(Lihat „Dia bukan milikku“)
Sejak mama baca La Tahzan, mama sering memandang Gadia, terutama saat dia tertidur di pangkuan mama. Saat itu mama membatin, “Ya Allah, aku belum siap, aku belum siap.” Gadia terlalu berharga buat mama. Hidup mama telah berubah sejak kehadiran Gadia. Gadia telah membuat hidup mama begitu bahagia dan berarti. Sampai di rumah sakit pun, setiap mama memandang Gadia, mama selalu berteriak dalam hati kalau mama belum siap. Ya Allah, jangan dulu, Allah… aku belum bisa. Tapi mama bertekad untuk bisa siap suatu saat. Dan mama ingin sekali bilang ke Gadia dan ke papa kalau memang saat itu tiba.
Kamis tanggal 14 Desember, di situ Gadia sudah semakin menderita. Pagi-pagi infusnya lepas sampai keluar darah. Suster-suster berbondong-bondong mencoba mencari titik baru karena titik lama, punggung tangan kanannya sudah bolong. Setelah berulang-ulang kali ditusuk di tangan, lengan, kaki, dapatlah titik baru di lengan kanan. Siang hari setelah dr. Poppy periksa, dia memerintahkan tes darah. Lagi-lagi Gadia ditusuk di mana-mana. Susah sekali untuk dapat darah 6cc. Harus dari berbagai titik. Gadia sudah menahan sakit yang amat sangat. Sudah seminggu giginya terutama gigi atasnya terkikis karena sering gemerutuk menahan sakit yang tidak terbayangkan. Waktu diambil darah, Gadia tetap sambil menyusu ke mama, mama tidur miring berhadapan dengan Gadia. Payudara mama sampai digigit dan berdarah, dikarenakan sakit yang luar biasa yang dirasakan Gadia. Habis itu, Gadia menolak untuk menggigit mama. Dia memilih menggigit-gigit gigi atas dan bawahnya sendiri. (Mama tahu, dia memang sangat baik hati dan tidak mau melukai mama).
Jam 2 siang, mama sudah tidak tahan dan harus pergi ke WC. Sadarkan aku, Tuhan, dia bukan milikku… Mama pun berdoa dan memantapkan hati, „Insya Allah aku rela dia diambil oleh-Mu, ya Allah.“ Mama menangis perih. Mama kembali ke kamar dan Gadia minta menyusu lagi. Gadia menyusu terengah-engah seperti kelelahan dan menahan sakit yang amat sangat. Saat itu mama melihat ke arah wajahnya, lalu berbisik padanya, „Gadia, mama rela Gadia pergi ketemu Allah, Nak. Mama nggak tega lihat Gadia menderita seperti ini.“ Sebelumnya opung pernah kasih tau mama untuk ngomong ke Gadia untuk beri dia semangat. Tapi melihat penderitaannya selama ini terutama hari Kamis itu, mama nggak berharap lagi dia sembuh. Kalau hanya untuk menderita.
19 Desember 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment