran yang dimasukin ke stacker, tapi pake musik dan lampu.
Karena waktu itu Gadia masuk RS selama 7 hari, baru pas pulang ke rumah mama ada waktu untuk menindaklanjuti „kemenangan2“ bid mama. Sekitar satu mingguan, berhasil deh 2 mainan baru itu sampe di tangan kita. Wuih, mama girang banget:D. (Dan papa bete banget, hu boros katanya). Tapi apa reaksi buah hati kita si Agadia Aisha Wicaksono? Doi hanya melihat si bola besar sejenak, terus memalingkan mukanya ke arah lain. Ke benda lain yang lebih menarik. Ha? Mama jadi malu… kalau beliin mainan hanya karena mamanya suka. Anaknya belum tentu. Begitu juga dengan classical stacker. Di kasur ada kertas, plastik, botol-botol, mainan lama favoritnya (misalnya si Bunga, buku Bunny) dan mainan itu. Gadia dengan penuh semangat merangkak menggapai kertas terus dia main. Plastik bekas bungkus apapun, dia juga raih dengan tak kalah semangat. Dan, pilihan terakhirnya adalah si stacker. Ternyata, mainan-mainan mahal kalah dengan kertas, plastik dan botol. Baru agak lama Gadia mau main dengan mainan-mainan itu, tapi tetep enggak favorit. Yang bisa membuat dia rela merangkak atau dititah jauh-jauh adalah: botol minyak telon Konicare, Rexona yangkung, White Musk mama, Antis botol kecil, setelah antis habis ganti Nuvo (anti bacterial gel juga) sedang, kotak susu Ultra mama, Breathy, Transpulmin, dll. Selain itu juga botol-botol Baby Bath dan Hair Lotion Zwitsal miliknya sendiri. Tapi sejauh ini sih juara pertamanya Rexona hijau botol lama (yang bulet tutupnya) milik yangkung. Bisa dipegangin terus gak lepas-lepas. Dihisap, dioper dari tangan kiri-kanan-kiri lagi, dilihatin, dibawa berguling-guling. Gadia… gadia…
*Mama baru baca Einstein Never Used Flash Cards. Katanya sih emang mainan-mainan yang ngaku “edukatif” atau apapun yang mahal-mahal masih kalah dibanding kesempatan main dengan alam nyata yang normal dalam menstimulasi otak anak. Wah, mama udah tau duluan tuh, belajar dari Gadia.
3 Desember 2006
Di Singapura, entah kenapa Fisher Price ngetop banget. Dan tampaknya, orang-orang terutama ibu-ibu amat gandrung dengan FP. Kalau sale FP, toko bisa penuh dan rusuh. Di Yahoo Auction (tempat belanja favorit mama:D), FP juga jadi bintang. Mama juga bisa browsing2 lama banget di website FP untuk lihat mainan2 apa yang bagus untuk Gadia, terus cari apa mainan itu ada di Yahoo Auction. Mainan FP pertama Gadia adalah kado dari Tante Shwita dan Om Budi, Color Click Camera. Terus mama beliin kado ulang bulan Gadia yang ke-5 di Kiddy Palace berupa Storybook Rhymes. Jadi mainannya berupa buku dari bahan fibre yang tiap dibuka halamannya akan memperdengarkan lagu-lagu nursery rhymes seperti Hickory Dickory atau Pat-A-Cake. Hadiah dari tante Puti, si Elmo juga dari FP. Sebelum Gadia masuk RS, mama udah ngincer mainan-mainan yang kira-kira sesuai sama periode tumbuh kembang Gadia saat itu. Akhirnya mama jadi winner auction mainan “Touch n Crawl” berupa bola besar dengan kaki-kaki berupa bola kecil yang bisa bergerak sendiri kalau disentuh. Katanya sih bisa merangsang bayi untuk merangkak. Gadia waktu itu lagi hobi untuk coba merangkak di lantai. Habis beli itu, mama tergoda untuk beli “Classical Stacker”. Ini sih mainan klasik gelang-gelang warna-warni berbeda ukuran yang dimasukin ke stacker, tapi pake musik dan lampu.
Karena waktu itu Gadia masuk RS selama 7 hari, baru pas pulang ke rumah mama ada waktu untuk menindaklanjuti „kemenangan2“ bid mama. Sekitar satu mingguan, berhasil deh 2 mainan baru itu sampe di tangan kita. Wuih, mama girang banget:D. (Dan papa bete banget, hu boros katanya). Tapi apa reaksi buah hati kita si Agadia Aisha Wicaksono? Doi hanya melihat si bola besar sejenak, terus memalingkan mukanya ke arah lain. Ke benda lain yang lebih menarik. Ha? Mama jadi malu… kalau beliin mainan hanya karena mamanya suka. Anaknya belum tentu. Begitu juga dengan classical stacker. Di kasur ada kertas, plastik, botol-botol, mainan lama favoritnya (misalnya si Bunga, buku Bunny) dan mainan itu. Gadia dengan penuh semangat merangkak menggapai kertas terus dia main. Plastik bekas bungkus apapun, dia juga raih dengan tak kalah semangat. Dan, pilihan terakhirnya adalah si stacker. Ternyata, mainan-mainan mahal kalah dengan kertas, plastik dan botol. Baru agak lama Gadia mau main dengan mainan-mainan itu, tapi tetep enggak favorit. Yang bisa membuat dia rela merangkak atau dititah jauh-jauh adalah: botol minyak telon Konicare, Rexona yangkung, White Musk mama, Antis botol kecil, setelah antis habis ganti Nuvo (anti bacterial gel juga) sedang, kotak susu Ultra mama, Breathy, Transpulmin, dll. Selain itu juga botol-botol Baby Bath dan Hair Lotion Zwitsal miliknya sendiri. Tapi sejauh ini sih juara pertamanya Rexona hijau botol lama (yang bulet tutupnya) milik yangkung. Bisa dipegangin terus gak lepas-lepas. Dihisap, dioper dari tangan kiri-kanan-kiri lagi, dilihatin, dibawa berguling-guling. Gadia… gadia…
*Mama baru baca Einstein Never Used Flash Cards. Katanya sih emang mainan-mainan yang ngaku “edukatif” atau apapun yang mahal-mahal masih kalah dibanding kesempatan main dengan alam nyata yang normal dalam menstimulasi otak anak. Wah, mama udah tau duluan tuh, belajar dari Gadia.
3 Desember 2006
LUCU: Ketawa Terkekeh
Ketawa Terkekeh-kekeh dengan suara imutnya
Banyak hal yang bisa bikin Gadia senyum atau ketawa. Tapi dari semua hal itu, ada beberapa yang bisa bikin dia ketawa terkekeh dengan suara yang menggemaskan. Ini diantaranya:
> Lihat foto papa jadul
Gadia ketawa bunyi pertama waktu umur 2,5-3 bulanan. Kalau nggak salah waktu itu dia lagi di Cinere, lihat foto jaman baheulanya Papa dan Om Adi berdua pake jas dan bergaya jadul abis. Papa masih kurus sampe bibirnya tampak tebal sekali (hihihi) dan Om Adi masih lebat rambutnya:D. Saat itu, setiap lihat foto itu Gadia pasti ketawa geli. Kita pun yang melihatnya jadi ketawa juga.
>Lihat oma joget
Gadia bisa tertawa geli terkekeh-kekeh berulang melihat Oma Abink yang kalau joget gayanya seribu satu dah. Mungkin bentuk apresiasi Gadia pada Oma yang amat berdedikasi kalau joget. Pernah saking hebohnya, oma sampe tersengal-sengal dan terpaksa minta break untuk minum, padahal Gadia lagi berteriak, „More, more!“ dengan menghentak-hentakkan kakinya ke tempat tidur minta pertunjukkan dilanjutkan.
> Cikibum
Di Parc Oasis, Gadia paling seneng main ciluk ba. Pasti dia ketawa sampe kegelian. Kadang-kadang pake soundtrack cikibum. „Cikicikibumbum,“ mama ngumpetin muka di kasur, lanjut, „Alalabumbum,“ mama nongolin muka ke deket muka Gadia. Kadang-kadang Gadia bisa lebih heboh ketawanya kalau rambut mama sengaja digerai dan disentuhkan ke muka Gadia.
>Hak…hak…
Hal-hal yang nggak sengaja dilakukan mama tanpa bermaksud melucu ternyata malah bisa bikin Gadia „ngakak“. Misalnya waktu lagi makan (waktu itu makan pisang, hari Selasa sebelum besoknya Gadia masuk RS). Makanya malamnya mama gak ada firasat apa2 karena Gadia masih ketawa ngakak saat makan. Jadi begini ceritanya: Gadia disuapin pisang mau sih mau, tapi harus dicampur air. Mulutnya dibuka tapi dengan malas-malasan. Mama gemes karena nyuapinnya jadi lama. Mama gemes. „Gini dong makannya, Gad, hak, hak!“ ujar mama sambil membuka mulut lebar-lebar dan pura-pura menggigit dan menelan sesuatu dengan penuh nafsu. Eh, Gadia malah ketawa ngakak. Setiap suap mama jadi bilang gitu dan sebelum sendok masuk, Gadia ketawa dulu.
>Hngh…
Atau pernah juga mama dan Gadia lagi main di kasur. Ini kejadiannya di Clementi. Mama lihat ada upil menggantung di hidung Gadia. Mama gemes pengen ambil tapi takut melukai Gadia. Mama coba pencet dari luar, eh tu upil masih nakal dan kekeuh gak mau keluar. Mama bilang deh ke Gadia, “Gad, bisa nggak begini Gad, hngh, gitu Gad. Hngh.” Mama sambil nyingsring alias nose blowing. Eh, Gadia malah ketawa terkekeh-kekeh dan girang banget setiap mama bilang “hngh!”. Mama jadi seneng juga dan terus ngulang-ngulang sampe Gadia bosan, hehehe.
>Fluh, Gadia, fluh
Ceritanya waktu itu di Cinere. Mama lagi buka account statement BII-nya papa. Amplopnya mama tegeletakin gitu aja di kursi atau meja. Mama baca isi suratnya sambil pegangin Gadia yang duduk di sofa. Begitu mama selesai baca, mama lihat Gadia lagi mengunyah amplop dengan nikmatnya. Amplop udah sobek-sobek bekas gigitan. Mama panik dan suruh Gadia buka mulut. Pas lidah terlihat, sobekan kertas juga tak tampak. Mama makin panik dan sedikit berteriak, “Fluh, Gadia, fluh!” Maksudnya supaya Gadia memuntahkan kertas yang udah dia makan. Bukannya nurut, Gadia malah ketawa kenceng. Mama yang lagi panik kaget. Udah gitu Gadia makin jahil ketawanya, “hehehehehehe…”, begitu kira-kira. Mama ulang-ulang lagi, “Fluh, Gadia, fluh!”. Terus direspon dengan ketawa oleh Gadia. Akhirnya mama masukin jari ke mulut Gadia dan ketemu deh “bubur kertas” dibalik gigi atas Gadia… Fuih, mama lega. Habis itu sih Gadia sering masukin kertas, tisu dan sejenisnya ke mulut… Biasanya mama selalu berhasil menemukan bubur kertas dalam mulutnya. Tapi pernah bubur koran nggak ketemu:D.
>Cium-cium seluruh tubuh
Nah, yang ini mungkin rada standar. Artinya tiap bayi pasti suka diciumin seluruh tubuhnya. Wuiiih asik deh kalau udah main begini. Mama seneng banget bisa cium2, Gadia tertawa-tawa kegelian… Pokoknya nggak bosan-bosan. Tapi kadang capek juga hehe…
3 Desember 2006
Banyak hal yang bisa bikin Gadia senyum atau ketawa. Tapi dari semua hal itu, ada beberapa yang bisa bikin dia ketawa terkekeh dengan suara yang menggemaskan. Ini diantaranya:
> Lihat foto papa jadul
Gadia ketawa bunyi pertama waktu umur 2,5-3 bulanan. Kalau nggak salah waktu itu dia lagi di Cinere, lihat foto jaman baheulanya Papa dan Om Adi berdua pake jas dan bergaya jadul abis. Papa masih kurus sampe bibirnya tampak tebal sekali (hihihi) dan Om Adi masih lebat rambutnya:D. Saat itu, setiap lihat foto itu Gadia pasti ketawa geli. Kita pun yang melihatnya jadi ketawa juga.
>Lihat oma joget
Gadia bisa tertawa geli terkekeh-kekeh berulang melihat Oma Abink yang kalau joget gayanya seribu satu dah. Mungkin bentuk apresiasi Gadia pada Oma yang amat berdedikasi kalau joget. Pernah saking hebohnya, oma sampe tersengal-sengal dan terpaksa minta break untuk minum, padahal Gadia lagi berteriak, „More, more!“ dengan menghentak-hentakkan kakinya ke tempat tidur minta pertunjukkan dilanjutkan.
> Cikibum
Di Parc Oasis, Gadia paling seneng main ciluk ba. Pasti dia ketawa sampe kegelian. Kadang-kadang pake soundtrack cikibum. „Cikicikibumbum,“ mama ngumpetin muka di kasur, lanjut, „Alalabumbum,“ mama nongolin muka ke deket muka Gadia. Kadang-kadang Gadia bisa lebih heboh ketawanya kalau rambut mama sengaja digerai dan disentuhkan ke muka Gadia.
>Hak…hak…
Hal-hal yang nggak sengaja dilakukan mama tanpa bermaksud melucu ternyata malah bisa bikin Gadia „ngakak“. Misalnya waktu lagi makan (waktu itu makan pisang, hari Selasa sebelum besoknya Gadia masuk RS). Makanya malamnya mama gak ada firasat apa2 karena Gadia masih ketawa ngakak saat makan. Jadi begini ceritanya: Gadia disuapin pisang mau sih mau, tapi harus dicampur air. Mulutnya dibuka tapi dengan malas-malasan. Mama gemes karena nyuapinnya jadi lama. Mama gemes. „Gini dong makannya, Gad, hak, hak!“ ujar mama sambil membuka mulut lebar-lebar dan pura-pura menggigit dan menelan sesuatu dengan penuh nafsu. Eh, Gadia malah ketawa ngakak. Setiap suap mama jadi bilang gitu dan sebelum sendok masuk, Gadia ketawa dulu.
>Hngh…
Atau pernah juga mama dan Gadia lagi main di kasur. Ini kejadiannya di Clementi. Mama lihat ada upil menggantung di hidung Gadia. Mama gemes pengen ambil tapi takut melukai Gadia. Mama coba pencet dari luar, eh tu upil masih nakal dan kekeuh gak mau keluar. Mama bilang deh ke Gadia, “Gad, bisa nggak begini Gad, hngh, gitu Gad. Hngh.” Mama sambil nyingsring alias nose blowing. Eh, Gadia malah ketawa terkekeh-kekeh dan girang banget setiap mama bilang “hngh!”. Mama jadi seneng juga dan terus ngulang-ngulang sampe Gadia bosan, hehehe.
>Fluh, Gadia, fluh
Ceritanya waktu itu di Cinere. Mama lagi buka account statement BII-nya papa. Amplopnya mama tegeletakin gitu aja di kursi atau meja. Mama baca isi suratnya sambil pegangin Gadia yang duduk di sofa. Begitu mama selesai baca, mama lihat Gadia lagi mengunyah amplop dengan nikmatnya. Amplop udah sobek-sobek bekas gigitan. Mama panik dan suruh Gadia buka mulut. Pas lidah terlihat, sobekan kertas juga tak tampak. Mama makin panik dan sedikit berteriak, “Fluh, Gadia, fluh!” Maksudnya supaya Gadia memuntahkan kertas yang udah dia makan. Bukannya nurut, Gadia malah ketawa kenceng. Mama yang lagi panik kaget. Udah gitu Gadia makin jahil ketawanya, “hehehehehehe…”, begitu kira-kira. Mama ulang-ulang lagi, “Fluh, Gadia, fluh!”. Terus direspon dengan ketawa oleh Gadia. Akhirnya mama masukin jari ke mulut Gadia dan ketemu deh “bubur kertas” dibalik gigi atas Gadia… Fuih, mama lega. Habis itu sih Gadia sering masukin kertas, tisu dan sejenisnya ke mulut… Biasanya mama selalu berhasil menemukan bubur kertas dalam mulutnya. Tapi pernah bubur koran nggak ketemu:D.
>Cium-cium seluruh tubuh
Nah, yang ini mungkin rada standar. Artinya tiap bayi pasti suka diciumin seluruh tubuhnya. Wuiiih asik deh kalau udah main begini. Mama seneng banget bisa cium2, Gadia tertawa-tawa kegelian… Pokoknya nggak bosan-bosan. Tapi kadang capek juga hehe…
3 Desember 2006
LUCU: Ketawa Heboh
Ketawa Heboh
Waktu Gadia sekitar 2-4 bulan masih tinggal di Cimanggis, setiap digendong di kamar, dia suka melihat ke arah kaca. Saat itu kita (mama atau opung) akan bilang, „Cantiknya…“. Terus Gadia bakalan senyum lebar kegirangan dan kegeeran. Lama-lama, kalau lihat jam Majesty dengan gambar kucing dua dimensi di dalam, dia bakal ketawa keras dan squeal in delight sambil kakinya digerak-gerakkan seolah ada sesuatu yang lucuuu banget sampai dia geli. Kata opungnya sih… Gadia melihat „teman“nya. Kalau Gadia lagi nangis, terus kita lihatin jam kucing itu, maka Gadia bisa mendadak kalem.
3 Desember 2006
Waktu Gadia sekitar 2-4 bulan masih tinggal di Cimanggis, setiap digendong di kamar, dia suka melihat ke arah kaca. Saat itu kita (mama atau opung) akan bilang, „Cantiknya…“. Terus Gadia bakalan senyum lebar kegirangan dan kegeeran. Lama-lama, kalau lihat jam Majesty dengan gambar kucing dua dimensi di dalam, dia bakal ketawa keras dan squeal in delight sambil kakinya digerak-gerakkan seolah ada sesuatu yang lucuuu banget sampai dia geli. Kata opungnya sih… Gadia melihat „teman“nya. Kalau Gadia lagi nangis, terus kita lihatin jam kucing itu, maka Gadia bisa mendadak kalem.
3 Desember 2006
SENANG: Joget
Joget
Dulu, waktu Gadia 2-4 bulan, masih tinggal di Cimanggis, Gadia demen banget liat mama joget, terus nanti dia ikut gerak-gerakin kakinya. Kadang2 pake cd klasik atau disko atau jazz. Kadang2 mama nyanyi2 aja sendiri. Mama joget heboh sambil nyanyi, “oow oow oow oow, daradamdamdamdam…” Terus Gadia yang berbaring di atas tempat tidur (waktu itu belum bisa lincah gulang-guling) akan ketawa2 kegirangan sambil gerak-gerakin kakinya seolah mengikuti irama.
Oma abink juga nggak kalah deh. Setiap dateng, doi bakal joget menghibur tuan putri. Lagu2nya kadang amit-amit, lagu India atau dangdut. Juga lagu2 ciptaannya sendiri seperti: truttut tut tut tut trut truttut tut tut tut… dengarlah Gadia… Itu soundtrack kalau Gadia lagi pupup. (Dulu kan waktu mimik ASI-nya 2 jam sekali pupnya juga sering banget udah gitu pake ada pupup face segala lagi).
Papa lain lagi, kalau udah heboh joget, dia suka kehabisan ide mau nyanyi apa. Ujung-ujungnya dia bakal nyanyi lagu itu-itu lagi: “Dua lima jigo, dua lima jigo, jadi seratus. Pak Haji disko, Pak Haji disko, kolornya putus.”
30 November 2006
Dulu, waktu Gadia 2-4 bulan, masih tinggal di Cimanggis, Gadia demen banget liat mama joget, terus nanti dia ikut gerak-gerakin kakinya. Kadang2 pake cd klasik atau disko atau jazz. Kadang2 mama nyanyi2 aja sendiri. Mama joget heboh sambil nyanyi, “oow oow oow oow, daradamdamdamdam…” Terus Gadia yang berbaring di atas tempat tidur (waktu itu belum bisa lincah gulang-guling) akan ketawa2 kegirangan sambil gerak-gerakin kakinya seolah mengikuti irama.
Oma abink juga nggak kalah deh. Setiap dateng, doi bakal joget menghibur tuan putri. Lagu2nya kadang amit-amit, lagu India atau dangdut. Juga lagu2 ciptaannya sendiri seperti: truttut tut tut tut trut truttut tut tut tut… dengarlah Gadia… Itu soundtrack kalau Gadia lagi pupup. (Dulu kan waktu mimik ASI-nya 2 jam sekali pupnya juga sering banget udah gitu pake ada pupup face segala lagi).
Papa lain lagi, kalau udah heboh joget, dia suka kehabisan ide mau nyanyi apa. Ujung-ujungnya dia bakal nyanyi lagu itu-itu lagi: “Dua lima jigo, dua lima jigo, jadi seratus. Pak Haji disko, Pak Haji disko, kolornya putus.”
30 November 2006
SEDIH: Her heart is very powerful
Her heart is very powerful
Waktu mama hamil Gadia di Singapura, mama pergi kontrol ke Dr. Mahesh Choolani di Women Clinic NUH. Di salah satu check up, Dr. Mahesh meletakkan alat ke perut mama terus kedengeran suara kenceng banget. Mama tanya, “What’s that sound?” Kata Dr. Mahesh, “Her heart. It is very powerful.” Waktu Gadia didiagnosis Myocarditis dan Dilated Cardiomyopathy sehingga otot jantungnya lemah, kata-kata Dr. Mahesh terngiang-ngiang di telinga mama… Her heart is very powerful…
30 November 2006
Waktu mama hamil Gadia di Singapura, mama pergi kontrol ke Dr. Mahesh Choolani di Women Clinic NUH. Di salah satu check up, Dr. Mahesh meletakkan alat ke perut mama terus kedengeran suara kenceng banget. Mama tanya, “What’s that sound?” Kata Dr. Mahesh, “Her heart. It is very powerful.” Waktu Gadia didiagnosis Myocarditis dan Dilated Cardiomyopathy sehingga otot jantungnya lemah, kata-kata Dr. Mahesh terngiang-ngiang di telinga mama… Her heart is very powerful…
30 November 2006
SEDIH: Jaket dari Opso
Jaket dari Opso
Sebelum kita pergi ke Singapura, opso dan mama Walesa sempat datang tengok Gadia di Cimanggis. Mereka membawa oleh2 baju oranye satu setel, baju hijau gambar jerapah dan jaket tebal berwarna pink. Saat ngepak, mama masukkan satu persatu baju-baju itu, mama sempat berkata dalam hati, “Ih, jaket setebal ini kapan mau dipakenya di Singapur. Kan panas banget. Di pesawat aja paling bakal pake jaket putih I love my mommy dari Opung”. Eh ternyata… sedihhhh banget deh. Waktu Gadia terpaksa dirawat di ICU Jumat-Minggu (6-8 Oktober 2006), Gadia cuma dipakein piyama rumah sakit yang tipis dan kegedean (karena nggak ada ukuran yang pas buat Gadia saking kurusnya). Sementara suhu ruangan harus sekitar 22-23 derajat celcius. Kita aja yang nungguin udah pake jaket tebal, kaus kaki masih menggigil dan bolak-balik pipis. Akhirnya mama pakein jaket tebal pink dari opso. Saat itu mama sedih sekali, inget waktu ngepak enggak pernah nyangka kalau Gadia akan pake juga jaket itu.
30 November 2006
Sebelum kita pergi ke Singapura, opso dan mama Walesa sempat datang tengok Gadia di Cimanggis. Mereka membawa oleh2 baju oranye satu setel, baju hijau gambar jerapah dan jaket tebal berwarna pink. Saat ngepak, mama masukkan satu persatu baju-baju itu, mama sempat berkata dalam hati, “Ih, jaket setebal ini kapan mau dipakenya di Singapur. Kan panas banget. Di pesawat aja paling bakal pake jaket putih I love my mommy dari Opung”. Eh ternyata… sedihhhh banget deh. Waktu Gadia terpaksa dirawat di ICU Jumat-Minggu (6-8 Oktober 2006), Gadia cuma dipakein piyama rumah sakit yang tipis dan kegedean (karena nggak ada ukuran yang pas buat Gadia saking kurusnya). Sementara suhu ruangan harus sekitar 22-23 derajat celcius. Kita aja yang nungguin udah pake jaket tebal, kaus kaki masih menggigil dan bolak-balik pipis. Akhirnya mama pakein jaket tebal pink dari opso. Saat itu mama sedih sekali, inget waktu ngepak enggak pernah nyangka kalau Gadia akan pake juga jaket itu.
30 November 2006
SEDIH: Penyesalan Mama
Penyesalan Mama
Waktu Gadia udah sakit (tapi sebelum ke dokter), Gadia guling2 nyamperin mama untuk minta mimik. Padahal Gadia udah lemes banget. Mama tadinya cuek. Karena Gadia udah sampe mama, baru mama kasih mimik. Aduuuh nggak kebayang malunya mama, jahatnya mama, mama malah tidur. Memang semalaman kebangun terus menerus karena Gadia rewel banget. Padahal saat itu Gadia udah sakit kena infeksi virus di jantung, tapi mama belum tahu.
Waktu Gadia udah sakit (masih di rumah), Gadia nangis minta digendong, mama masih sibuk mengerjakan yang lain. Terus tiba2 Gadia melihat mama dengan tatapan mata yang lain dari biasanya. Gadia seolah2 bilang:”…censored” hanya mama yang boleh tau. Mama langsung mau nangis dan bergegas gendong Gadia.
Waktu Gadia rewel nggak bisa tidur di flat baru kita di Clementi (pas papa pergi ke Indonesia), mama malah kesel dan nangis. Lihat mama nangis, Gadia terus peluk dan cium mama. (Waktu itu Gadia berumur sekitar 5 bulan!).
Waktu kita baru pindah ke Clementi, papa malah pergi jemput temennya, mama dan Gadia kepanasan habis2an di rumah baru (waktu itu belum ada AC-nya). Gadia nangis nggak berhenti-berhenti. Mama nggak sabar lalu nelepon papa dan malah marah2 di deket Gadia.
Waktu mama masak dan makan di dapur, tinggalin Gadia bobo sendiri di tempat tidur (sebelum kasur dipindah ke bawah). Mama udah curiga kenapa Gadia nggak nangis. Mama baru datang ke kamar setelah dengar bunyi, “bletak!”. Gadia sudah jatuh ke lantai.
Waktu mama ajak Gadia pergi malam2 ke Suntec untuk ketemu teman-teman mama. Kita nongkrong sampe restoran tutup. Udah gitu malah ikutan jalan kaki sambil ngobrol dan baru nyegat taxi di Swissotel. Itu Jumat malam.
Waktu mama memutuskan menerima tawaran papa untuk ikut buka puasa bareng sama dosennya di Samar Café. Gadia jadi pergi sampe malam lagi. Itu Minggu malam. Sampe rumah Gadia panas dan nafasnya cepat sekali. Saat tidur perutnya turun naik seperti gelombang dengan sangat cepat. (Ternyata belakangan kita baru tahu kalau jantungnya sudah terganggu).
Waktu Gadia sebenernya sudah sakit tapi kita belum tahu, mama dan papa malah tidur di kamar lain, membiarkan Gadia bobo sendiri. Alasannya takut ganggu Gadia biar nyenyak bobonya. Padahal harusnya Gadia butuh perhatian lebih saat sakit. Kita seneng waktu Gadia nggak banyak bangun, padahal Gadia saat itu terlalu lemes untuk nangis kenceng.
Mama berkali-kali marah waktu Gadia nggak mau makan. Padahal tenggorokan Gadia sakit. Mama belum tau.
Dan masih banyak lagi dosa-dosa mama lainnya terutama yang mama terlalu malu untuk tuliskan di sini. Maafkan mamamu ya, Nak…
30 November 2006
Waktu Gadia udah sakit (tapi sebelum ke dokter), Gadia guling2 nyamperin mama untuk minta mimik. Padahal Gadia udah lemes banget. Mama tadinya cuek. Karena Gadia udah sampe mama, baru mama kasih mimik. Aduuuh nggak kebayang malunya mama, jahatnya mama, mama malah tidur. Memang semalaman kebangun terus menerus karena Gadia rewel banget. Padahal saat itu Gadia udah sakit kena infeksi virus di jantung, tapi mama belum tahu.
Waktu Gadia udah sakit (masih di rumah), Gadia nangis minta digendong, mama masih sibuk mengerjakan yang lain. Terus tiba2 Gadia melihat mama dengan tatapan mata yang lain dari biasanya. Gadia seolah2 bilang:”…censored” hanya mama yang boleh tau. Mama langsung mau nangis dan bergegas gendong Gadia.
Waktu Gadia rewel nggak bisa tidur di flat baru kita di Clementi (pas papa pergi ke Indonesia), mama malah kesel dan nangis. Lihat mama nangis, Gadia terus peluk dan cium mama. (Waktu itu Gadia berumur sekitar 5 bulan!).
Waktu kita baru pindah ke Clementi, papa malah pergi jemput temennya, mama dan Gadia kepanasan habis2an di rumah baru (waktu itu belum ada AC-nya). Gadia nangis nggak berhenti-berhenti. Mama nggak sabar lalu nelepon papa dan malah marah2 di deket Gadia.
Waktu mama masak dan makan di dapur, tinggalin Gadia bobo sendiri di tempat tidur (sebelum kasur dipindah ke bawah). Mama udah curiga kenapa Gadia nggak nangis. Mama baru datang ke kamar setelah dengar bunyi, “bletak!”. Gadia sudah jatuh ke lantai.
Waktu mama ajak Gadia pergi malam2 ke Suntec untuk ketemu teman-teman mama. Kita nongkrong sampe restoran tutup. Udah gitu malah ikutan jalan kaki sambil ngobrol dan baru nyegat taxi di Swissotel. Itu Jumat malam.
Waktu mama memutuskan menerima tawaran papa untuk ikut buka puasa bareng sama dosennya di Samar Café. Gadia jadi pergi sampe malam lagi. Itu Minggu malam. Sampe rumah Gadia panas dan nafasnya cepat sekali. Saat tidur perutnya turun naik seperti gelombang dengan sangat cepat. (Ternyata belakangan kita baru tahu kalau jantungnya sudah terganggu).
Waktu Gadia sebenernya sudah sakit tapi kita belum tahu, mama dan papa malah tidur di kamar lain, membiarkan Gadia bobo sendiri. Alasannya takut ganggu Gadia biar nyenyak bobonya. Padahal harusnya Gadia butuh perhatian lebih saat sakit. Kita seneng waktu Gadia nggak banyak bangun, padahal Gadia saat itu terlalu lemes untuk nangis kenceng.
Mama berkali-kali marah waktu Gadia nggak mau makan. Padahal tenggorokan Gadia sakit. Mama belum tau.
Dan masih banyak lagi dosa-dosa mama lainnya terutama yang mama terlalu malu untuk tuliskan di sini. Maafkan mamamu ya, Nak…
30 November 2006
LUCU: Agresif part two
Agresif part two
Udah beberapa minggu ini, Gadia kita ajak untuk berobat alternatif dengan prana (energi alam). Hari Rabu kemarin (tgl 29) Gadia, mama dan Yangti datang. Kita nunggu pasien sebelumnya. Anak kecil juga, 18 bulan, namanya „mas“ Yoga. Eh… Gadia agresif lagi, nyamper2in minta dititah, mencolong botol susunya. Terus kayak caper banget berdiri2 di meja (show of force), babble2 terus: hewawawwa, babababba, papapapa… Anakku-anakku… Sukanya ama cowok… Normal sekali sih sebagai cewek:p.
30 November 2006
Udah beberapa minggu ini, Gadia kita ajak untuk berobat alternatif dengan prana (energi alam). Hari Rabu kemarin (tgl 29) Gadia, mama dan Yangti datang. Kita nunggu pasien sebelumnya. Anak kecil juga, 18 bulan, namanya „mas“ Yoga. Eh… Gadia agresif lagi, nyamper2in minta dititah, mencolong botol susunya. Terus kayak caper banget berdiri2 di meja (show of force), babble2 terus: hewawawwa, babababba, papapapa… Anakku-anakku… Sukanya ama cowok… Normal sekali sih sebagai cewek:p.
30 November 2006
LUCU: Gadia Agresif ke Mas Fadli:)
Gadia agresif sama mas Fadli
Selain ngefans sama om Adi, ternyata diam-diam Gadia agresif juga sama cowok loh. Jadi tetangga rumah Eyang di Cinere, ada yang punya anak namanya Fadli. Umurnya 12 bulan udah bisa jalan dikit-dikit. Kita sering ketemu beberapa kali waktu jalan pagi atau sore. Suatu sore, mbaknya Fadli ajak Fadli main ke teras rumah kita. Gadia pun mama bawa ke luar. Eh Gadia nyamperin “mas” Fadli berkali-kali (mama titah menurut kehendak langkahnya). Kalau udah deket, Gadia belai muka mas Fadli. Fadlinya ketakutan hihihi… Terus mama jauhin, eh dia minta dititah ke arah Fadli lagi. Dibelai lagi deh mukanya. Rambutnya mau ditarik juga, tapi kependekan jadi nggak dapet. Habis itu mereka sama-sama berdiri pegangan gentong yang ada di teras. Terus aja kayaknya Gadia enjoy. Karena Gadia belum mandi dan Fadli mau makan, kita berpisah deh. Pas mama bawa masuk, Gadia minta ke luar lagi. Fuiihhhh… napsu banget sih anak mama. Mama sampe bilang, “Ini bukan niru mamanya loh…” Habis itu kita ketemu lagi di suatu sore, Gadia mama berdiriin di strollernya Fadli, eh Gadia belai-belai lagi. Ck ck ck…
Lucunya, sehari sesudah sore itu, pagi-pagi ada anteran klappertart. Kata mbak Sul dari bu Ema. Wah itu kan ibunya Fadli. Kata Yangti, “Wah, jangan-jangan mau ajak besanan nih.” Mama bilang, „Gadia nanti jangan2 ada jampe2 nya nih…“ Hihihi ge-er aja ya orangtua-orangtua ini.
30 November 2006
Selain ngefans sama om Adi, ternyata diam-diam Gadia agresif juga sama cowok loh. Jadi tetangga rumah Eyang di Cinere, ada yang punya anak namanya Fadli. Umurnya 12 bulan udah bisa jalan dikit-dikit. Kita sering ketemu beberapa kali waktu jalan pagi atau sore. Suatu sore, mbaknya Fadli ajak Fadli main ke teras rumah kita. Gadia pun mama bawa ke luar. Eh Gadia nyamperin “mas” Fadli berkali-kali (mama titah menurut kehendak langkahnya). Kalau udah deket, Gadia belai muka mas Fadli. Fadlinya ketakutan hihihi… Terus mama jauhin, eh dia minta dititah ke arah Fadli lagi. Dibelai lagi deh mukanya. Rambutnya mau ditarik juga, tapi kependekan jadi nggak dapet. Habis itu mereka sama-sama berdiri pegangan gentong yang ada di teras. Terus aja kayaknya Gadia enjoy. Karena Gadia belum mandi dan Fadli mau makan, kita berpisah deh. Pas mama bawa masuk, Gadia minta ke luar lagi. Fuiihhhh… napsu banget sih anak mama. Mama sampe bilang, “Ini bukan niru mamanya loh…” Habis itu kita ketemu lagi di suatu sore, Gadia mama berdiriin di strollernya Fadli, eh Gadia belai-belai lagi. Ck ck ck…
Lucunya, sehari sesudah sore itu, pagi-pagi ada anteran klappertart. Kata mbak Sul dari bu Ema. Wah itu kan ibunya Fadli. Kata Yangti, “Wah, jangan-jangan mau ajak besanan nih.” Mama bilang, „Gadia nanti jangan2 ada jampe2 nya nih…“ Hihihi ge-er aja ya orangtua-orangtua ini.
30 November 2006
Gadia, Si Baik Hati
Gadia, si baik hati
Gadia namanya. Tapi opungnya tadinya berniat kasih dia nama: Akhlaqul Karimah, maunya dipanggil Ima. Artinya akhlak mulia. Walaupun ditolak ama emak dan bapaknya, kadang-kadang opung masih suka panggil dia dengan Akhlaqul Karimah. Walau gak jadi pake nama itu, sang bayi Gadia sering menunjukkan kebaikan hatinya. Pemaaf, itu nomor satu. Betapapun mama berbuat kesalahan-kesalahan, salah pakein baju-lah, gak bener pegang Gadia waktu mandi sampe Gadia kepleset-lah, ninggalin Gadia di tempat tidur sampe Gadia jatoh-lah, kesel waktu Gadia rewel nggak bisa tidur, dan lain-lain. Namun Gadia tetap memaafkan mama dan menerima mama apa adanya. Bahkan pernah suatu hari, mama sampai nangis karena kecapean dan kesel pas Gadia rewel sampe jam 10 malem gak bisa tidur (waktu ditinggal papa ke Indonesia), eh Gadia malah memeluk dan mencium pipi mama. Sampe mama kaget dan nangis lebih keras lagi. Karena malu… Gadia yang masih bayi perangainya jauuh lebih baik. Mama harus banyak belajar ke Gadia. Gadia juga memberi kita orangtuanya, a lot of second chances. Ketika kita gagal membaca emotional cues dia, misalnya capek malah diajak main, marah malah disuruh senyum. Pokoknya Gadia selalu memaafkan kebodohan2 kami sebagai orangtua dan Gadia nggak pernah dendam.
Salah satu cerita Gadia si baik hati juga pernah terjadi saat kita mau “pigi Joho” alias pergi ke Johor Bahru, Malaysia. Waktu itu kita baru sampai di Singapura, eh visa mama dan Gadia belum jadi. Jadi kita keluar untuk kedua kalinya dari Singapura, dan yang paling deket yah ke Johor. Waktu itu Sabtu atau Minggu lupa, mama malah beres2 rumah pagi2. Siang capek, jadi sore baru keluar. Jam 5 sore baru dari rumah. Sampai immigration checkpoint Johor, mulailah kita diresein sama petugas karena kita katanya terlalu sering ke Malaysia dan gak punya ijin tinggal di Singapura. Padahal mama udah punya principal approval dari MoM Singapura, tetep aja dipersulit ama tu petugas dan kita gak boleh masuk Malaysia. Hari makin gelap, udah hampir magrib, Gadia belum mimik dari jam 3 apa jam 4 sore. (Waktu itu Gadia masih 5 bln-an, masih ASI Eksklusif). Petugas menyuruh kita ke kantor menemui koleganya. Mama memaki si petugas yg bernama Neeza (bapak2 gendut berwajah tentu saja menyebalkan): “So inconsiderate. No consideration at all for my baby?” Terus tu orang diem aja. Mama nyambung:”Najis ni orang” sambil jalan menuju kantor. Di situ, di bawa lagi ke kantor operation di seberang. Eh di jalan ketemu orang lain yang nggak kalah menyebalkannya. Papa mama berdebat heboh dengan orang itu. Sampai lama, baru kita ke kantor operation. Sang boss yang kebetulan wanita Chinese tak berkomentar apa2 waktu dijelaskan, dalam hitungan detik paspor kita pun dicap tanda boleh masuk Malaysia. Kesel banget… bener kan orang2 melayu tadi cuma cari gara2 aja. (Later on we found out kalo mereka tuh minta duit. Di kunjungan berikutnya, Mama melihat dengan mata pepala sendiri kalau mereka mempersulit orang Indonesia, terus gak lama orang Indo tersebut nyelipin 20 dolaran di paspor, terus mereka lolos. Iiih najis banget pokoknya).
Gadia pun mimik di kantor auntie itu sebentar. Lepas dari sana, mama dan papa masih ngomel2, papa bahkan gak tahan untuk memaki2 si Neeza dengan kata2 kebun binatang (aduh maaf ya Gadia… jadi contoh jelek). Eh…mama dan papa masih panas, tiba2 kita terhenyak karena Gadia malah tertawa lebar hingga matanya ikut tertawa. Dia seolah2 bilang: “Mama, papa, sudahlah, aku aja baik2 aja kook… Nggak usah diributkan lagi. Let’s have some fun”.Uh… papa mama maluuu sekali karena Gadia aja sabar banget, walaupun dia pasti haus dan lapar. Kita pun habis itu makan dan belanja di Jusco Tebrau City.
Written on November 29, 2006
Gadia namanya. Tapi opungnya tadinya berniat kasih dia nama: Akhlaqul Karimah, maunya dipanggil Ima. Artinya akhlak mulia. Walaupun ditolak ama emak dan bapaknya, kadang-kadang opung masih suka panggil dia dengan Akhlaqul Karimah. Walau gak jadi pake nama itu, sang bayi Gadia sering menunjukkan kebaikan hatinya. Pemaaf, itu nomor satu. Betapapun mama berbuat kesalahan-kesalahan, salah pakein baju-lah, gak bener pegang Gadia waktu mandi sampe Gadia kepleset-lah, ninggalin Gadia di tempat tidur sampe Gadia jatoh-lah, kesel waktu Gadia rewel nggak bisa tidur, dan lain-lain. Namun Gadia tetap memaafkan mama dan menerima mama apa adanya. Bahkan pernah suatu hari, mama sampai nangis karena kecapean dan kesel pas Gadia rewel sampe jam 10 malem gak bisa tidur (waktu ditinggal papa ke Indonesia), eh Gadia malah memeluk dan mencium pipi mama. Sampe mama kaget dan nangis lebih keras lagi. Karena malu… Gadia yang masih bayi perangainya jauuh lebih baik. Mama harus banyak belajar ke Gadia. Gadia juga memberi kita orangtuanya, a lot of second chances. Ketika kita gagal membaca emotional cues dia, misalnya capek malah diajak main, marah malah disuruh senyum. Pokoknya Gadia selalu memaafkan kebodohan2 kami sebagai orangtua dan Gadia nggak pernah dendam.
Salah satu cerita Gadia si baik hati juga pernah terjadi saat kita mau “pigi Joho” alias pergi ke Johor Bahru, Malaysia. Waktu itu kita baru sampai di Singapura, eh visa mama dan Gadia belum jadi. Jadi kita keluar untuk kedua kalinya dari Singapura, dan yang paling deket yah ke Johor. Waktu itu Sabtu atau Minggu lupa, mama malah beres2 rumah pagi2. Siang capek, jadi sore baru keluar. Jam 5 sore baru dari rumah. Sampai immigration checkpoint Johor, mulailah kita diresein sama petugas karena kita katanya terlalu sering ke Malaysia dan gak punya ijin tinggal di Singapura. Padahal mama udah punya principal approval dari MoM Singapura, tetep aja dipersulit ama tu petugas dan kita gak boleh masuk Malaysia. Hari makin gelap, udah hampir magrib, Gadia belum mimik dari jam 3 apa jam 4 sore. (Waktu itu Gadia masih 5 bln-an, masih ASI Eksklusif). Petugas menyuruh kita ke kantor menemui koleganya. Mama memaki si petugas yg bernama Neeza (bapak2 gendut berwajah tentu saja menyebalkan): “So inconsiderate. No consideration at all for my baby?” Terus tu orang diem aja. Mama nyambung:”Najis ni orang” sambil jalan menuju kantor. Di situ, di bawa lagi ke kantor operation di seberang. Eh di jalan ketemu orang lain yang nggak kalah menyebalkannya. Papa mama berdebat heboh dengan orang itu. Sampai lama, baru kita ke kantor operation. Sang boss yang kebetulan wanita Chinese tak berkomentar apa2 waktu dijelaskan, dalam hitungan detik paspor kita pun dicap tanda boleh masuk Malaysia. Kesel banget… bener kan orang2 melayu tadi cuma cari gara2 aja. (Later on we found out kalo mereka tuh minta duit. Di kunjungan berikutnya, Mama melihat dengan mata pepala sendiri kalau mereka mempersulit orang Indonesia, terus gak lama orang Indo tersebut nyelipin 20 dolaran di paspor, terus mereka lolos. Iiih najis banget pokoknya).
Gadia pun mimik di kantor auntie itu sebentar. Lepas dari sana, mama dan papa masih ngomel2, papa bahkan gak tahan untuk memaki2 si Neeza dengan kata2 kebun binatang (aduh maaf ya Gadia… jadi contoh jelek). Eh…mama dan papa masih panas, tiba2 kita terhenyak karena Gadia malah tertawa lebar hingga matanya ikut tertawa. Dia seolah2 bilang: “Mama, papa, sudahlah, aku aja baik2 aja kook… Nggak usah diributkan lagi. Let’s have some fun”.Uh… papa mama maluuu sekali karena Gadia aja sabar banget, walaupun dia pasti haus dan lapar. Kita pun habis itu makan dan belanja di Jusco Tebrau City.
Written on November 29, 2006
Gadia, Idola MRT
Gadia, Idola MRT
Gadia, apalagi dulu jaman lagi montok-montoknya, selalu menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Makin kelihatan waktu di Singapura, karena kita makin sering keluar (belanja, makan, atau hang out) plus pake transportasi publik (MRT atau bis). "So cute, ah", “Hey, you’re so cute”, “Hello, baby!”, “Ooh, so cute, boy or girl?”, itu biasanya diucapkan orang-orang yang melihat Gadia. Atau mereka main2in muka ajak Gadia ketawa. Kadang-kadang di antrian kasir Fair Price, udah ada tante2 yang ajak Gadia main, atau antrian makan di Banquet. Tapi memang yang paling sering Gadia jadi idola di MRT.
Biasanya Gadia diangkat keluar dari strollernya, terus mulai deh matanya “jelalatan” mencari mangsa. Udah kita perhatiin, dia paling suka sama koko-koko baik yang masih kecil maupun abg atau usia mahasiswa. Orang yang jadi sasarannya akan dia liatin dengan pandangan manis, lama-lama seperti flirting. Kalau orang itu nengok ke arah Gadia, Gadia pun bakal tersenyum maniiis sekali. Orang yang diliatin, ada yang kalau gak biasa main ama anak kecil awalnya bakal cuek. Tapi, lama kelamaan, dia pasti nggak akan tahan, lalu nengok dan tersenyum balik ke Gadia. Bahkan dengan tergeer-geer. Kalau yang ramah, biasanya langsung balas senyum. Wuih, mendapat senyuman balik, Gadia akan ngajak “ngobrol” dengan matanya dan senyumannya. Yang beruntung bisa dapat squeal in delight!!!
Kebiasaan lain di MRT, Gadia sering ngeliatin orang-orang yang baca koran. Terus dia bakalan dengan seru ikutan “baca”. Dengan muka serius. Seolah-olah ngerti. Menariknya, koran-koran yang dia ikut baca itu semua berbahasa Mandarin. Komentar kita, “Oh, memang bahasanya Gadia.” Hehehe…
Written on November 29, 2006
Gadia, apalagi dulu jaman lagi montok-montoknya, selalu menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Makin kelihatan waktu di Singapura, karena kita makin sering keluar (belanja, makan, atau hang out) plus pake transportasi publik (MRT atau bis). "So cute, ah", “Hey, you’re so cute”, “Hello, baby!”, “Ooh, so cute, boy or girl?”, itu biasanya diucapkan orang-orang yang melihat Gadia. Atau mereka main2in muka ajak Gadia ketawa. Kadang-kadang di antrian kasir Fair Price, udah ada tante2 yang ajak Gadia main, atau antrian makan di Banquet. Tapi memang yang paling sering Gadia jadi idola di MRT.
Biasanya Gadia diangkat keluar dari strollernya, terus mulai deh matanya “jelalatan” mencari mangsa. Udah kita perhatiin, dia paling suka sama koko-koko baik yang masih kecil maupun abg atau usia mahasiswa. Orang yang jadi sasarannya akan dia liatin dengan pandangan manis, lama-lama seperti flirting. Kalau orang itu nengok ke arah Gadia, Gadia pun bakal tersenyum maniiis sekali. Orang yang diliatin, ada yang kalau gak biasa main ama anak kecil awalnya bakal cuek. Tapi, lama kelamaan, dia pasti nggak akan tahan, lalu nengok dan tersenyum balik ke Gadia. Bahkan dengan tergeer-geer. Kalau yang ramah, biasanya langsung balas senyum. Wuih, mendapat senyuman balik, Gadia akan ngajak “ngobrol” dengan matanya dan senyumannya. Yang beruntung bisa dapat squeal in delight!!!
Kebiasaan lain di MRT, Gadia sering ngeliatin orang-orang yang baca koran. Terus dia bakalan dengan seru ikutan “baca”. Dengan muka serius. Seolah-olah ngerti. Menariknya, koran-koran yang dia ikut baca itu semua berbahasa Mandarin. Komentar kita, “Oh, memang bahasanya Gadia.” Hehehe…
Written on November 29, 2006
Idola Gadia
Om Adi, idola Gadia
Waktu pulang lebaran dari Singapura Oktober lalu, mama udah perhatiin, kok Gadia kalau liatin om Adi beda yah pandangannya. Ada sorot kekaguman di matanya. Ceile. Kadang2 sampe gak berkedip. Terus suka liatin om Adi sampe om Adi nengok, baru Gadia lempar senyuman. Sebenernya perilaku ini mirip dengan yang dia suka terapkan ke koko2 di MRT. Sampe koko2 kegeeran diliatin makhluk cantik yang lucu itu. Yang paling jelas pernah di suatu pagi, Gadia duduk di highchair lagi disuapin mama. Om Adi di wastafel cuci muka, sikat gigi, cukur jenggot, dan lain-lain. Gadia memandang om Adi tanpa kedip, kepalanya miring 90 derajat ke kanan (ke arah wastafel). Ck ck ck… Sampe om Adi pergi hilang dari pandangan, dia tetep aja ngeliatin ke arah om Adi pergi. Waktu masih stranger anxiety ama semua orang (cuma mau digendong mama atau papa aja), eh dia mau digendong om Adi. Huh, dasar pemilih.
Akhir-akhir ini, lucu juga nih. Om Adi kalau pamit atau ajak dia ngomong, dia suka malu-malu, tersenyum2 simpul, sambil matanya mencari mata mama “nggosipin” “ngadu” “minta persetujuan” (social referencing). Hihihi… Terus dia menunduk tersipu malu habis menatap mata om Adi… Huala… Anakku genitnya…
Written on November 28, 2006
Waktu pulang lebaran dari Singapura Oktober lalu, mama udah perhatiin, kok Gadia kalau liatin om Adi beda yah pandangannya. Ada sorot kekaguman di matanya. Ceile. Kadang2 sampe gak berkedip. Terus suka liatin om Adi sampe om Adi nengok, baru Gadia lempar senyuman. Sebenernya perilaku ini mirip dengan yang dia suka terapkan ke koko2 di MRT. Sampe koko2 kegeeran diliatin makhluk cantik yang lucu itu. Yang paling jelas pernah di suatu pagi, Gadia duduk di highchair lagi disuapin mama. Om Adi di wastafel cuci muka, sikat gigi, cukur jenggot, dan lain-lain. Gadia memandang om Adi tanpa kedip, kepalanya miring 90 derajat ke kanan (ke arah wastafel). Ck ck ck… Sampe om Adi pergi hilang dari pandangan, dia tetep aja ngeliatin ke arah om Adi pergi. Waktu masih stranger anxiety ama semua orang (cuma mau digendong mama atau papa aja), eh dia mau digendong om Adi. Huh, dasar pemilih.
Akhir-akhir ini, lucu juga nih. Om Adi kalau pamit atau ajak dia ngomong, dia suka malu-malu, tersenyum2 simpul, sambil matanya mencari mata mama “nggosipin” “ngadu” “minta persetujuan” (social referencing). Hihihi… Terus dia menunduk tersipu malu habis menatap mata om Adi… Huala… Anakku genitnya…
Written on November 28, 2006
Kebiasaan Lucu Gadia
Kebiasaan-kebiasaan Gadia akhir-akhir ini
-RCTI Okeee
Dia suka mainin jempol kanannya seperti isyarat „jempolan“, „top“ atau „oke“. Pertama tangan dilambaikan, terus ditutup, ditarik lagi ke arah dirinya. Jari2 lain digenggam, jempol dikeluarkan dan dia liatin dengan seksama. Kita2 suka langsung berkomentar: RCTI Okeee…
Terus kadang2 (tapi jarang banget) dia isep tu jempol kanan. Tapi udah beberapa hari ini nggak kelihatan lagi. Bosen kali.
- Belai-belai foto papa
Gadia paling seneng kalau lagi di ruang tv dalam keadaan digendong, tangannya akan melambai-lambai, menunjuk foto papa waktu wisuda NIT di Hamburg yang lagi tersenyum manis. Kalau udah dideketin tangannya akan belai2 kepala papa, sambil mama bilang: „Sayang papa…“. Entar minta jauh, eh gak lama minta dibawa ke foto papa lagi. Sering banget. Tapi akhirnya kemaren (Senen) dia menemukan “seseorang” yang membuat hatinya berpaling. Pas mama deketin dia ke foto papa untuk belai-belai dia mengelak. Terus berkali-kali, hingga mama menangkap bahwa matanya bukanlah menatap papa, melainkan ke foto di atas foto papa alias foto Om Adi (waktu wisuda pake toga)… Oalah… memang Gadia kan ngefans sama oom Adi. Langsung mbak Sul, Yangti sama mama ngetawain dia. Hihihi… Gadia genit banget, ih.
- Tarik-tarik rambut mama
Awalnya sih Gadia emang suka narikin, jambakin rambut semua orang. Papa aja suka jadi korban. Nenek Jawiah (landlady kita) juga pernah merasakan rambutnya yang udah disanggul cantik2 untuk pergi kondangan jadi berantakan ditarik Gadia. Waktu dirawat di NUH, suster Filipino pernah ngakak pas masuk ke bed kita, dia liat Gad lagi mimik sambil mainin rambut mama. Lama2 bukan cuman pas mimik doang dia begitu. Lagi digendong pun rambut mama selalu dia pegang jadi “gandulan”. Kalau mama lagi tiduran di kasur, dia seneng ngejambakin rambut mama. Kalau mama lagi duduk, dia jadiin pegangan untuk bantu dia berdiri dari posisi duduk. Aaawww… semakin kita menjerit, akan semakin senang dia menarik rambut kita. Beberapa minggu ini, Gadia kalau udah ngantuk udah makan udah mimik tapi belum bisa bobo juga, dia akan ajak mama rebahan di sampingnya. Terus dengan “pertolongan” rambut mama, akhirnya dia terlelap juga. Kebiasaan ini mama perhatiin kayak security object, benda yang membuat bayi merasa nyaman. Makin terlihat kalau dia lagi stress, seperti kalau lagi dikejar2 untuk makan, narik rambut mama akan semakin menjadi-jadi. Waaah cepet botak nih mama nanti, Gad…
Written on November 28, 2006
-RCTI Okeee
Dia suka mainin jempol kanannya seperti isyarat „jempolan“, „top“ atau „oke“. Pertama tangan dilambaikan, terus ditutup, ditarik lagi ke arah dirinya. Jari2 lain digenggam, jempol dikeluarkan dan dia liatin dengan seksama. Kita2 suka langsung berkomentar: RCTI Okeee…
Terus kadang2 (tapi jarang banget) dia isep tu jempol kanan. Tapi udah beberapa hari ini nggak kelihatan lagi. Bosen kali.
- Belai-belai foto papa
Gadia paling seneng kalau lagi di ruang tv dalam keadaan digendong, tangannya akan melambai-lambai, menunjuk foto papa waktu wisuda NIT di Hamburg yang lagi tersenyum manis. Kalau udah dideketin tangannya akan belai2 kepala papa, sambil mama bilang: „Sayang papa…“. Entar minta jauh, eh gak lama minta dibawa ke foto papa lagi. Sering banget. Tapi akhirnya kemaren (Senen) dia menemukan “seseorang” yang membuat hatinya berpaling. Pas mama deketin dia ke foto papa untuk belai-belai dia mengelak. Terus berkali-kali, hingga mama menangkap bahwa matanya bukanlah menatap papa, melainkan ke foto di atas foto papa alias foto Om Adi (waktu wisuda pake toga)… Oalah… memang Gadia kan ngefans sama oom Adi. Langsung mbak Sul, Yangti sama mama ngetawain dia. Hihihi… Gadia genit banget, ih.
- Tarik-tarik rambut mama
Awalnya sih Gadia emang suka narikin, jambakin rambut semua orang. Papa aja suka jadi korban. Nenek Jawiah (landlady kita) juga pernah merasakan rambutnya yang udah disanggul cantik2 untuk pergi kondangan jadi berantakan ditarik Gadia. Waktu dirawat di NUH, suster Filipino pernah ngakak pas masuk ke bed kita, dia liat Gad lagi mimik sambil mainin rambut mama. Lama2 bukan cuman pas mimik doang dia begitu. Lagi digendong pun rambut mama selalu dia pegang jadi “gandulan”. Kalau mama lagi tiduran di kasur, dia seneng ngejambakin rambut mama. Kalau mama lagi duduk, dia jadiin pegangan untuk bantu dia berdiri dari posisi duduk. Aaawww… semakin kita menjerit, akan semakin senang dia menarik rambut kita. Beberapa minggu ini, Gadia kalau udah ngantuk udah makan udah mimik tapi belum bisa bobo juga, dia akan ajak mama rebahan di sampingnya. Terus dengan “pertolongan” rambut mama, akhirnya dia terlelap juga. Kebiasaan ini mama perhatiin kayak security object, benda yang membuat bayi merasa nyaman. Makin terlihat kalau dia lagi stress, seperti kalau lagi dikejar2 untuk makan, narik rambut mama akan semakin menjadi-jadi. Waaah cepet botak nih mama nanti, Gad…
Written on November 28, 2006
Tuesday, October 17, 2006
Sore itu
Hatiku teriris, tubuhku lemas. Kata dokter, fungsi jantung Agadia belum membaik. Bisa bbrp bulan lagi, bisa juga heart failure-nya permanen jd perlu long-life treatment atau perlu heart transplant. Oh buah hatiku:( Semoga Allah memberi kesembuhan padamu ya, nak...
Wednesday, September 27, 2006
SMS2 Mamagad-Papagad sebelum Gadia lahir Part 2
Perang SMS dilanjutkan ke tanggal 20 Februari 2006. Itu hari Senin. Mama kekeuh masih masuk kerja, walaupun hari Kamis udah dibikinin surat cuti sama dr. Ovy.
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 4:57 WIB
Mamgad hbs subuh. Mau ngaji dulu br bobo lg. Kmrn Gadia gerak2 dngr mamgad ngaji. Udah bbrp hr ngaji dlm ht krn suara hilang:D. Papgad met solat ya! Luvya!
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 5:59 GMT+8
Papagad br selesai witir. Lima menit lagi nunggu subuh. Gadia anak pinter, seneng dngr suara Mamagad ngaji walaupun suaranya beda serak2 basah. Luvya GadMamagad
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 5:29 WIB
Papa, Gadia td gak heboh geraknya pas ngaji. Tp pas mamam marie regal br Gadia joget2 seru gak berenti. Dasar turunan papamama doyan makan:p. Skrg Gadia nungging
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 19:38GMT+8
Papagad lagi di lobby Novotel nih nungguin Pak BS. Nyem2 mau makan enak:P. Ohya YangTriGad udh beliin antingGad lho kemarin. SMS atau telpon gih bilang makasih.
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 18:59WIB
Hihi si gungy asik mamam enak:p. Tita ga mau kalah mlm ini mau mamam soto daging andalan. Lmyn produktif hr ini jd cape. Target slesai kms/jmt. Met mamam gu!
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:21
Papgad gmn dinnernya? Ada musibah. Eternit dapur jebol rumah banjir dan plg parah kmr kt. Tas laptop gu and tas bersalin tita basah. Laptop kena dikit dah tita…
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:23
…lap. Tp tita gadia dah makan. Skrg kt terkapar dlm kmr. Pak pur ngepel dan maku eternit. Trnyt kebanjiran bnr2 ga enak. Tita mo nangis lht pa2. Stres brt pasti
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 23:49
Aduh kasiannya istri dan anakku. Mudah2an gpp ya. Jahat bgt sih ujannya sama anakistriku. Papagad br selesai dinner sama Pak BS%ibu disambung nongkrong ama BS di bizlounge smp tutup trus McD. Ky ngobrol ama tmn aja, soal BUMN, riset, kerjaan. Mlh mau ditawarin srh pgng persh yg mau dia dirikan di Sing!
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:45
Papa! Gadia lg denger musik klasik ama mama. Wuih seru. Gadia joget2 aja. Pak Pur udah pulang. Doain ga ujan mlm ini pa, biar ga jebol dan banjir lg. Luvya papa
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:55
Wuih! Papagad! Emang dbest abis. Kyknya stlh ISEAS dan PhD bkl mantap bgt tuh gu. Perfect deh gu sbg researcher dan practitioner. Gad+mamagad doa sll u tk papgad
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 23:58
Iya Gu jg crita ttg ISEAS (mlanggar janji ke P Aris:P) & dia support. Trs nanya gu msh bs nyambi gak trtm skrg. Kl SBM dia blg ok tp msh struggle. SGU gu ga crt
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 23:07
Agung siap2 ya. Kyknya air ketuban tita pecah. Soalnya lama bgt tita pipis ga selesai2. Gu transfer uang dong. Ntar tita kbri apa gu perlu ke sini atau blm.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 0:09
Aduh Papagad lagi di taxi dr HarbourFront pulang, ich habe den letzten Zug yg bisa nyambung ke Boon Lay verpasst. Nanti Papagad segera tlp ya smp rumah. Luvya
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:30
Gu kt mnj RS Cibubur skrg. Mau liat apa perlu nginep skrg atau bs plg dulu. Nanti dr RS Tita kbri apa gu hrs plg secepetnya. Ini hp mama. Hp too lobat
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:44
Gu transfer uang dong. Kein geld nih
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 0:41
Oiya skrg ya. Tlg ksh norek BII Papatoo sgr.
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:45
Ya gak ada. Ada di rumah. Gu ga ada catatannya? Bks transfer trkhr?
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 1:01
Aduh internetnya BII reseh lagi. Gu lg coba transfer pk Creditsuisse mudah2an bisa. Gimana sayang kondisinya? Msh keluar airnya? Sakit perutnya?
From: Opunggadia
Date: 21/2/06 0:16
Mas agung benar ini air ketuban. Mhn bsk datang ya.
From: Tita Mamagadia (hp udah berhasil discharge)
Date: 21/2/06 0:35
Gu tita dah bukaan 1. Pala gadia udah turun bgt. Cpt pulang ya papagad! Pswt plg pg ya! Subuh ga ada?
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 1:16
Ok sedang berusaha cari pesawat paling pagi. Udh berusaha transfer uang tp semuanya baru masuk besok. Nanti aku bawa cash. Sabar ya sayang.
From: Opunggadia
Date: 21/2/06 0:37
Mas agung adik dah pstp dirwat, dah pembukaan. Ma2 pesan km vip safir 3 lt.1
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 1:01
Aduh sayang. Paling pagi ttp 7.30 waktu sini, berarti 6.30 WIB. Papa stress brt muntah2, kuat ya yang. Kartu tlp abis lagi. Luvya. Tunggu Papa, Gadia.
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 0:45
Moga2 keburu ya yang. Gadia kan anak papagad. Tita bobo di kmr mlm ini ma gadia. 4 jam dr skrg akan diliat lg.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 1:50
Selamat bobo Gadia dan Mamagadia. Tungguin Papa ya sayang. Papa mau sholat dulu ya. Papa cinta kalian berdua. Cium dari Papa.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 4:05
Papagad udah di taxi mau ke Changi. Mudah2an segera dapet tiket ya. Agadia pinter kan mau nungguin Papa ya? Sabar ya nak, Papa datang jam 9an ya. Luvya sayangku
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 6:19
Jg kawatir papagad. Kt bidan plg cpt Gadia lahir sore kok. Liebe dich! Muah
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 2:43
Jangan diminum dulu rumput Fatimahnya tunggu aku datang. Lagi ngepak dan email org2 soal kerjaan yg hrs dihandle. Kira2 jam 3WIB dr rumah ke airport.
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 2:47
Paling pagi jam 7. Tapi aku kan msh hrs beli dulu . Yg buat Minggu mesti dicancel. Kalau jam 7.30 smp Cengkareng ada yg bisa jemput nggak?
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 5:48
Valuair 6.30WIB cancel, Garuda 6.30WIB full, jadi aku waiting list & disuruh dtg lg jam 6.00 WIB. Aku ke Terimnal 2 skrg, ngecek SQ yg jam 6.40 WIB mdh2an ada ya
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 6:08
SQ yg jam 06.40WIB ada tapi harganya 560SG$ one-way! Yg jam 07.55WIB masih 340SG$. Kalau GA yang 06.30WIB confirm msh 200SG$plus. Mau coba blk ke term2 cek GA lg.
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 8:32
Mama, Papa mandi keringat bolak2 terminal 1&2 kira2 3 kali. Papa td telanjur udah beli SQ utk 8.55 seharga 324$ one way:P. Tapi 1 year, bisa dipk lain kali, atau nanti jam 10.00. Sdgkan ternyata tiket Valuair Papa bs dipk jam 11.05 dgn tambah 79$. Mending Papa naik SQ or Valu? Satunya bs dismpn u/ later
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 7:37
Kl valu bs dipake kpn2 ga? Tita sih pgn agung cpt2 di sini.
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 8:41
Bisa juga dlm 1thn, asalkan Papgad ubahnya 24jam sblm jadwal berangkat asal (26Feb). Dan kl ubah ke flight yg harganya sama, tmbh Cuma 30$. Jd mending SQ 10.00?
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 7:46
Ya gu sq aja
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 9:39
Papagad udh boarding SQ156. Kira2 10.30 smp JKT. Bisbald luvya muah
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 13:??
Insya Allah jam 2.30 dioperasi caesar. Doakan semuanya lancar.
From: Papagadia! To all friends
Date: 21/2/06 15:58
Alhamdulillah, Agadia Aisha Wicaksono telah lahir meninju congkaknya dunia: Selasa 21 Februari 2006 pukul 15.16 WIB seberat 3,1 kg sepanjang 47 cm -Martha&Agung
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 4:57 WIB
Mamgad hbs subuh. Mau ngaji dulu br bobo lg. Kmrn Gadia gerak2 dngr mamgad ngaji. Udah bbrp hr ngaji dlm ht krn suara hilang:D. Papgad met solat ya! Luvya!
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 5:59 GMT+8
Papagad br selesai witir. Lima menit lagi nunggu subuh. Gadia anak pinter, seneng dngr suara Mamagad ngaji walaupun suaranya beda serak2 basah. Luvya GadMamagad
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 5:29 WIB
Papa, Gadia td gak heboh geraknya pas ngaji. Tp pas mamam marie regal br Gadia joget2 seru gak berenti. Dasar turunan papamama doyan makan:p. Skrg Gadia nungging
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 19:38GMT+8
Papagad lagi di lobby Novotel nih nungguin Pak BS. Nyem2 mau makan enak:P. Ohya YangTriGad udh beliin antingGad lho kemarin. SMS atau telpon gih bilang makasih.
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 18:59WIB
Hihi si gungy asik mamam enak:p. Tita ga mau kalah mlm ini mau mamam soto daging andalan. Lmyn produktif hr ini jd cape. Target slesai kms/jmt. Met mamam gu!
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:21
Papgad gmn dinnernya? Ada musibah. Eternit dapur jebol rumah banjir dan plg parah kmr kt. Tas laptop gu and tas bersalin tita basah. Laptop kena dikit dah tita…
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:23
…lap. Tp tita gadia dah makan. Skrg kt terkapar dlm kmr. Pak pur ngepel dan maku eternit. Trnyt kebanjiran bnr2 ga enak. Tita mo nangis lht pa2. Stres brt pasti
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 23:49
Aduh kasiannya istri dan anakku. Mudah2an gpp ya. Jahat bgt sih ujannya sama anakistriku. Papagad br selesai dinner sama Pak BS%ibu disambung nongkrong ama BS di bizlounge smp tutup trus McD. Ky ngobrol ama tmn aja, soal BUMN, riset, kerjaan. Mlh mau ditawarin srh pgng persh yg mau dia dirikan di Sing!
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:45
Papa! Gadia lg denger musik klasik ama mama. Wuih seru. Gadia joget2 aja. Pak Pur udah pulang. Doain ga ujan mlm ini pa, biar ga jebol dan banjir lg. Luvya papa
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 22:55
Wuih! Papagad! Emang dbest abis. Kyknya stlh ISEAS dan PhD bkl mantap bgt tuh gu. Perfect deh gu sbg researcher dan practitioner. Gad+mamagad doa sll u tk papgad
From: Papagadia!
Date: 20/2/06 23:58
Iya Gu jg crita ttg ISEAS (mlanggar janji ke P Aris:P) & dia support. Trs nanya gu msh bs nyambi gak trtm skrg. Kl SBM dia blg ok tp msh struggle. SGU gu ga crt
From: Tita Mamagadia
Date: 20/2/06 23:07
Agung siap2 ya. Kyknya air ketuban tita pecah. Soalnya lama bgt tita pipis ga selesai2. Gu transfer uang dong. Ntar tita kbri apa gu perlu ke sini atau blm.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 0:09
Aduh Papagad lagi di taxi dr HarbourFront pulang, ich habe den letzten Zug yg bisa nyambung ke Boon Lay verpasst. Nanti Papagad segera tlp ya smp rumah. Luvya
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:30
Gu kt mnj RS Cibubur skrg. Mau liat apa perlu nginep skrg atau bs plg dulu. Nanti dr RS Tita kbri apa gu hrs plg secepetnya. Ini hp mama. Hp too lobat
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:44
Gu transfer uang dong. Kein geld nih
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 0:41
Oiya skrg ya. Tlg ksh norek BII Papatoo sgr.
From: Tita Mamagadia (pake nomor Opunggadia)
Date: 20/2/06 23:45
Ya gak ada. Ada di rumah. Gu ga ada catatannya? Bks transfer trkhr?
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 1:01
Aduh internetnya BII reseh lagi. Gu lg coba transfer pk Creditsuisse mudah2an bisa. Gimana sayang kondisinya? Msh keluar airnya? Sakit perutnya?
From: Opunggadia
Date: 21/2/06 0:16
Mas agung benar ini air ketuban. Mhn bsk datang ya.
From: Tita Mamagadia (hp udah berhasil discharge)
Date: 21/2/06 0:35
Gu tita dah bukaan 1. Pala gadia udah turun bgt. Cpt pulang ya papagad! Pswt plg pg ya! Subuh ga ada?
From: Papagadia! To Opunggadia
Date: 21/2/06 1:16
Ok sedang berusaha cari pesawat paling pagi. Udh berusaha transfer uang tp semuanya baru masuk besok. Nanti aku bawa cash. Sabar ya sayang.
From: Opunggadia
Date: 21/2/06 0:37
Mas agung adik dah pstp dirwat, dah pembukaan. Ma2 pesan km vip safir 3 lt.1
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 1:01
Aduh sayang. Paling pagi ttp 7.30 waktu sini, berarti 6.30 WIB. Papa stress brt muntah2, kuat ya yang. Kartu tlp abis lagi. Luvya. Tunggu Papa, Gadia.
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 0:45
Moga2 keburu ya yang. Gadia kan anak papagad. Tita bobo di kmr mlm ini ma gadia. 4 jam dr skrg akan diliat lg.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 1:50
Selamat bobo Gadia dan Mamagadia. Tungguin Papa ya sayang. Papa mau sholat dulu ya. Papa cinta kalian berdua. Cium dari Papa.
From: Papagadia!
Date: 21/2/06 4:05
Papagad udah di taxi mau ke Changi. Mudah2an segera dapet tiket ya. Agadia pinter kan mau nungguin Papa ya? Sabar ya nak, Papa datang jam 9an ya. Luvya sayangku
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 6:19
Jg kawatir papagad. Kt bidan plg cpt Gadia lahir sore kok. Liebe dich! Muah
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 2:43
Jangan diminum dulu rumput Fatimahnya tunggu aku datang. Lagi ngepak dan email org2 soal kerjaan yg hrs dihandle. Kira2 jam 3WIB dr rumah ke airport.
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 2:47
Paling pagi jam 7. Tapi aku kan msh hrs beli dulu . Yg buat Minggu mesti dicancel. Kalau jam 7.30 smp Cengkareng ada yg bisa jemput nggak?
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 5:48
Valuair 6.30WIB cancel, Garuda 6.30WIB full, jadi aku waiting list & disuruh dtg lg jam 6.00 WIB. Aku ke Terimnal 2 skrg, ngecek SQ yg jam 6.40 WIB mdh2an ada ya
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 6:08
SQ yg jam 06.40WIB ada tapi harganya 560SG$ one-way! Yg jam 07.55WIB masih 340SG$. Kalau GA yang 06.30WIB confirm msh 200SG$plus. Mau coba blk ke term2 cek GA lg.
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 8:32
Mama, Papa mandi keringat bolak2 terminal 1&2 kira2 3 kali. Papa td telanjur udah beli SQ utk 8.55 seharga 324$ one way:P. Tapi 1 year, bisa dipk lain kali, atau nanti jam 10.00. Sdgkan ternyata tiket Valuair Papa bs dipk jam 11.05 dgn tambah 79$. Mending Papa naik SQ or Valu? Satunya bs dismpn u/ later
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 7:37
Kl valu bs dipake kpn2 ga? Tita sih pgn agung cpt2 di sini.
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 8:41
Bisa juga dlm 1thn, asalkan Papgad ubahnya 24jam sblm jadwal berangkat asal (26Feb). Dan kl ubah ke flight yg harganya sama, tmbh Cuma 30$. Jd mending SQ 10.00?
From: TitaMamagadia
Date: 21/2/06 7:46
Ya gu sq aja
From: Papagadia! To TitaMamagadia
Date: 21/2/06 9:39
Papagad udh boarding SQ156. Kira2 10.30 smp JKT. Bisbald luvya muah
From: Papagadia! To YangkungGad
Date: 21/2/06 13:??
Insya Allah jam 2.30 dioperasi caesar. Doakan semuanya lancar.
From: Papagadia! To all friends
Date: 21/2/06 15:58
Alhamdulillah, Agadia Aisha Wicaksono telah lahir meninju congkaknya dunia: Selasa 21 Februari 2006 pukul 15.16 WIB seberat 3,1 kg sepanjang 47 cm -Martha&Agung
Subscribe to:
Posts (Atom)